REPUBLIKA.CO.ID, oleh Andi Nur Aminah*
Pelepah pisang, potongan bambu, triplek dan balok, ada janur dan kertas warna warni disiapkan. Potongan bambu dirangkai menjadi berbagai bentuk. Ada yang menyerupai perahu, ada yang berbentuk kubah masjid, ada yang membuat menara, dan lainnya.
Di halaman masjid atau mushala, selepas Shalat Tarawih, sekelompok bapak-bapak dan remaja pria, bergotong royong menyelesaikan bentuk yang diinginkan. Kenangan masa kecil saya di sebuah kota yang cukup terpencil, Kota Mamuju, tiba-tiba muncul. Kalau sudah mulai ada kumpul-kumpul seperti ini, itu pertanda malam takbiran sudah semakin dekat. Ramadhan sebentar lagi berlalu.
Dulu, saya selalu tak sabar menunggu malam takbiran tiba. Saya selalu riang dan takjub menyaksikan kendaraan yang dihias berbagai bentuk, bahkan hingga ada yang tak ketahuan lagi bentuk asli mobilnya. Dulu, di kota kecil bernama Mamuju, konvoi kendaraan hias di malam takbiran tak pernah banyak. Maklum, jaman old, di Ibu Kota Kabupaten itu, kendaraan roda empat jumlahnya tak lebih dari 20.
Kini, di jaman //now, setelah menjadi ibu kota Provinsi Sulawesi Barat, jumlah kendaraan di sana sudah tak terbilang. Konvoi kendaraan pun tentu akan mengular saat malam takbiran tiba. Betulkah akan mengular? Kawan saya, salah seorang pengurus masjid di sana mengiyakan. Menurut dia, rencana pawai di malam takbiran akan digelar dan seluruh masjid sedang mempersiapkan kendaraan yang akan menjadi perwakilannya.
Konvoi kendaraan hias di malam takbiran, akan diikuti seluruh masjid di kota itu. Bahkan, kendaraan hias tersebut akan diperlombakan. Hadiahnya, bisa bermacam-macam. Dalam hati saya berucap alhamdulillah, meski tak bisa hadir menyaksikannya, setidaknya kemeriahan menyambut malam takbiran masih akan menggema bersama kumandang takbir dan tahmid.
Di tempat lain, kawan saya yang jadi pembina remaja masjid di Kota Makassar, Sulawesi Selatan mengabarkan, sejak akhir pekan lalu, remaja masjid Darul Anam di Kecamatan Ujung Tanah sudah menyiapkan mobil hias untuk pawai takbiran 1439 H. Mereka sudah merampungkan konstruksi kubah dan menara simulasi untuk pawai religius tahunan itu.
Namun mereka baru dapat kabar, pawai malam takbiran mungkin tak digelar tahun ini. Pemerintah provinsi melarang hajatan malam Lebaran itu. Surat Resmi Nomor 300/2121/Set-Kesbang, yang diteken pejabat sementara Sekprov Sulsel 8 Juni lalu, baru tiba di tangan pengurus masjid. Tapi meski ada surat edaran, semalam, mereka masih bergotong royong menyelesaikan kubah dan menara masjid yang dibuat dari bilah bambu.
Alasan pelarangan, katanya untuk menjaga keamanan dan stabilitas politik dan sosial menjelang Pilkada Serentak. Ya, Kota Makassar, memang akan menggelar Pilkada Serentak, Rabu (2/7) mendatang.
Surat edaran yang sama sudah menyebar ke seluruh kabupaten/kota di Sulawesi Selatan. Tak terkecuali di Kabupaten Soppeng yang berjarak 150 kilometer dari Kota Makassar. Namun tampaknya, rencana takbiran keliling akan tetap digelar di daerah ini.
Wakil Bupati Soppeng, Supriansa mengatakan bukannya tidak menghargai surat imbauan gubernur. Namun dia kasihan, jika alasan kamtibmas takbiran keliling dibatalkan. Dia pun tak rela warga yang sudah menyiapkamn perhelatan ini harus kecewa dengan pembatalan takbir keiling.
Diakuinya, takbir keliling memang tidak wajib, namun hanya budaya yang bernuangsa Islam. Namun dia beralasan tradisi ini bisa punah jika tidak dipertahankan. Dia meyakini atas izin Allah, takbir keliling di Soppeng akan berjalan lancar, tidak membawa masalah, tapi membawa berkah untuk masyarakat dan Kabupaten Soppeng.
Bagaimana dengan Jakarta? Di ibu kota negara ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih memberikan ruang untuk pelaksanaan takbir keliling. Meski tidak menyebut adanya larangan takbir keliling, Pemprov DKI mengimbau agar masyarakat tak menggelar konvoi di malam takbiran. Pemprov DKI pun memusatkan pelaksanaan malam takbiran di lima wilayah kota.
Takbiran di wilayah Jakarta Timur akan digelar di Masjid Jami At-Taqwa di Jalan Pisangan Baru Timur. Di Jakarta Barat, acara serupa akan dilaksanakan di area CNI di depan Lippo Mall Puri Indah atau di samping kantor Wali Kota Jakarta Barat. Sedangkan di kawasan Jakarta Pusat, malam takbiran dilaksanakan di sepanjang Jalan KH Mas Mansyur, Tanah Abang. Wilayah Jakarta Selatan digelar di halaman kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Jalan Prapanca Raya dan di wilayah Jakarta Utara dilakasnakan di Masjid Al Hidayah, Kelurahan Sungai Bambu, Tanjung Priok, dekat pintu keluar Tol Plumpang.
Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno mengatakan malam takbiran akan berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans), Suku Dinas Perhubungan dan Transportasi (Sudinhub), dan Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Hal ini dilakukan untuk menyiapkan pengawalan dan menentukan jalur. Ia berharap arak-arakan takbiran tidak menimbulkan gangguan ketertiban di masyarakat.
Sandiaga mengatakan, ingin persepsi mensyukuri setelah berperang 30 hari melawan nafsu berlangsung tertib, jangan ada euforia dan akhirnya ada ekses anarkis maupun vandalisme.
Mengumandangkan takbir dan tahmid di penghujung Ramadhan dengan cara pawai berkeliling, memang hanya tradisi yang berkembang turun temurun di Indonesia. Jika mencari hal serupa di negara lain, ini tentu tak akan ada. Di Tanah Suci misalya, selama berabad-abad lamanya, agenda pawai takbir keliling tidak pernah dilakukan.
Di Tanah Suci, kumandang takbir melalui pengeras suara di masjid hanya dilakukan setelah Shalat Subuh, yakni pada tanggal 1 Syawal. Bukan dilakukan sebelum perayaan Lebaran itu sendiri.
Umat muslim di Tanah Suci tidak melakukan keramaian seperti yang dilakukan umat Muslim di Tanah Air di akhir Ramadhan. Selepas Shalat Magrib dan Isya di Masjid Nabawi Madinah dan Masjidil Haram di Makkah, warga masing-masing akan kembali bekerja sesuai dengan rutinitasnya.
*) Penulis adalah redaktur Republika.co.id