REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bani Umayyah adalah salah satu dari keluarga Suku Quraisy, keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf, seorang pemimpin Suku Quraisy yang terpandang. Umayyah bersaing dengan pamannya, Hasyim bin Abdul Manaf, dalam memperebutkan kehormatan dan kepemimpinan masyarakat Quraisy. Persaingan ini terus berlanjut di kalangan keturunan Umayyah (Bani Umayyah) dan keturunan Hasyim (Bani Hasyim).
Perselisihan Bani Umayyah dan Bani Hasyim baru berakhir setelah Nabi Muhammad SAW dan para pengikutnya berhasil memasuki Kota Makkah pada tahun 8 H/630 M. Merasa tidak mampu melawan, Bani Umayyah menyerah kepada Nabi SAW dan menyatakan bersedia masuk Islam.
Setelah masuk Islam, mereka memperlihatkan loyalitas dan dedikasi tinggi terhadap agama Islam. Dalam setiap peperangan yang dilakukan oleh kaum Muslim, mereka tampil dengan semangat kepahlawanan. Karena bersikap baik, ada di antara mereka yang dipercaya untuk menduduki jabatan penting.
Salah satunya adalah Muawiyah bin Abu Sufyan (21 SH/602 M-60 H/680 M). Pada masa Nabi Muhammad SAW, ia diangkat menjadi penulis wahyu dan pada masa Khalifah Umar bin Khattab diangkat sebagai gubernur Syam (Suriah, sekarang).
Pada masa pemerintahan Usman bin Affan (47 SH/576 M-35 H/656 M), Bani Umayyah juga mendapatkan banyak keuntungan. Sebagai anggota keluarga Bani Umayyah, Usman disebut-sebut mengutamakan kerabatnya dengan memberikan hadiah dan jabatan kepada Bani Umayyah.
Setelah masa Usman yang kemudian dilanjutkan dengan khalifah Ali bin Abi Thalib, Muawiyah terus berusaha memperkuat kekuasaannya. Maka, saat ‘pembangkangan’ terhadap Ali dan kemudian dilanjutkan dengan perang Siffin antara Ali dan Muawiyah, Muawiyah sempat berbaikan dengan Ali melalui tahkim (arbitrase). Namun, hal ini membuat sekelompok pendukung Ali kecewa dan akhirnya menyatakan keluar dari kelompok Ali. Mereka inilah yang disebut dengan golongan Khawarij.
Akibatnya, Ibnu Muljam, seorang pengikut golongan Khawarij, pada tahun 661 M, membunuh Ali. Dengan wafatnya Ali, Muawiyah mengambil alih kekuasaan. Ia menggabungkan wilayah Mesir dalam kekuasaannya.
Hasan, putra Ali, yang diangkat oleh sekelompok pengikut Ali yang setia untuk menggantikan Ali, diminta untuk mengundurkan diri oleh Muawiyah. Kemudian, pada tahun 41 H/661 M, Muawiyah bertemu dengan Amr dan Husein (saudara Hasan) di Kufah.
Di kota ini, Hasan dan Husein beserta orang banyak membaiat Muawiyah menjadi khalifah. Tahun tersebut dinamakan 'Am al-Jama'ah (Tahun Persatuan) karena kaum Muslim bersatu kembali di bawah pimpinan seorang khalifah.
Sejak saat itu, dimulailah satu fase baru dalam sejarah pemerintahan Islam. Periode al-Khulafa' ar-Rasyidun berganti periode Dinasti Umayyah yang berkuasa dari tahun 41 H/661 M sampai 133 H/750 M.