REPUBLIKA.CO.ID, Pendidik dari TK Al-Izhar Jakarta, Ira Antasari, turut berbagi tips memberikan pendidikan seks bagi anak-anak. Kendala utama orang tua saat membicarakan masalah seks pada anak, dicermati Ira, terletak pada cara menyampaikannya. Selain itu, masih adanya sekat pembatas berupa rasa ketakutan dan kekhawatiran yang besar untuk memulai pembicaraan yang oleh sebagian besar masyarakat masih dianggap tabu. “Hal pertama yang harus Anda persiapkan adalah keberanian dan persiapan yang cukup untuk memulai pembicaraan mengenai seks dengan anak-anak,” kata Ira.
Ira menyarankan, ketika anak-anak secara tiba-tiba bertanya mengenai seks, tetaplah tenang. Bicarakan masalah seks dengan santai dan rileks. Berbicara mengenai seks dengan anak-anak tidak perlu dilakukan secara mendetail. Yang terpenting adalah berikan pemahaman yang benar. Jawab setiap pertanyaan anak dengan tepat dengan bahasa yang dipahaminya.
Yang tak kalah penting, orang tua harus memilih kata-kata yang ringan dan mudah dipahami. Mengomunikasikan masalah seks dengan anak-anak diperlukan bahasa yang sederhana. Penekanan bahwa seks hanya dilakukan oleh orang dewasa yang berada dalam ikatan pernikahan mungkin akan sangat membantu Anda untuk lebih memberikan pemahaman kepada anak.
Orang tua harus memosisikan diri sebagai sahabat anak dengan menjadi seorang pendengar yang baik. Dengarkan keluh-kesah anak mengenai permasalahan seks yang diketahuinya, sehingga ia tak berpindah ke orang lain jika ingin membicarakan masalah seks. Bila masih ada beberapa pemahaman yang keliru, jangan langsung menyalahkannya. Bicarakan baik-baik dengan sabar saat ia telah selesai bicara.
Setelah dapat membangun pembicaraan yang positif mengenai seks dengan anak, langkah yang tak kalah penting adalah dengan mengawasi penggunaan internet. Saat ini, internet menyediakan akses yang sangat luas terhadap berbagai hal. Kekhawatiran ini sangat beralasan karena konten-konten mengenai seks terpampang luas di internet. Kewaspadaan orang tua diperlukan untuk tetap memastikan bahwa anak-anak berinternet dengan sehat. “Ancaman ini bisa kita cegah dengan tetap memberikan kebebasan yang terbatas kepada anak dan tetap melakukan pengawasan penggunaan internet,” tutur Ira.