REPUBLIKA.CO.ID, Tiap orang memang berisiko alergi. Namun, Koletzko menuturkan bahwa hidup nyaman masih mungkin diraih. Upayakan untuk terus menghindari pencetus, sarannya. Anak usia dini, lanjut Koletzko, sebaiknya tidak mendapatkan makanan padat terlampau cepat. Upayakan agar terus memberinya ASI selama enam bulan pertama kehidupannya. Sebab, selama itu, sistem imunitas masih belajar.
Di Indonesia, ada lima alergen yang paling dominan. Potretnya berbeda dengan negara di Asia Tenggara lainnya. Di sini, anak-anak lebih sering alergi makanan golongan crustacea, seperti kepiting dan udang, aneka makanan laut lainnya, lalu kacang-kacangan, telur, serta susu sapi, kata Koletzko yang ke Indonesia untuk bertatap muka dengan 60 dokter anak di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia ini.
Orang tua perlu mencari tahu penyebab alergi pada buah hatinya. Dengan begitu, mereka bisa menghindari anak terpapar alergen. Menjauhkan anak dari makanan pencetus alergi merupakan cara terbaik mencegah terjadinya alergi, tegas dokter yang berpartisipasi dalam penyusunan standar nasional dan internasional dalam penanganan alergi susu sapi.
Koletzko mengimbau orang tua agar memantau tumbuh kembang putra-putrinya yang alergi. Jika memang perlu, berikan suplemen makanan untuknya. Tiap enam sampai 12 bulan sekali cek apakah anak sudah mulai toleran terhadap alergen.
Koletzko juga meluruskan pandangan yang keliru tentang pencegahan alergi. Ia mengatakan tak ada gunanya diet saat hamil dan menyusui. Yang terpenting agar tidak mencetuskan asma serta hindari asap rokok dan merokok selama hamil dan usai melahirkan. Koletzko juga menyarankan agar bayi tidak diberi makanan pendamping ASI terlalu dini. Bagusnya, tepat pada usia enam bulan. Ketika itu, maturitas usus sudah tercapai dan ia sudah lebih toleran.
Di lain sisi, Koletzko mengungkapkan, pemberian ASI tidak akan mencegah timbulnya asma dan rhinitis alergi. ASI hanya dapat menipiskan risiko terkena eksem dan alergi makanan. Silakan singkirkan dari menu ibu menyusui andaikan makanan itu betul-betul menimbulkan keluhan pada bayinya. Harus diingat, ASI tetap makanan utama yang terbaik sampai bayi berusia enam bulan.
Lebih detail tentang kondisi anak Indonesia, Zakiudin menguraikan, alergi belum menjadi masalah yang meresahkan. Apalagi mengingat penyakit infeksi masih terus mengintai. Dalam praktik sehari-hari, kasus alergi terbanyak adalah dermatitis atopi, gangguan pada kulit akibat alergi susu sapi.
Zakiudin mengatakan, alergi seperti itu biasanya akan lenyap begitu bayi beranjak besar. Pada usia dua atau tiga tahun, bayi akan lebih toleran. Namun, jika tidak ditangani dengan tuntas, alergi makanan bisa menjadi asma di kemudian hari, ucap dokter dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) ini.
Bijakkah mengabaikan alergi dan terus memberikan makanan pencetusnya? Sebagian masyarakat berpendapat, dengan langkah ini, tubuh lama-kelamaan akan toleran terhadap makanan yang mencetuskan alergi. Fenomena itu terjadi biasanya mengiringi makin sempurnanya fungsi saluran cerna, jelas Zakiudin.
Akan tetapi, Zakiudin mengingatkan bahwa itu termasuk langkah yang sangat berisiko. Pada anak yang sangat sensitif, reaksi tubuhnya bisa teramat berlebihan. Ia bisa mengalami shock, hilang kesadaran, dan dapat pula kehilangan nyawa karenanya.
Bagaimana jika alergi sudah muncul mengganggu? Zakiudin mengatakan, saat itulah diperlukan pengobatan. Kalau alerginya parah sekali, ada immunotherapy yang bisa dicoba. Namun, itu pengobatan jangka panjang dan belum terjangkau secara massal.