Sabtu 30 Dec 2017 04:30 WIB

Dominasi Manchester City

Para pemain Manchester City (kanan) merayakan gol keempat ke gawang Tottenham Hotspur pada laga Liga Primer Inggris di Stadion Etihad, Sabtu (16/12). City menang 4-1 pada laga ini.
Foto: AP Photo/Rui Vieira
Para pemain Manchester City (kanan) merayakan gol keempat ke gawang Tottenham Hotspur pada laga Liga Primer Inggris di Stadion Etihad, Sabtu (16/12). City menang 4-1 pada laga ini.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Wartawan Republika, Muhammad Iqbal (Twitter @eijkball)

Begitu didgaya. Frasa ini rasa-rasanya pas untuk menggambarkan kiprah Manchester City di Liga Primer 2017/2018. Bukti sahihnya tentu tergambar pada papan klasemen sementara.

Sampai dengan pekan ke-20, City berada di puncak berkat perolehan 58 angka. Unggul masing-masing 15 poin dan 14 poin dari Manchester United dan juara bertahan Chelsea. Kemudian peringkat keempat dan kelima ditempati oleh Liverpool (38 angka) dan Tottenham Hotspur (37 angka).

Dominasi The Citizens tidak hanya tergambar dari perolehan angka semata. Rekor dari sisi kemenangan terus dibukukan. Terbaru, City menaklukkan tuan rumah Newcastle United satu gol tanpa balas di St James' Park, Kamis (28/12) dini hari WIB. Raihan tripoin itu ditentukan oleh gol Raheem Sterling pada menit ke-31.

Menurut Opta, kemenangan tandang itu merupakan yang ke-11 sepanjang musim. Jika dirunut, catatan ini juga menyamai rekor Chelsea pada Desember 2008 lalu. Benar-benar tidak terhentikan!

Menjadi pertanyaan kemudian, apa kunci kesuksesan City?

Menurut penulis, semua karena sosok Pep Guardiola. Juru taktik asal Katalan ini mampu bangkit dari keterpurukan pada musim pertamanya. Pada musim kedua ini, Guardiola sukses memperlihatkan kelasnya sebagai pelatih yang telah mempersembahkan begitu banyak gelar bagi FC Barcelona maupun FC Bayern Muenchen.

Langkah peremajaan skuat yang dijalankan Guardiola dengan membuang nama-nama seperti Bacary Sagna, Paulo Zabaleta, sampai Joe Hart, terbukti sukses. Pemain-pemain baru macam kiper Ederson segera menjadi pemain kunci. Belum lagi nama-nama lawas seperti David Silva kembali bersinar.

Keterpurukan yang sempat menghinggapi dua bintang tim nasional Inggris, Raheem Sterling dan John Stones, telah pergi. Khusus untuk Sterling, mantan penggawa Liverpool ini, mulai rutin mengisi starting line up. Sedangkan Kevin De Bruyne, playmaker asal Belgia, semakin matang di lini tengah untuk menyuplai bola kepada ujung tombak, Gabriel Jesus atau Sergio Aguero.

Belum lagi pendekatan taktik di lapangan. Banyak kalangan menilai City sekarang layaknya Barcelona saat ditangani Pep. Sangat mendominasi laga tanpa ada keraguan sedikitpun, termasuk kala menaklukkan rival sekota Manchester United dalam Derby Manchester, beberapa waktu lalu.

Dengan semua catatan apik ini, maka timbul pertanyaan berikut. Tim manakah yang sanggup menghentikan City? Apakah The Citizens bakal menjadi juara Liga Primer musim ini?

"Saya tidak tahu apakah klub lain mampu menghentikan mereka tapi bagi kami hal ini sangat sulit," ujar pelatih Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino di laman Daily Mail, beberapa waktu lalu. Penuturan ini disampaikan Pochettino selepas Spurs dikalahkan dengan skor telak 1-4, pertengahan Desember ini. Sebuah pernyataan jujur dari pelatih asal Argentina tersebut.

Apabila kita melihat ke papan klasemen, ganjalan City tak akan jauh-jauh dari United, Chelsea, Liverpool, Spurs, dan Arsenal. Jika di bedah satu per satu, secara singkat, klub-klub ini memiliki masalah yang belum terselesaikan.

Misalnya United. Meskipun The Red Devils masih yakin bisa menjuarai Liga Primer, namun realita di lapangan belakangan amat bertolak belakang. Baru-baru ini, United ditahan imbang Burnley di Stadion Old Trafford, Rabu (27/12). Itu artinya rentetan hasil buruk selepas takluk dari Derby Manchester belum berhenti.

Sikap Mourinho yang menyalahkan para pemain, seperti selepas hasil imbang kontra Leicester City, pekan lalu, tentu bakal berdampak minor. Sebab, pelatih merupakan seorang motivator. Setidaknya ini menurut pengakuan Mourinho sendiri loh.

Sedangkan Chelsea, sang jawa bertahan, tampil angin-anginan sejak awal musim. Namun, perlahan tapi pasti, The Blues mulai membaik. Chelsea bisa menjadi penantang serius bagi City, alih-alih United, dengan catatan konsistensi pemain kunci seperti Eden Hazard dan Alvaro Morata tetap terjaga.

Sedangkan Liverpool, Spurs, dan Arsenal, masih harus dihadapkan pada inkonsistensi. Spurs sebagai contoh. Setelah tampil luar biasa di Liga Champions, termasuk kala mengalahkan Real Madrid, kini The Lilywhites mulai melempem. Permainan yang terlalu mengandalkan game maker asal Denmark Christian Eriksen mulai terbaca.

Dari sisi City sendiri, pada paruh kedua, konsentrasi tim tentu bukan tanpa kendala. Apalagi, kompetisi Liga Champions mulai memasuki babak krusial. Beruntung City hanya melawan FC Basel pada fase 16 besar.

Akan tetapi jika lolos, maka lawan-lawan berat mulai mengadang. Belum lagi kompetisi lokal macam Piala FA yang biasanya menguras tenaga dan mental. Namun, berbekal kepercayaan diri sekarang ditambah kualitas pemain yang merata antara pemain inti dan cadangan, rasa-rasanya City tak akan terhentikan.

Menutup tulisan ini, jika demikian, apakah City akan menjadi juara Liga Primer untuk kelima kali sepanjang sejarah? Bisa iya, bisa tidak. Patut pula kita mengingat kredo 'Bola itu Bundar'. Itu artinya semua masih bisa terjadi hingga pekan ke-38 pada 13 Mei 2018. Selamat berdebar-debar!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement