REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Dinas Kebudayaan DIY bersama APPMI (Asosiasi Perancang Pengusaha Mode Indonesia) DIY akan menggelar "Fashion Tendence" 2014 dengan menggunakan danais (Dana Keistimewaan) DIY 2014, di Hotel Royal Ambarukmo, Rabu (23/4).
Menurut Kepala Seksi Rekayasa Budaya Dinas Kebudayaan DIY Agus Amrullah, "Fashion Tendence" tahun ini yang mengangkat tema ''Rehabitat atau Kembali ke Alam'' berbeda dengan Fashion Tendence sebelumnya.
''Fashion Tendence" kali ini khusus mengangkat batik khas kabupaten atau kota se-DIY. Misalnya batik Khas Kabupaten Kulonprogo disebut "geblek renteng", batik khas Kabupaten Sleman disebut "Pari Jotho".
Tujuan diselenggarakan kegiatan ini adalah untuk mempopulerkan batik khas DIY, supaya masyarakat memahaminya. Di samping itu menumbuhkan semangat masyarakat dari berbagai kalangan baik pengrajin, pengusaha, pemangku kepentingan, mahasiswa dan pelajar untuk mencintai batik.
Dalam "Fashion Tendence" ini akan ditampilkan delapan motif batik dan lebih dari 70 model busana yang menjadi trend 2015. Busana tersebut merupakan karya dari sekitar delapan desainer dari DIY, jelas Agus yang juga pengampu kegiatan Fashion Tendence 2014.
Kepala Dinas Kebudayaan DIY GBPH Yudhaningrat mengakui penyelenggarakaan Fashion Tendence 2014 yang mengangkat motif batik dari kabupaten/kota se-DIY ini menggunakan danais. Kegiatan tersebut merupakan salah satu kegiatan budaya yang non fisik.
''Kami berharap kegiatan ini dapat mengangkat dan mempromosikan batik yang merupakan salah satu produk budaya khas Yogyakarta,''kata Gusti Yudhaningrat.
Menurut dia, Danais 2014 di termin (tahap) pertama selain untuk kegiatan fisik berupa rehabilitasi bangunan cagar budaya (BCB) juga untuk kegiatan non fisik. Seperti mengembangkan batik khas DIY, mempromosikan budaya, dan ada juga pengadaan gamelan yang akan diserahkan ke desa budaya.