Ahad 10 Mar 2013 08:00 WIB

Kado Natal Terakhir Indonesia

Red: Didi Purwadi
Sepp Blatter
Foto: AP/Thanassis Stavrakis
Sepp Blatter

Lelaki tua itu mencoba untuk bersabar. Alih-alih menjatuhkan sanksi, lelaki tua itu justru memberikan ‘kado Natal’ untuk Indonesia.

‘’Ini merupakan kado Natal bagi Indonesia bahwa mereka tidak diskors,’’ kata lelaki tua itu.

Ya, lelaki tua itu adalah Sepp Blatter yang hari ini genap berusia 77 tahun. Presiden FIFA itu memberikan kado Natalnya sekitar 10 hari jelang perayaan Natal 2012 lalu.

Kado Natal Blatter sejatinya sebuah ultimatum kepada PSSI. Jika tidak mampu menyelesaikan masalah dualisme persepakbolaan nasional dalam tiga bulan ke depan, FIFA tidak akan ragu akan memberikan sanksi kepada sepak bola Indonesia.

‘’Saya sebenarnya sudah ingin memberikan sanksi kepada Indonesia. Tapi, saya tunda hingga tiga bulan ke depan,’’ kata Blatter kala itu. ‘’Tapi, jika dalam tiga bulan tidak selesai, maka sanksi itu akan jatuh.’’

Blatter memberi sinyal kencang bahwa FIFA tidak akan lagi memberikan kelonggaran waktu bagi Indonesia. Karena jika ditengok ke belakang, FIFA sudah mengasih waktu dua tahun bagi PSSI untuk memberesi kisruh yang melanda persepakbolaan nasional.

FIFA saat itu membentuk Komite Normalisasi dengan Agum Gumelar sebagai ketuanya. Komite bentukan FIFA tersebut berhasil memfasilitasi PSSI memilih Djohar Arifin sebagai ketua umum. Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Solo pada 9 Juli 2011 itu telah memberikan harapan baru.

Tapi, ego kepentingan pemangku-pemangku sepak bola nasional membuat perseteruan kembali mengeras. Muncul KPSI yang menjadi PSSI tandingan. Di lapangan hijau, dua kompetisi  --Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL)-- berjalan sendiri-sendiri.

Pemain jadi ikut terbawa-terbawa. Ada timnas pemain ISL dibawah pelatih Alfred Riedl, ada timnas pemain IPL di bawah pelatih Nil Maizar --yang kini digantikan Luis Manuel Blanco.

Kisruh kembali menerpa persepakbola nasional. Tapi, Blatter Desember lalu masih mencoba bersabar sambil tetap memberikan peringatan.

‘’Ini kesempatan terakhir Indonesia  untuk membereskan masalah mereka,’’ kata Blatter. ‘’Mereka memiliki waktu hingga pertemuan kami berikutnya pada 20-21 Maret.’’

Kini, tinggal sepuluh hari lagi jatah hari yang diberikan FIFA untuk PSSI dalam menyelesaikan kisruh persepakbolaan nasional. Segala sesuatunya sepertinya sudah berada pada jalurnya. PSSI dan KPSI berdamai dan sepakat menggelar KLB PSSI pada 17 Maret mendatang.

Agendanya pun sudah disepakati: revisi statuta dan penyatuan liga. Tidak ada agenda pelengseran Djohar Arifin dari kursi ketua umum PSSI yang pastinya sarat kepentingan. Sementara, agenda pengembalian empat Exco sudah berjalan beriringan dengan perdamaian PSSI-KPSI.

KLB yang tinggal sepekan itu merupakan kesempatan terakhir bagi PSSI dan KPSI untuk melakukan rekonsiliasi yang sejujurnya.

Demi nama kepentingan sepak bola nasional, PSSI dan KPSI harus melepaskan ego masing-masing. Keduanya harus bijak duduk bareng untuk menyatukan pemikiran yang selama ini berseberangan.

Karena jika gagal, Indonesia pastinya bakal terkena sanksi FIFA. Karena, tidak akan ada lagi kado Natal dari lelaki tua itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement