Kamis 13 Oct 2016 16:34 WIB

Membangun Indonesia dengan Filantropi

Red: M.Iqbal
Farid Septian, Amil Baznas RI
Foto: Dokpri
Farid Septian, Amil Baznas RI

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Farid Septian, Amil Baznas RI

 

Pada 6-9 Oktober 2016, Filantropi Indonesia mengadakan Indonesia Philanthropy Festival (IPFest) 2016 yang diikuti lembaga filantropi nasional dan global. Dengan mengangkat tema “Fostering Partnership For Sustainable Development Goals” acara ini diharapkan menjadi forum strategis bagi lembaga filantropi dan organisasi nirlaba Indonesia untuk berbagi pengalaman, meningkatkan kapasitas, memperluas jejaring, dan mengembangkan kemitraan dengan lembaga-lembaga filantropi nasional dan global. 

Pada hari pertama festival tersebut, penulis diberikan kesempatan untuk mengisi salah satu diskusi di stan Baznas bersama dengan Muhammad Hasbi Lc. MA sebagai Wakil Direktur Pusat Kajian Strategis Baznas yang mengangkat tema Membangun Indonesia dengan Filantropi. 

Filantropi, sebuah harapan

Belakangan ini, kita tengah menyaksikan dengan apa yang dinamakan kezaliman ekonomi. Dimana segelintir konglomerat menguasai ekonomi mayoritas masyarakat. 

Ketimpangan ekonomi, penguasaan alat-alat produksi di kalangan kaum berpunya, jurang ekonomi yang semakin dalam antara si kaya dan si miskin, ketimpangan distibusi kekayaan adalah akibat kerakusan sistem ekonomi yang berpihak pada pemilik modal dan menyengsarakan masyarakat.

Sadar akan kondisi politik dan ekonomi Indonesia hari ini yang mengalami kelesuan (jika tak mau disebut kemunduran), maka kami mencoba untuk menawarkan gagasan bagaimana membangun Indonesia dengan filantropi berbasis dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf. 

Diskursus tentang gagasan ini sebenarnya bukanlah suatu hal yang baru bahkan sering diseminarkan. Namun, perlu kembali kita dorong dan yakinkan bahwa dana filantropi ini dapat berkontribusi secara positif bagi pembangunan ekonomi Indonesia.

Kami menyadari bahwa dana filantropi yang terkumpul mungkin belum secara signifikan memberi andil dalam pengentasan kemiskinan, namun setidaknya program-program berbasis dana filantropi ini secara nyata sudah dirasakan manfaatnya oleh masyarakat miskin dan rentan. 

Kecekatan gerakan lembaga zakat dalam merespon bencana -yang tak jarang menjadi pintu kemiskinan bagi masyarakat yang dilanda-, peningkatan kapasitas masyarakat miskin dalam program pendidikan, pendampingan dan pengembangan usaha kecil menengah dalam pemberdayaan ekonomi, pengadaan air dan sanitasi bersih bagi masyarakat adalah sederet kerja nyata yang tak bisa dilihat sebelah mata. Bahkan program tersebut sejalan dan mendukung agenda 17 poin Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG’s). 

Peran zakat dan wakaf

Potensi dana filantropi di Indonesia dari dana zakat dan wakaf saja sebetulnya sudah cukup kuat mengindikasikan bahwa keduanya –jika dikelola dengan tepat- dapat menjadi instrumen pembangunan ekonomi Indonesia. Hal ini tidaklah aneh mengingat jumlah Muslim di Indonesia mencapai angka 80 persen sampai 90 persen dari 250 juta penduduk. 

Potensi dana zakat yang mencapai Rp 217 triliun dan jumlah tanah wakaf yang tersedia seluas 1.400 KM persegi (setara Rp 790 triliun) adalah potensi kekuatan ekonomi umat yang harus segera digarap secara sungguh-sungguh. Bagaimana kemudian keduanya dilihat dalam kerangka memperkuat ekonomi Indonesia.

Untuk soal ini kita harus belajar dari Malaysia dalam hal pengelolaan dana filantropi tersebut. Dimana zakat, wakaf, bahkan dana haji dikelola secara produktif untuk kepentingan umat dan bangsa. Hal yang lebih penting dari pembangunan berbasis dana filantropi bukanlah sekedar pada jumlah nominal dana dan aset yang terkumpul.

Akan tetapi lebih jauh dari itu. Bahwa di balik semaraknya gerakan filantropi mengindikasikan meningkatnya kesadaran berkorban dan berbagi untuk kepentingan orang lain. 

Ini adalah modal sosial-spritual untuk kemajuan pembangunan. Kami menyadari bahwa gerakan membangun Indonesia dengan filantropi ini bukan tanpa tantangan. 

Political will dari pemangku kebijakan serta dukungan masyarakat luas -khususnya kelas menengah Muslim- adalah dua komponen utama yang menjadi pondasi rancang bangun penguatan ekonomi Indonesia berbasis filantropi Islam.

Inilah tantangan yang harus dijawab oleh seluruh pegiat dan lembaga filantropi di Indonesia. Kita harus membuktikan bahwa zakat dan wakaf ini memang betul-betul berkontribusi positif terhadap kemajuan pembangunan Indonesia.

Salam kebangkitan zakat! 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement