REPUBLIKA.CO.ID, Apakah makna hamil di luar rahim? Ini merupakan kehamilan yang terletak tidak pada tempatnya, yaitu di luar rongga rahim. Kehamilan di luar rahim ini sering juga disebut kehamilan ektopik. Jika kehamilan itu terjadi di luar rahim, lalu di manakah bakal janin bersemayam? Seperti dijelaskan dr Deradjat Mucharam S, SpOG, spesialis kebidanan dan penyakit kandungan dari RS Budhi Jaya, Jakarta, kehamilan ektopik bisa terjadi di saluran mulut rahim, ovarium, rongga perut, atau saluran telur (tuba) sebelah kiri/kanan.
Penyebab kehamilan ektopik sendiri, ternyata cukup beragam. Salah satunya adalah bekas infeksi kandungan yang menyebabkan kegundulan saluran telur. Sebab lainnya, perubahan anatomi akibat perlekatan yang membuat saluran telur berubah bentuk misalnya menjadi berkelok. ''Tapi penyebab terbanyak adalah adanya bekas infeksi kandungan,'' terang dokter yang juga bertugas di RS Polri, Jakarta ini.
Bagaimana dengan IUD (spiral) yang kerap dituding sebagai salah satu penyebab kehamilan ektopik? Menurut Deradjat, IUD sebenarnya tidak menyebabkan kehamilan ektopik. ''Kita sering mengkaitkan kehamilan ektopik dengan IUD, karena IUD hanya bisa mencegah kehamilan di dalam rahim. Dia tidak bisa mencegah kehamilan di luar rahim.'' Dikatakannya pula bahwa kasus kehamilan ektopik pada pasien pemakai IUD dengan yang bukan pemakai IUD, ternyata sama.
Selain IUD, hal lain yang juga dituding bisa menyebabkan kehamilan ektopik adalah pemakaian antibiotik. Namun menurut Deradjat, antibiotik pun bukanlah penyebab kehamilan yang tidak normal ini. ''Selama ini antibiotik belum pernah terbukti menyebabkan kehamilan ektopik.'' Dan seperti yang dialami oleh Sita, orang yang hamil di luar rahim, pada awalnya merasa seperti hamil biasa dengan ditandai oleh hasil tes urin yang positif. Tapi tak lama setelah itu ia akan merasakan hal-hal yang tidak mengenakkan seperti: pegal, sakit di bagian sisi yang ada kehamilannya, di kanan atau kiri.
''Kalau kehamilan itu menempel pada saluran tuba yang sempit, maka dalam waktu singkat misalnya dua minggu setelah terlambat haid, sudah menimbulkan sakit, gejalanya sangat mendadak, akut dan bisa menimbulkan perdarahan yang hebat, tapi kalau menempel pada saluran telur yang lebih besar, rasa sakitnya bisa diketahui saat kehamilan 1-2 bulan,'' papar Deradjat.
Pada kehamilan seperti ini, hampir semua janin tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Ini disebabkan, jaringan tempat janin melekat tidak dilengkapi dengan fasilitas penunjang pertumbuhan dan perkembangan janin, seperti ruang yang cukup besar guna menampung janin yang kian lama kian membesar. Tapi nyatanya, tak semua janin pada kehamilan ektopik berakhir tragis.
Deradjat sendiri mengetahui persis ada bayi yang lahir dari kehamilan ektopik itu. ''Yang pernah saya tahu di RSCM ada orang yang lahir dari kehamilan ektopik dan hidup sampai sekarang. Ini satu-satunya kasus yang saya tahu, tapi sudah lama dan ditemukan sudah dalam kandungan tujuh bulan. Bayi tersebut sekarang menjadi tukang kebun di RSCM,'' kata Deradjat.