Senin 07 Nov 2016 05:11 WIB

Penting 'nggak' Penting, Ini Penting Tuan Presiden!

 Presiden Joko Widodo (kanan) menaiki kuda Salero usai pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di kediaman Prabowo, Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Jawa Barat, Senin (31/10). (Republika/Wihdan)
Foto: Republika/Wihdan
Presiden Joko Widodo (kanan) menaiki kuda Salero usai pertemuan dengan Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto di kediaman Prabowo, Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Jawa Barat, Senin (31/10). (Republika/Wihdan)

Penting Nggak Penting, Ini Penting Tuan Presiden!

Oleh : DR Iswandi Syahputra, Pengamat Media & Pengajar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

---------------------------------------------------------

Mungkin saja ada yang tidak suka dengan demo 411 kemarin. Tapi demo seperti ini baru pertama terjadi di Indonesia, mungkin di dunia. Tidak mudah dan tidak murah untuk menghadirkan jutaan orang seperti itu, hanya dengan satu tujuan bulat: menuntut proses hukum Ahok.

Bukankah Ahok sudah diproses periksa polisi? Betul. Tapi mengapa lambat dan sembunyi-sembunyi? Itulah keberatan demonstran. Tidak cuma lambat dan sembunyi-sembunyi, sebelumnya bahkan seperti dipersulit. Berdalih menunggu fatwa MUI, menunggu ijin Presiden atau menunggu Pilkada selesai.

Demo jutaan itu juga dituding politis karena jelang Pilkada dan dapat menjadi pintu masuk makar. Jutaan orang demo itu sebenarnya seni pertunjukan kemarahan. Mereka marah karena penggusuran, tapi memilih diam karena itu urusan dunia. Mereka marah karena jelas temuan BPK ada korupsi RS Sumber Waras tapi Ahok belum juga diperiksa, tapi memilih diam karena itu urusan dunia. Mereka marah karena berbagai umpatan Ahok yang kasar dan melukai kemanusiaan, tapi memilih diam karena itu urusan dunia. Mereka marah karena berbagai hal lain yang menyakiti hati mereka, tapi memilih diam karena itu urusan dunia.

Tapi tidak ketika Ahok mereka duga menghina Al-Qur'an, Kitab Suci yang mereka baca setiap hari, mereka benar-benar marah, karena itu urusan KEYAKINAN. Keyakinan ini yang bikin langkah mereka ringan turun ke jalan, tanpa beban dan tekanan. Bagi yang hobi membaca Al-Qur'an, pasti beda rasanya.

Penting tidak penting, demo damai jutaan orang itu menjadi PENTING, sekali lagi, PENTING. Mengapa penting? Kerumunan jutaan orang itu bukan penonton konser yang berkumpul untuk menghibur diri. Mereka berkumpul untuk menuntut karena suatu KEYAKINAN. Kondisi psikologis massanya sangat berbeda. Dan harus diingat, ini yang pertama di Indonesia jutaan orang berkumpul untuk satu tujuan. Jadi, jangan diabaikan, ini PENTING.

Jika saja Presiden tidak menghilang, dan berani tampil menerima demonstran, jika saja tidak tersebar photo Ahok yang tampak ceria menonton acara demo melalui layar kaca, tentu umat Islam tidak akan bertambah marah. Mengapa?

Karena sikap tersebut menganggap demo jutaan umat Islam dan ulama dari segala penjuru Indonesia itu TIDAK PENTING. Menurut saya, ini jelas bukan sikap negarawan, bahkan dapat menjadi tanda matinya nurani pemimpin.

Bayangkan saja, untuk urusan seorang pedagang Warteg Presiden mau turun tangan, untuk seorang petani di sawah, Presiden menghentikan mobil dinasnya, bahkan untuk umat minoritas Presiden menjamu dengan makan di Istana, mengapa urusan jutaan umat enggan untuk bertemu?

Saya menilai sikap ini tentu akan dapat lebih mengkonsolidasi para demonstran. Setiap kita kemudian dapat saja terbawa arus besar ini dalam polarisasi pro dan kontra yang bisa saja benar-benar berubah menjadi ledakan sosial.

Pemimpin bangsa ini sedang berjudi antara kedamaian dan kerusuhan. Ini sangat berbahaya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement