REPUBLIKA.CO.ID, Anak-anak berisiko divonis sebagai pengidap ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder), bila sebenarnya anak hanya membutuhkan tidur malam yang nyenyak.
Satu dari 10 anak di Australia menderita chronic snoring atau mengorok parah atau sleep apnoea yang mengganggu napas mereka saat tidur. Anak-anak, seperti dikutip dari news.com.au, kemudian banyak didiagnosa mengidap ADHD. Demikian studi yang dilakukan University of Adelaide.
''Sebanyak 50 persen pengorok parah atau mereka dengan sleep apnoea didiagnosa mengidap ADHD,'' kata Dr Vandana Katyal, ilmuwan penelitian tersebut. Padahal, yang dibutuhkan anak-anak itu hanya tidur malam yang cukup.
Sejumlah studi di AS dan Inggris menemukan banyak anak-anak yang sebenarnya hanya kurang tidur, namun didiagnosa mengidap ADHD. Termasuk, seorang anak berusia 13 tahun dengan performa akademik yang rendah yang diduga tidur mengorok saat usia dini.
Peneliti menemukan, anak-anak dengan gangguan tidur sleep apnoea menunjukkan penurunan fokus perhatian, nilai akademik yang lebih rendah, hiperaktif, agresi yang meningkat, rewel, emosional, dan masalah dengan teman-temannya.
Ahli syaraf Dr Richard Saul baru-baru ini menerbitkan buku yang kontroversial. Ia mengklaim gangguan ADHD tidak ada dan itu sesungguhnya merupakan sebuah kluster gejala dari 20 kondisi anak.
Psikiater anak dan profesor di bidang ADHD Jon Jueridini mengatakan gangguan ADHD bukan sebuah diagnosa, tetapi deskripsi dari gejala yang timbul setelah dilakukan sejumlah pengamatan ke anak. ''Kurang tidur adalah salah satu gejalanya,'' katanya.
Anak yang kurang tidur bisa kemudian gelisah dan menunjukkan gejala-gejala yang bisa dikaitkan dengan ADHD.