Senin 21 Jan 2019 16:15 WIB

Umayyah, Dinasti Dua Keluarga

Khalifah Umayyah berasal dari keluarga Harb dan Abi Al-Ash

Damaskus, Suriah, pusat Daulah Umayyah (ilustrasi).
Foto: ucalgary.ca
Damaskus, Suriah, pusat Daulah Umayyah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Selama masa berlangsungnya pemerintahan Umayyah sejak tahun 41 H hingga 133 H (661-750 M), kekhalifahan dipimpin oleh 14 orang khalifah. Ke-14 khalifah ini berasal dari dua buah keluarga, yakni keluarga Harb dan Abi al-Ash. Mereka terdiri atas tiga orang keluarga Harb dan 11 orang berasal dari keluarga Abi Al-Ash.

Pemerintahan keluarga Harb dimulai dari kepemimpinan Muawiyah bin Abu Sufyan selaku khalifah pertama dari Dinasti Umayyah pada tahun 41 H/661 M hingga tahun 60 H/679 M. Muawiyah kemudian digantikan oleh putranya, Yazid bin Muawiyah (Yazid I), yang memerintah dari tahun 60 H/679 M sampai 64 H/683 M. Setelah Yazid I wafat pada tahun 683 M, putranya, Muawiyah II, diangkat oleh penduduk Suriah sebagai khalifah.

Namun, masa pemerintahan Khalifah Muawiyah II hanya berlangsung sekitar 40 hari. Karena kesehatannya yang memburuk, ia memutuskan untuk melepaskan jabatannya kepada kaum Muslim. Setelah itu, ia mengurung diri sampai wafatnya tiba pada tiga bulan kemudian.

Pengunduran diri Muawiyah II ini menandai berakhirnya masa kekuasaan Bani Umayyah dari garis keluarga Harb bin Umayyah. Kekuasaan Bani Umayyah selanjutnya berpindah kepada keluarga Abi al-Ash bin Umayyah.

Keluarga Abi al-Ash

Setelah Muawiyah II mengundurkan diri, di kalangan Bani Umayyah dan para pengikutnya terjadi perpecahan yang nyaris melenyapkan kekuasaan mereka. Ketika itu, fanatisme kesukuan antara bangsa Arab Utara (kabilah Qais) dan bangsa Arab Selatan (kabilah Qalb) muncul kembali di Suriah.

Kelompok Arab Utara mendukung Abdullah bin Zubair yang memberontak pada masa pemerintahan Yazid I dan mendapat pengakuan luas setelah kematiannya. Sementara itu, kelompok Arab Selatan mendukung Bani Umayyah, namun terpecah menjadi dua golongan. Golongan pertama, yang menghendaki Khalid bin Yazid bin Muawiyah yang masih berusia muda menjadi khalifah. Golongan kedua menghendaki Marwan bin Hakam, sepupu jauh Muawiyah II.

Pada akhirnya, kedua golongan tersebut mencapai kata sepakat dalam pertemuan yang berlangsung di al-Jabiyah (Suriah) pada tahun 64 H/683 M. Dalam pertemuan itu, diputuskan bahwa Marwan bin Hakam (Marwan I) menjadi khalifah. Kemudian, diteruskan oleh Khalid bin Yazid dan setelah itu oleh Amr bin Sa'id bin Ash, sepupu Marwan I.

Namun, ketika Marwan I wafat, posisi khalifah diserahkan kepada putranya, Abdul Malik, sesuai dengan wasiatnya. Sebelum wafat, Marwan I memang telah menunjuk dua putranya untuk menggantikannya berturut-turut, yaitu Abdul Malik (memerintah 66-68 H/685-705 M) dan Abdul Aziz. Dengan demikian, ia mengabaikan kesepakatan al-Jabiyah.

Pemerintahan keluarga Abi al-Ash bin Umayyah berakhir ketika Marwan bin Muhammad bin Marwan (Marwan II) terbunuh dalam sebuah pertempuran kecil dengan pasukan Bani Abbas di wilayah Bushair, Mesir. Kematian Marwan II ini juga menandai berakhirnya kekuasaan Dinasti Umayyah.

Baca: Bani Umayyah Peletak Fondasi Kekhalifahan di Dinasti

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement