Mungkin kau bukanlah rembulan keperakan yang sinar putihnya selalu kupandang
Bukan pula lilin temaram yang setia menemani kelamnya malam
Kau tidak selembut kelopak-kelopak mawar yang bermekaran
Tidak seterang mentari pagi yang hari ini tak kasat mata
Kadang kau tiba-tiba menyapa di antara duka
Hadir diantara riak-riak rindu yang membeku
Ikut berjatuhan bersama derasnya titik-titik nestapa air mata
Menyeruak bersama senja di lorong-lorong kota
Seberkas saja bayangmu merasuk
Tak kuasa raga merasa
Perihnya luka yang bahkan tak menganga
Namun bekasnya tak pernah terlupa
Mungkin pada akhirnya kau pula harus memudar
Bersama derasnya sungai harapan yang memercik segar
Tak pernah kemana sebelum aliran itu semakin menjauh
Hanya terdiam tapi tak berjiwa
Bulan Kalismya