REPUBLIKA.CO.ID, Setiap anak menunjukkan reaksi yang berbeda ketika ayah bunda memintanya untuk mulai menghuni kamar sendiri. Pada anak tertentu, ada unsur kelekatan dengan orang tua yang berperan. Lalu, kapan saat yang tepat anak tidur sendiri? Bayi yang masih mendapat air susu ibu tentu lebih baik tidur satu kamar dengan orang tuanya. Demikian juga anak yang sakit keras. “Pun, ketika tidak ada kamar lain, sebaiknya anak tetap berbagi kamar dengan ayah bundanya,” jelas psikolog anak dan keluarga Anna Surti Ariani.
Sementara itu, balita yang baru memiliki adik bayi sebaiknya juga tidak pisah tidur dengan orang tua. Biarkan ia berada satu kamar, tetapi di tempat tidur yang berbeda. “Sebab, jika anak pertama dipisahkan sedang kan adiknya masih satu kamar, bisa muncul kesenjangan atau kecemburuan pada adik bayi,” ungkap Anna.
Bagaimanapun, orang tua tetap perlu memiliki ruang tidur untuk berdua. Jadi, jika kondisi-kondisi tersebut sudah tidak ada, lebih baik anak pisah tidur dari orang tua. “Pisah tidur membuat anak lebih mandiri, anak juga lebih puas karena bisa atur kamar sendiri, lebih merasa berdaya,” ujar psikolog yang sering menjadi pembicara seminar ini.
Pisah tidur dengan anak bisa dilakukan secara bertahap. Contohnya, dengan menyediakan tempat tidur untuknya sendiri di kamar orang tua. “Berikutnya, coba ajak ananda ke kamar sebelah yang ada connecting door sebelum menempatkannya di kamar tersendiri,” papar Anna.
Lalu, bagaimana jika anak menunjukkan penolakan? Orang tua sebaiknya tidak memaksa anak cepat-cepat melewati tahapan tersebut. Cobalah untuk memberikan penjelasan berulang yang asyik dan pentingnya pisah tidur dari orang tua. “Prosesnya berbeda antaranak, bisa mingguan atau bahkan bulanan,” urai Anna.
Waktu paling tepat untuk mengajak anak tidur di kamar sendiri sebetulnya tak ada pakemnya. Tetapi, ketika tubuh anak sudah cukup besar, orang tua dapat memulai tahapan pisah tidur. “Untuk anak yang lebih besar, utarakan ia berhak mendapatkan kamar sendiri. Pisah kamar bukanlah kewajiban, melainkan haknya sebagai anak,” kata Anna.