Rabu 19 Mar 2014 16:07 WIB

Peran Orang Tua untuk Hindari Remaja Jadi Anarkis

Rep: Desy Susilawati/ Red: Indira Rezkisari
Tawuran pelajar
Foto: Rakhmawaty La'lang/Republika
Tawuran pelajar

REPUBLIKA.CO.ID, Untuk menghindari anak menjadi anarkis, orang tua harus memberikan contoh yang benar. Psikolog yang juga Dosen pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Evita, mengatakan perilaku remaja yang anarkis, seperti ikut tawuran pelajar atau bahkan terlibat dalam aksi pembunuhan bisa jadi datang dari contoh yang tak benar di rumah.

Misalnya, orang tua harus melakukan hal-hal yang baik, tidak berkata kasar, atau berperilaku kasar. Jika sedang marah dan terlanjur mengeluarkan kata kasar di depan anak, sebaiknya orang tua menjelaskan kepada anak. Bahwa apa yang baru saja dikatakan orang tua itu tidak baik, ibu terpancing emosi karena sedang kesal.

Pada dasarnya anak mencontoh nilai-nilai yang ditanamankan dalam keluarga. Jika nilai keluarga baik, maka anak akan mengadopsi nilai baik.

Sementara jika nilai keluarga jelek, maka hal jelek pula yang diadopsi. “Nilai-nilai keluarga yang ditanamkan ke anak harus nilai positif yang berdasarkan pada nilai agama,” sarannya.

Karena itu, saat ini juga, Evita menyarankan agar orang tua instropeksi diri. Sesibuk apapun orang tua harus meluangkan waktu untuk anak. Duduk bersama anak, melakukan komunikasi dua arah yang baik.

“Kuncinya intensitas dan kualitas komunikasi antara orang tua dan anak. Buat anak merasa diterima ketika ia pulang ke rumah,” sarannya.

Juga terapkan pola asuh yang menggambungkan antara otoritatif, permisif maupun demokratis. “Pola asuh disesuaikan dengan kondisi,” ujarnya.

Selain orang tua, guru juga turut berperan dalam mengembangkan sisi sosial emosional anak. Guru diharapkan memahami tugasnya.

Tak hanya fokus pada bagaimana mengajarkan anak mata pelajaran, tapi juga harus tahu bagaimana mengajarkan emosi positif pada anak dan membentuk sikap anak. Guru juga harus mampu menangani anak, bagaimana berinteraksi dengan anak murid terutama yang remaja.

“Karena itu, guru harus mempelajari psikologi pendidikan,” tambahnya.

Untuk membentuk emosi positif dan sikap anak yang baik, caranya sama dengan orang tua. Guru bisa memberikan apresiasi kepada anak yang masuk kelas tepat waktu, atau saat anak tertib di kelas dan lainnya.

Selain itu, penting juga ada komunikasi antara guru dan orang tua.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement