I
Izinkanlah aku menawarkan daganganku untuk dijual, “Akulah seorang pedagang yang berdoa dengan barang daganganku, menghidupiku,” seruku, oh wahai ibu yang menghidupi kami dari menjual karya indahmu; Yang kau pajangkan di halaman supaya dilihati dan dibeli.
Itulah kukuhku, wahai ibu—rencana dalam kalbuku: meminta restu keikhlasanmu—jika bukan padamu, pada angin kumengadu dan tetap mengarah padamu, oh pelita akalku.
Di situlah modal utamaku: seperti hujan yang turun dari langit dan engkaulah langit hatiku, oh pelita keikhlasanku.
II
Oh engkau yang bermata untuk keindahan, tampakan menilai segala sesuatu: simaklah, jujurnya diriku mengumumkan perdaganganku.
Barang-barang yang bisa dinikmati berguna untukmu dan kelangsungan nafasku: bukannya bijak, lahir dari pemandangan ketidakbijakan dan kegelapan yang menakut-ngerikan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan (?)
Itulah bahan pokok dari barang-barang yang kutawarkan padamu, “Oh engkau yang berjalan mengarahku,” sambutku untukmu.
III
Kemudian si pedagang membuka tokonya. Dalam hatinya, mungkin berkata:
Adakalanya diriku betapa tidak mempunyai alasan mengapa berjualan, selain ini:
Istilah “pasangan”, wahai pelita hatiku: begitu sangat terbelalakkan di mataku: bagaimana aku mengusir satu di antaranya tanpa harus ada yang menderita, oh wahai ibu guru dagangku?
Suatu gambaran jelas adalah semacam..., (nanti), dan bahkan diriku telah terngerikan menggambarkan suatu yang bersifat ketidaknyataan. Namun bakal menjadi nyata, oh wahai perasa yang berakal!
Ketika aku mendapati kebungaan rasa, ketika itu kutahu berasal dari kelayuan rasa. Ketika kudekati beberapa pembungaan rasa, ketika itu bakalkah hadir kelayuan rasa? Atau memang, aku tidak merasakan istilah bunga rasa—selalu layu, dan diakui bahwa sedang merasakan kebungaan.
“Gelap sekali kata-kataku-kah? Atau menyamarkan yang terang dengan yang gelap,” bimbangku terhadap jiwaku.
Dan itukah kebenaran jiwa, setiap jiwa sesungguhnya, bahwa selalu mempunyai dua sisi jika berkata dan itu disebut dengan pengantin yang setia; Pasangan yang abadi—bahkan surga tanpa neraka adalah hampa.
Atau bisu adalah kejujuran dan jalan keluar. Dan percayakah bahwa pengetahuan kata-kata telah mengajari bahwa kita tidak "mampu" bisu dengan kata-kata—apapun! Bagaimanapun!
IV
Sebab tidak ada pilihan di antara keduanya selain "harus" memilih satu di antaranya, dan akan mempunyai keduanya.
Maka dengan riang yang diriang-riangkan, dengan rela yang direla-relakan, dengan senang yang disenang-senangkan, si pedagang dengan gigih menawar-tawarkan barang-barangnya kepada mata-mata yang mengintai, yang akan mencerca, diomeli dalam-pikiran adalah risiko menjadi pedagang!
Hampir sebagian pembeli adalah mengingkan kemerosotan harga, sebab si pedangang dengan stategi adalah ingin mendapatkan upah.
Si pedagang berkata, “Bagaimana aku bisa menahankan nafasku, kalau kusama-ratakan harga pembelianku dan penjualanku?” Dengan kata lain, ia meninggikan barang terlebih dulu, supaya untuk diturunkan harganya (ditawar pembeli).
Ah itukah tipuan jelas yang ditangkap oleh orang-orang yang berpikir. Ataukah ialah kesalahan si pembeli kalau tidak menawarkan barang!
Wahai pejual di hamparan bumi, engkaukah pembeli atau penjual sebenarnya? Bagaimana bisa mengusir satu di antaranya tanpa harus ada yang menderita, oh wahai ibu guru dagangku? Ataukah, sebetapa buramnya engkau menjawab, “Aku pembeli sekaligus penjual dan aku penjual sekaligus pembeli.”
“Akulah pedagang sejati, tidak ada yang menandingiku, kecuali sejatiku. Tidak ada yang menyamakanku, sebab akulah—satu, yang tidak bisa diduakan. Dan kalian, wahai pemuda yang ingin tahu, yang menggegerkan diri kalian, dengan menudingku bahwa akulah termasuk bagian dari penjual dan pembeli. Itulah kehendakmu, wahai pikiran yang mengakali. Dan telah kutahu bahwa di antara kalian akan memperolokku, tapi sesungguhnya kalian mengetahui bahwa hanya ada satu pedagang, yakni: Aku.”
Dutaplamo, November 2012
Hidayat TF
Penulis, dan sedang berusaha menyelesaikan novel terbarunya, “Hafidz”.
-
Tim Rukyatul Hilal UIN Walisongo Amati Hilal di Dua Lokasi
-
-
Selasa , 12 Apr 2022, 13:00 WIB
Pekan Pertama Ramadhan, Sampah Domestik Meningkat
-
Selasa , 05 Apr 2022, 19:50 WIB
MUI Bogor Terbitkan Imbauan Umat tidak Gelar Buka Puasa Bersama
-
Jumat , 01 Apr 2022, 19:18 WIB
Jaringan Komunitas Muslim Bagikan Sembako Berisi Kebutuhan Ramadhan
-
Ahad , 12 Apr 2020, 05:22 WIB
Ricky Harun Ungkap Kisah Lucu Saat Main Sinetron Religi
-