REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah sukses menggelar Asistensi MICE di Bangka Belitung pada pekan lalu, Kementerian Pariwisata (Kemenpar) terus ngebut di area 10 destinasi prioritas lainnya. Kini giliran Kepulauan Seribu dan Kota Tua Jakarta menggelar Kegiatan Asistensi MICE (MICE – Meetings, Insentif, Conferences, dan Exhibitions) yang dilaksanakan di Hotel Novotel, Jakarta, dari tanggal 4 hingga 6 Mei.
Ketua Pokja Percepatan 10 Destinasi Prioritas Kemenpar, Hiramsyah Thaib, didampingi PIC Kepulauan Seribu dan Kota Tua, Dodi Riadi mengatakan, pihaknya berharap dari acara ini pariwisata di DKI Jakarta bisa meningkatkan kualitas pariwisata di salah satu destinasi 10 Bali Baru. Ini mengingat bahwa Jakarta merupakan salah satu destinasi untuk wisata MICE selain Bali.
”Bahkan kita bisa tampil lebih unik dan menarik, yakni dengan cara mengerahkan potensi potensi untuk wisata MICE karena banyak gedung-gedung heritage yang dapat dimanfaatkan seperti misalnya museum dan bangunan-bangunan yang tengah direvitalisasi oleh pengelola saat ini sebagai ruang ekhsibisi, pertemuan dan sebagainya,'' ujar Dodi.
Setelah melaksanakan kegiatan yang formil di agenda MICE, para wisatawan juga bisa mendapatkan agenda city tour yang menarik dan indah dengan berwisata ke Kepulauan Seribu. ”Atraksi bahari yang memiliki keindahan pantai dan bawah lautnya, dapat menjadi pilihan untuk kegiatan leisure-nya. Menggabungkan bisnis dan leisure merupakan tujuan dari kegiatan ini,” ujar Dodi.
Pasca acara ini, kata Dodi, produk-produk wisata di Kota Tua dan Kepulauan Seribu diharapkan dapat berkembang lebih baik lagi sehingga menjadi destinasi yang memiliki daya saing secara global. Apalagi, Jakarta merupakan ibu kota negara dimana akses direct flight terbilang banyak serta memiliki infrastruktur dengan standar internasional.
”Jakarta adalah pintu masuk yang sangat besar, sangat mudah, greater yang sangat berpotensi,'' katanya. ''Tentu saja ini harus terus digenjot oleh berbagai pihak.''
Potensi MICE
Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Nusantara, Esthy Reko Astuti, didampingi Kepala Bidang Penguatan Jejaring Kemenpar, Hidayat mengatakan, acara ini dilaksanakan bagian dari komitmen Kemenpar untuk terus mengembangkan 10 Bali Baru.
Ke-10 Bali Baru yang telah ditetapkan adalah Danau Toba (Sumut), Bangka Belitung (Babel), Tanjung Lesung (Banten), Kepulauan Seribu, dan Kota Tua (DKI Jakarta). Lainnya adalah Candi Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-Semeru (Jatim), Mandalika Lombok (NTB), Labuan Bajo (NTT), Wakatobi (Sulawesi Tenggara), dan Morotai (Maluku Utara).
”Potensi MICE itu baru 5 persen, masih ada 95 persen potensi di Indonesia yang bisa digenjot. Jadi, kami masih sangat optimistis bahwa MICE bisa mendatangkan banyak wisatawan,” ujar Esthy.
Kemenpar ingin semua pihak terkait untuk menyatukan visi dan misi di acara tersebut. Dinas Pariwisata Jakarta, Bappeda DKI Jakarta, Asososiasi Pariwisata, para pengelola objek wisata dan venue MICE di Jakarta, akademisi yang terkait di bidang pariwisata khususnya MICE, Media, mahasiswa dan mahasiswi yang terkait dengan bidang studi pariwisata khususnya MICE, tokoh masyarakat dan Duta Wisata dihadirkan di acara tersebut.
”Keunggulan dari Indonesia adalah, selain bisa melaksanakan pertemuan bisnis dan pekerjaan di kota-kota kita, namun kita memiliki alam yang mendukung. Kekuatan keindahan alam ini lah yang menjadi nilai lebih MICE di Indonesia,” kata Esthy.
Menteri Pariwisata, Arief Yahya, mengatakan bahwa pentingnya kekuatan penthahelix itu kumpul dan menyatukan visi dan misinya untuk pariwisata Indonesia. ”Acara ini menunjukkan pentingnya potensi pameran, konferensi dan acara bisnis dalam mengkontribusi pendapatan sektor pariwisata Indonesia serta dampak ekonomi yang signifikan melalui peningkatan jumlah pengunjung, tingkat hunian hotel, penerbangan dan high spending power dari delegasi MICE. Apalagi, Jakarta punya semuanya," ujar Arief Yahya.
Menurut Menpar, wisatawan yang datang untuk tujuan MICE memiliki kelebihan dibanding wisatawan biasa. Yaitu umumnya adalah opinion leader dari kalangan pengusaha, profesional maupun pemerintahan, yang melakukan kegiatan pada low-season.
Mereka juga datang dalam jumlah besar, dengan tingkat pengeluaran selama berada di destinasi tuan rumah kegiatan MICE menurut International Congress & Convention Association (ICCA) adalah tujuh kali lipat dari wisatawan biasa.