Oleh: Sunarto Ciptoharjono*
Pilkada serentak 2017 telah usai. Pilkada kali ini telah menyedot banyak perhatian, utamanya Pilkada DKI Jakarta yang ditandai dengan perang opini antarlembaga survei.
Namun, Pilkada DKI Jakarta hanyalah salah satu penanda pencapaian lembaga survei dan konsultan politik. Apabila kita tarik garis ke belakang, maka akan ditemukan rekam jejak lembaga survei mana yang paling banyak memecahkan rekor pencapaian di negeri ini.
Awal mula kehadiran lembaga survei dan konsultan politik di Indonesia kurang lebih 13 tahun lalu, atau tepatnya pada tahun 2004. Untuk pertama kalinya Indonesia menggunakan mekanisme pemilihan langsung.
Semenjak itu, ada ribuan publikasi survei, hasil quick count, serta munculnya puluhan lembaga survei dan konsultan politik. Melalui mesin pencari di dunia maya, kita bisa melihat puncak-puncak rekor yang telah ditorehkan oleh lembaga survei dan konsultan politik tersebut.
Paling tidak ada empat kategori rekor yang bisa dicatat. Pertama adalah rekor hitung cepat (quick count) paling akurat. Ketepatan hitung cepat yang biasanya diumumkan satu hingga dua jam setelah TPS ditutup harus dibuktikan dengan dengan hasil KPUD yang biasa diumumkan satu sampai dua minggu kemudian.
Biasanya selisih hasil antara hitung cepat dengan pengumuman KPUD besarnya pada kisaran margin error yang telah ditetapkan oleh masing-masing lembaga survei. Umumnya menggunakan margin error plus minus satu persen. Simpangan mutlak hasil hitung cepat dengan hasil KPUD ada di kisaran satu persen.
Namun, ada lembaga survei yang hitung cepatnya tidak ada selisih dengan hasil KPUD alias selisihnya 0.00 persen. Rekor tersebut dicapai oleh Lingkaran Survei Indonesia (LSI) atau yang lebih dikenal dengan LSI Denny JA ketika pilkada di Sumbawa tahun 2010. Rekor sempurna tersebut sudah diakui oleh MURI. Untuk melihat rekam digitalnya, bisa lihat di http://archive.is/3APQj sedangkan untuk rekor MURI ada di http://dennyja-world.com/survei-lsi/read/15.
Kedua adalah pecahnya rekor prediksi survei. Setiap lembaga survei harus mempertanggungjawabkan hasil surveinya, termasuk dengan memberi tahu publik terkait hasil survei. Tercatat ada rekor prediksi survei dengan mengiklankan 13 kali hasil survei di 13 wilayah pilkada, di koran lokal wilayahnya masing-masing sebelum pilkada. Hasilnya prediksi tersebut terbukti akurat.
Mengumumkan hasil survei menjelang pilkada memang biasa dilakukan. Namun, yang menjadi rekor adalah hasil survei tersebut diiklankan di koran sebelum pilkada. Kemudian, prediksi pemenang survei sesuai yang diiklankan terbukti dengan hasil akhir. Dan itu terjadi sebanyak 13 kali di 13 wilayah pilkada.
Lembaga yang mampu melakukan rekor tersebut adalah LSI Denny JA. Rekor ini juga sudah diverifikasi dan dilegalkan dalam rekor MURI.Untuk melihat rekam digitalnya, bisa lihat di http://nasional.kompas.com/amp/read/2008/12/19/16492882/LSI.Gondol.3.Rekor.MURI sedangkan untuk rekor MURI ada di http://dennyja-world.com/survei-lsi/read/11
Ketiga adalah rekor publikasi survei yang dimuat dalam headline koran nasional di halaman satu sebanyak 10 kali berturut-turut. Mempublikasi hasil survei adalah hal yang umum. Namun, menjadi rekor adalah ketika hasil survei tersebut menjadi berita utama (headline) di halaman pertama di koran nasional seperti Kompas, Jakarta Post, Koran Tempo, Republika, dll.
Publikasi survei yang mendapatkan perhatian sebesar itu juga dicapai oleh LSI Denny JA. Rekor itu juga sudah diverifikasi oleh MURI.Untuk melihat rekam digitalnya, bisa lihat di http://politik.rmol.co/read/2013/05/09/109779/Survei-LSI-Denny-JA-Raih-Rekor-Paling-Sering-Muncul-di-Halaman-Muka-Koran-Nasional-sedangkan untuk rekor MURI ada di http://dennyja-world.com/survei-lsi/read/141
Rekor yang terakhir adalah rekor memenangkan pemilu presiden tiga kali berturut turut. Konsultan politik merangkap sebagai lembaga survei adalah hal yang lumrah di Indonesia. Begitu pula di negara asal survei politik pertama kali ada yakni Amerika.
Keberhasilan untuk memenangkan gubernur atau wali kota adalah suatu hal yang biasa. Sebagai konsultan politik, tentunya puncak kebanggaan itu adalah ketika ketika memenangkan puncak perhatian dari segala pemilu, yakni pemilu presiden.
Apalagi ketika bisa memenangkan tiga kali pilpres secara berturut-turut. Lagi-lagi rekor ini dipecahkan oleh LSI Denny JA. Rekor ini juga sudah diverifikasi oleh MURI. Untuk melihat rekam digitalnya, bisa dilihat di: http://politik.rmol.co/read/2014/07/24/165375/Denny-JA-Tiga-Kali-Sukses-Memenangkan-Capres-
Di antara empat kategori tersebut, nama LSI Denny JA memborong semua puncak rekor mulai dari akurasi quick count, akurasi survei, popularitas publikasi dan calon yang dimenangkan.
Mengapa bisa LSI Denny JA yang memborong semuanya? Analisis saya, hal ini karena LSI Denny JA menyadari pentingnya rekor-rekor tersebut sebagai legitimasi dari reputasi. Reputasi ini adalah nyawa bagi konsultan politik.
Menggunakan MURI sebagai pihak yang memverifikasi rekor adalah pilihan jitu karena mereka adalah pihak ketiga yang akan berlaku netral, juga karena di Indonesia MURI adalah yang paling besar.
Nantinya mungkin LSI Denny JA perlu bermain di kancah dunia seperti Guinness Book of Record. Sangat mungkin rekor nasional yang diperolehnya ini juga adalah rekor dunia untuk kategori tersebut.
*Sunarto Ciptoharjono, Peneliti Alumnus UGM