REPUBLIKA.CO.ID, Bagi rumah tangga yang domisilinya terpisah, dibutuhkan perencanaan keuangan yang matang. Sebenarnya tak ada perbedaan merancang keuangan antara yang satu atap dengan yang tidak.
“Bedanya, mereka mengeluarkan biaya hidup yang lebih besar karena ada biaya komunikasi yang membengkak dan biaya perjalanan agar bisa saling berkunjung,” ujar perencana keuangan dari Mitra Rencana Edukasi (MRE), Andy Nugroho.
Ada beberapa hal yang harus dihitung sebagai pengeluaran tambahan ataupun dobel. Pertama adalah biaya tempat tinggal. Pasangan yang sudah membeli rumah dan mencicil pembayarannya, harus mengeluarkan biaya tambahan untuk hunian pasang an yang tinggal di kota atau negara lain. Dengan catatan, itu jika tidak mendapatkan biaya penginapan dari kantor.
Pengeluaran lainnya, seperti biaya makan dan transportasi ke tempat kerja, tidak akan jauh berbeda dengan keluarga yang tinggal serumah. Sebab, banyak pasangan yang tinggal satu atap, namun karena tuntutan waktu kerja maka ketika jam makan tidak bisa makan bersama. Mereka ada pula yang harus berangkat ke tempat kerja sendiri-sendiri karena arah tujuannya yang berbeda.
Pasangan yang terpisah jarak harus saling terbuka untuk membahas apa saja yang menjadi kebutuhan keluarga mereka. Fokuskan perhatian untuk pemenuhan kebutuhan tambahan, seperti biaya tempat tinggal di rantau, biaya komunikasi, serta biaya transportasi untuk saling bertemu. “Biaya komunikasi bisa dipangkas dengan layanan komunikasi berbasis internet, seperti lewat Skype ataupun Viber,” ujar Andy menyarankan.
Lalu, untuk mendapatkan harga tiket pe sawat yang lebih murah, rencanakan perjalanan untuk mengunjungi pasangan. Upayakan agar tidak mepet waktu ketika memesan tiket. Kebutuhan lainnya, seperti pengeluaran bulanan, dana pendidikan, dan dana pensiun, juga perlu dikalkulasikan dengan cermat. Tentukan siapa yang bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan tersebut dan cara pemenuhannya.
Lantaran terpisah jarak, suami dan istri sebaiknya memiliki rekening dan kartu ATM sendiri. Tujuannya untuk memudahkan transaksi-transaksi keuangan bila diperlukan. Kalau yang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak adalah sang suami di rantau maka suami secara periodik mesti mentransferkan sejumlah dana ke rekening istri untuk kebutuhan pendidikan anak.
Akan lebih baik juga bila rekening suami dan istri berada di bank yang sama. Dengan begitu, mereka akan terhindar dari biaya transfer antarbank. Meskipun besarnya tidak seberapa, namun jika diakumulasi jumlahnya cukup signifikan. Sebab, frekuensi pengirimannya rutin dan dalam jangka panjang. Untuk berinvestasi, cara yang digunakan juga relatif sama. Tentukan produk-produk investasi yang harus dibeli dan siapa yang paling memungkinkan mengelolanya.
“Kalau suami bekerja di anjungan minyak maka untuk membeli properti ataupun logam mulia, tentu istri yang lebih bisa mengurus investasi,” kata Andy. Produk investasi yang dikeluarkan oleh lembaga keuangan akan lebih mudah didapatkan.
Apalagi, saat ini mayoritas produk sudah bisa didapatkan dengan cara online ataupun lewat ATM. “Yang penting sudah ada kesepakatan dan komunikasi berapa dana yang akan disisihkan untuk berinvestasi,” ujar Andy.