Ahad 12 Apr 2020 06:51 WIB

Psikolog Jelaskan Pentingnya Gawai Bagi Remaja Saat Pandemi

Psikolog menjelaskan kepada Jacinda Arden pentingnya gawai bagi remaja saat pandemi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Reiny Dwinanda
Remaja dan gadget. Ilustrasi. Remaja memerlukan gawai untuk tetap terhubung dengan sebayanya selama pandemi Covid-19.
Foto: Pixabay
Remaja dan gadget. Ilustrasi. Remaja memerlukan gawai untuk tetap terhubung dengan sebayanya selama pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam keseharian, remaja umumnya terbiasa berinteraksi dengan banyak teman ketika belajar di sekolah. Akan tetapi, pandemi Covid-19 mendorong banyak sekolah untuk menerapkan sistem belajar dari rumah sehingga para remaja tak lagi bisa berinteraksi langsung dengan teman sebaya mereka seperti biasa.

Hal ini memunculkan kekhawatiran tersendiri bagi Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern. Terlebih, sekolah-sekolah di Selandia Baru telah resmi di tutup per 25 Maret 2020. Hingga saat ini, belum diketahui secara pasti kapan institusi pendidikan di sana akan beroperasi normal kembali.

Baca Juga

Oleh karena itu, Ardern bertanya kepada psikolog kenamaan Nigel Latta untuk mencari alternatif agar para remaja tetap bisa terhubung dengan teman-teman sebayanya selama pandemi Covid-19. Menanggapi hal ini, Latta menilai akses terhadap gawai memegang peranan penting terhadap hubungan sosial antarremaja.

"Saya rasa orang-orang terlalu khawatir mengenai anak-anak muda dan gawai. Jangan (khawatir)," ungkap Latta melalui percakapan video dengan Arden, seperti dilansir TVNZ.

Latta mengungkapkan sebagian remaja membutuhkan interaksi dengan teman sebaya. Oleh karena itu, penting bagi remaja untuk mendapatkan akses terhadap internet dan gawai selama mereka berdiam diri di rumah. Dengan kedua akses ini, remaja bisa saling berinteraksi dengan teman-teman sebaya mereka melalui berbagai platform media sosial.

"Jadi, berikan mereka akses terhadap gawai mereka dan internet tanpa dibatasi. Jangan khawatir bila mereka menerapkan gaya hidup anak muda yang seperti vampire," jelas Latta yang aktif mendampingi korban teror Christchurch.

Latta menyadari bahwa ada banyak informasi di internet yang menyatakan dampak negatif dari penggunaan gawai. Namun, bila informasi tersebut dikulik lebih jauh secara ilmiah, belum ada gambaran yang jelas mengenai dampak pengrusakan gawai terhadap generasi muda.

"Dan tentunya, bila hanya berlangsung dalam periode beberapa minggu saja, hal ini tidak akan membahayakan mereka sama sekali," kata Latta.

Alih-alih terlalu mengekang penggunaan gawai pada remaja, tugas terpenting bagi orang tua selama periode ini adalah menjaga kondisi rumah tetap tenang dan tentram. Orang tua tidak perlu merasa seperti orang tua yang buruk karena membiarkan anak mereka menghabiskan waktu dengan gawai atau televisi di masa berdiam diri di rumah ini.

"Tak ada bahaya yang akan didapatkan anak dari banyak menatap layar dalam periode beberapa minggu ke depan," ungkap Latta.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement