Jumat 11 Jan 2013 07:05 WIB

Mencari Nilai Kehidupan di Pasar, Yuk...

Jual beli di sebuah pasar (ilustrasi).
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Jual beli di sebuah pasar (ilustrasi).

Minggu ini sama seperti minggu-minggu pada umumnya. Para Ibu rumah tangga telah menginjakkan kakinya di berbagai pasar ketika sang mentari mulai mengintip sang bumi. Mata yang belum puas terpejam pun tak dihiraukan, demi menyiapkan hidangan lezat bagi keluarga tersayang.

Pasar, tempat pertama yang dituju. Berbagai aktivitas terjadi di sana. Penjual, pembeli, tukang parkir, tukang becak, bahkan anak kecil pun kerap terlihat walaupun masih pagi buta.

Pagi itu, di Pasar Kayuringin terlihat seorang penjual yang akrab disapa Bang Hasan oleh para langganannya. Usianya yang sudah tidak muda lagi, sering membuat para pembeli miris melihatnya.

Namun, begitulah adanya Bang Hasan, yang harus meneruskan pekerjaannya demi kelangsungan hidup keluarganya. Tak terlihat wajah yang suntuk, lelah, letih ataupun marah sekalipun saat menghadapi para pembeli yang terkadang menawar dagangannya hingga melebihi kewajaran.

Bang Hasan hanya bisa tersenyum. “Yah... beginilah berjualan neng, pasti ada tawar menawar walaupun miris kalau nawarnya keterlaluan,” ujarnya.

Di sebelah kiri pasar, terlihat jelas seorang tukang parkir yang sibuk mengatur kendaraan dengan berbagai kericuhan silih berganti.

Beda halnya dengan sudut lainnya. Seorang Ibu nampak membawa anaknya yang terlihat mengantuk sedang menghampiri Bang Hasan. Ya.. si Ibu ini merupakan salah seorang pelanggan Bang Hasan yang setia.

Hampir tidak ada tempat yang terlihat sepi pagi itu. Semua penjual dikerubungi oleh para penawar handal. “Pasar adalah kehidupan kedua saya setelah membuka mata,” tutur Bang Hasan sembari melayani pelanggannya.

Mata yang masih sayu tak terasa baginya, apabila dagangannya laku terjual. Memang, selalu itu yang diharapkan oleh para penjual di mana saja. Tidak ada satupun yang menginginkan dagangannya tidak laku terjual. Begitu pula yang pasti dirasakan oleh Bang Hasan, si penjual sayuran.

Di pasar, semua berjalan saling berkesinambungan. Penjual membutuhkan pembeli, tukang parkir membutuhkan pembeli yang membawa kendaraannya, sementara pembeli membutuhkan keduanya. Dengan biaya yang tidak menguras dompet dan lebih teliti saat memilih, kita pun dapat membeli kebutuhan tubuh kita, 4 sehat 5 sempurna. 

Pasar mungkin terlihat kumuh, kotor, banyak penyakit, kesemrawutan, dan lain sebagainya. Akan tetapi, pasar juga menjadi salah satu bagian dari kehidupan manusia, entah mereka sadari ataupun tidak.

Rizkha Putri Utami

Twitter: @rizkhaPU3

FB: Rizkha Putri Utami

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement