Senin 13 Jul 2015 12:00 WIB

Indonesia di Tengah Ancaman Gunung Berapi (2-Habis)

Red: M Akbar
Muntahan magma dari erupsi gunung berapi (Ilustrasi)
Muntahan magma dari erupsi gunung berapi (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Heka Hertanto (Praktisi Kebencanaan)

Inilah tantangan bagi masyarakat Indonesia yang harus berada hidup di tengah kepungan gunung berapi. Usaha mitigasi untuk bencana alam gunung berapi menjadi sangat diperlukan. Terkadang usaha evakuasi ini menghadapi suatu dilema. Misalnya ketika para ahli vulkanologi harus mengambil keputusan apakah gunung berapi yang dipantaunya akan erupsi atau tidak. Jika gejala awal erupsi gunung berapi begitu meyakinkan maka para ahli vulkanologi memutuskan untuk segera menginformasikan pada aparat pemerintah daerah untuk mengungsikan penduduk.

Ada kalanya, dengan gejala awal yang begitu meyakinkan sekalipun, ternyata gunung berapi tidak jadi erupsi. Banyak penduduk yang tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari karena berada di pengungsian. Tetapi ketika gunung berapi menunjukkan ketenangannya dan para penduduk kembali dari pengungsian tiba-tiba terjadi erupsi hebat dan menelan banyak korban. Peristiwa seperti itu merupakan bukti bahwa gejala awal suatu bencana alam sulit untuk diramalkan.

Tingkatan status gunung api

Para pakar gunung api membagi adanya 4 tingkatan status kegiatan gunung api. Tingkatan kegiatan gunung ini mencerminkan potensi ancaman erupsi agar dapat memberikan peringatan dini kepada masyarakat disekitarnya. Tingkat kegiatan tersebut dibagi dalam:

Normal (Level 1)

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental dapat termati fluktuasi tetapi tidak memperlihatkan peningkatan kegiatan berdasarkan karakteristik masing masing gunung api. Ancaman bahaya berupa gas gas berarun dapat terjadi di pusat erupsi berdasarkan karakteristik masing-masing gunungapi.

Waspada (Level II)

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental mulai teramati atau terekam gejala peningkatan kegiatan gunungapi. Pada beberapa gunung api dapat terjadi erupsi tetapi hanya menimbulkan ancaman bahaya di sekitar pusat erupsi berdasarkan karakteristik masing masing gunung api.

Siaga (Level III)

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan/atau instrumental teramati peningkatan kegiatan yang semakin nyata atau dapat berupa erupsi yang mengancam daerah sekitar pusat erupsi tetapi tidak mengancam permukiman di sekitar gunung api berdasarkan karakteristik masing masing gunung api.

Awas (Level IV)

Berdasarkan hasil pengamatan secara visual dan instrumental teramati peningkatan kegiatan yang semakin nyata atau dapat berupa erupsi yang mengancam pemukiman di sekitar gunungapi berdasarkan karakteristik masing masing gunung api.

Selain melakukan evakuasi, usaha mitigasi yang dilakukan pemerintah adalah dengan membelokkan aliran lava atau membuat jalur mengalirnya lava menjauh dari permukiman penduduk. Namun, meskipun berbahaya banyak orang yang tinggal dan berkebun di lereng gunung berapi. Hal ini disebabkan abu vulkanis mengandung mineral-mineral yang menyuburkan tanah, sehingga bagus untuk pertanian.

Begitulah, dengan posisi geografis yang terletak di ujung pergerakan tiga lempeng dunia: Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik dengan sabuk vulkanik (volcanic arc). Indonesia tidak banyak bisa mengelak dari kerawanan bencana alam.

Mengenal dengan baik lingkungan tempat tinggal yang rawan bencana tersebut serta berusaha hidup selaras dengannya, justru akan mengurangi dampak bencana jika letusan gunung itu benar-benar terjadi.

Memang tidak banyak yang bisa dilakukan untuk mencegah meletusnya sebuah gunung api, tapi bagaimana mengurangi resiko dan dampaknya tentu itu bisa dilakukan masyarakat. Hidup harmoni dengan gunung api menjadi sebuah siasat dan ihtiar dalam mitigasi bencana akibat meletusnya sebuah gunung api.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement