Jumat 31 Jan 2020 04:00 WIB

Ini Nyanyian Perang Wanita Kaum Quraisy Saat Perang Uhud

Wanita kaum Quraisy menyanyikan lagu perang sambil memukul rebana di Perang Uhud.

Ini Nyanyian Perang Wanita Kaum Quraisy Saat Perang Uhud. Foto: Rebana (Ilustrasi).
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ini Nyanyian Perang Wanita Kaum Quraisy Saat Perang Uhud. Foto: Rebana (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, MADINAH -- Perang Uhud merupakan salah satu perang besar dan penting yang dialami Umat Islam di awal perkembangannya. Perang yang melibatkan antara umat Islam dengan kaum kafir Quraisy ini terjadi pada 7 Syawal tahun ketiga Hijriyah.

Disebut Perang Uhud, karena lokasi perang terjadi di dekat Bukit Uhud yang jaraknya sekitar empat mil dari Masjid Nabawi di Kota Madinah. Pada perang ini, jumlah tentara Islam tak mencapai 1.000 orang. Sementara di pihak musuh, berjumlah 3.000 orang.

Baca Juga

Perang ini juga melibatkan kaum wanita dari kubu Quraisy. Mereka terjung langsung ke medan perang sesuai dengan peran dan tugasnya.

Salah satu tugasnya adalah memberikan semangat kepada para laki-laki Quraisy yang berperang. Di bawah pimpinan Hindun binti Utbah, istri Abu Sufyan, yang keduanya pada saat itu belum memeluk Islam, mereka berkeliling di tengah kaum pria dengan memukul alat-alat musik seperti rebana.

Dikutip dari buku Perjalanan Hidup Rasul yang Agung Muhammad SAW yang ditulis oleh Syekh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri, para wanita tersebut membangkitkan dendam kesumat kaum pria atas kekalahan di Perang Badar. Salah satu kalimat motivasi yang digelorakan mereka yaitu, "Wahai Bani Abdud Dar, wahai pelindung pasukan belakang, pukullah lawan dengan semua senjata tajam."

Selain itu, mereka juga membakar semangat kaumnya dengan menyanyikan lagu yang diiringi rebana. Adapun kalimat dalam lagu itu adalah:

Jika kalian maju kami akan memeluk

Dan kami akan bentangkan kasur

Jika kalian mundur kami akan berpisah

Dengan perpisahan tanpa ada rasa cinta

Hasil dari Perang Uhud sendiri diketahui dengan tidak berhasilnya Kaum Muslimin meraih kemenangan. Bahkan, usai perang, Hindun juga dikenal sebagai wanita yang menyakiti jenazah Hamzah bin Abdul Muthalib, paman Nabi yang gugur saat Perang Uhud.

Meski demikian, Hindun akhirnya mendapat hidayah. Dia masuk Islam ketika Fathu Makkah atau pembebasan Makkah di tahun kedelapan Hijriyah. Dan, dia meminta maaf kepada Nabi Muhammad atas kesalahan-kesalahannya di masa lalu.

Setelah resmi menjadi seorang Muslimah, Hindun langsung memupus noda-noda hitam yang pernah diperbuatnya. Ia berubah menjadi seorang sahabat wanita yang sangat istimewa.  Ia menjadi seorang wanita ahli ibadah, rajin shalat malam dan berpuasa.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement