REPUBLIKA.CO.ID, Perencana keuangan Elsa Febiola Aryanti, menyarankan pasangan yang hendak menikah untuk berhati-hati merencanakan anggaran pernikahan. Sebelum melangsungkan pernikahan, kedua calon mempelai sebaiknya mendiskusikan anggaran menikah.
Dana tersebut, terang Elsa, dikenal dengan dana pranikah. Dalam pranikah, ada beberapa titik kritis keuangan yang dialami, salah satunya biaya resepsi pernikahan. Tentunya dengan memasukkan pula biaya untuk ijab kabul dan membeli mahar. Ingat bahwa ijab kabul adalah dasar dari pernikahan.
Melihat dana dasarnya, menikah tidak perlu biaya tinggi. Namun ketika sudah masuk fase pesta pernikahan, di sinilah uang akan mengalir deras. "Tidak sedikit yang mengadakan resepsi karena gengsi," lanjut Febi.
Bahkan ada yang sampai rela berutang demi sebuah resepsi megah. Hasilnya, setelah bergembira ada pekerjaan baru untuk mencicil tagihan utang biaya menikah. Prinsip sederhana dalam menganggarkan biaya menikah sangat mudah. Kuncinya, ujar Elsa, dahulukan yang prioritas baru turun ke tingkat yang rendah.
Jangan lupa label sesuai kemampuan harus tetap melekat. Biaya pernikahan harus disikapi dengan sangat bijak. Guna menghindari efek pertengkaran karena urusan biaya atau justru utang piutang.
Dana menikah memang tidak bisa diprediksi jumlahnya. Semua tergantung dari keinginan masingmasing pasangan. Menabung saat masih lajang untuk mempersiapkan pernikahan boleh saja. Sisihkan dari penghasilan antara 5 persen hingga 10 persen per bulannya. Dana simpanan bisa dibuat dalam tabungan atau deposito.
Untuk mereka yang ingin mulai mempersiapkan tabungan jangka panjang bagi pernikahan anaknya, lakukan dengan membuat tabungan jangka panjang. Misalnya berjangka lima tahun ke atas. Bila perlu simpan dalam bentuk investasi yang tidak merepotkan.
Ketika kedua pihak keluarga sepakat akan melaksanakan resepsi, sebaiknya urusan dana didiskusikan bersama. Musyawarah akan memberikan jalan keluar yang baik. Elsa berpesan, jangan membawa sikap ingin bergaya elite saat membicarakannya. Ketika sudah membawa rasa gengsi, segala yang mudah biasanya menjadi sulit. Dampaknya, biaya yang bisa diminimkan akan melonjak.