REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Widdi Aswindi
Udara angin subuh masih segar terhirup. Semilir angin itu meruak ke dalam masjid. Di sanalah aku mendapatkan sebuah pelajaran berharga di pagi hari. Sebuah pelajaran mengenai arti penting perhiasan dunia yang sesungguhnya tak berarti. Siratan itu terlihat dari dua orang yang duduk disampingku. Keduanya kukenal. Satunya adalah sosok kaya raya sebagai pengusaha berhasil. Lainnya, seorang petugas masjid yang berasal dari sebuah desa di Jawa Barat.
Sepintas tak ada yang berbeda dari keduanya. Kecuali, yang kuyakini, mereka sama-sama bertakwa dan selalu berkomitmen untuk salat subuh di massjid. Setelah kuperhatikan seutuhnya dan juga membandingkan dengan semua jamaah di masjid lainnya, aku melihat bahwa momentum subuh memberikan tanda utama tentang tidak pentingya semua perhiasan dunia.
Hampir semua jamaah yang hadir, hanya mengenakan pakaian katun biasa, celana atau sarung. Sebagian lainnya lagi menambahkan dengan kopiah di kepala. Tak ada perhiasan yang melekat pada tangan dan anggota tubuh lainnya. Jas yang super mahal tak terlihat. Sepatu kulit buaya atau dompet kulit rusa, bahkan jam tangan mewah buatan luar negeri tak tampak diantara jamaah salat subuh. Semua tampak alami. Seakan mengingatkan; ini baru subuh, belum kematian yang siap menemani kita dengan selembar kain kafan!
Kalau kita tanya pada saudara-saudara kita yang salat subuh di rumah, pasti lebih tidak berarti lagi perhiasan dunia tersebut. Semua perempuan yang salat subuh, umumnya hanya menggunakan daster di dalam mukenanya. Tak ada yang mengenakan semua perhiasan dan pakaian terbaiknya, apalagi sampai berdandan. Rasanya itu hal yang muskil.
Kalaupun laki-laki salat subuh di rumah, hanmpir bisa dipastikan, pakaiannya adalah yang melekat ketika tidur. Mungkin saja hanya ditambah sarung atau celana panjang yang dipakainya sewaktu tidur. Sekali lagi, tak ada yang istimewa disiapkan pada saat salat subuh.
Tetapi di sinilah pelajaran hidup yang sesungguhnya. Momentum subuh ini kian menebalkan sebuah pesan bahwa semua 'perhiasan dunia' yang kita miliki itu hanya bersifat sementara. Tidak secuilpun harta kekayaan kita bakal dibawa ke liang lahat. Semua 'benda' kesayangan kita itu hanya menjadi titipan sesaat saja.
Meski sesungguhnya kita diajarkan untuk menggunakan pakaian terbaik saat menghadap Allah Sang Maha Pencipta, momentum subuh justru memperlihatkan penanda keimanan kita. Perhiasan dunia bukanlah hal yang penting.
Keyakinanku juga tambah menebal, seseorang yang mencari dunia pasti akan sulit untuk mendapatkan akherat. Sebaliknya, yang dibangunkan oleh subuh dan kemudian berjamaah Insya Allah akan mendapat kemuliaan akherat. Dari sanalah secara otomatis orang yang salat subuh itu bakal mendapatkan kebaikan dunia sekaligus akherat.
Semoga Allah SWT selalu memberikan kebaikan pada setiap langkah kita untuk menuntun ke dalam jalan yang lurus. Sebuah harapan besar tercurah semoga kita semua mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akherat. Dan itu diraih dengan menegakkan subuh.