Selasa 30 Oct 2012 12:39 WIB

Pensiunan Mau Digasak

Ahmad Syafii Maarif
Foto: Republika/Daan
Ahmad Syafii Maarif

REPUBLIKA.CO.ID,Oleh Ahmad Syafii Maarif

Penjahat, penipu, penggarong, pencuri, penggasak, dan yang sejenis itu memang tidak memilih sasaran untuk dijadikan korban, termasuk para pensiunan. Di Indonesia, daftar korbannya sudah terlalu panjang.

Demikianlah pada 19 Oktober 2012 sekitar pukul 10.00 pagi saya ditelepon oleh seorang yang menyebut namanya Joko yang lagaknya dari Badan Keuangan Negara (BKN). Pesannya agar segera menghubungi Kepala Taspen Pusat Drs Sugiantoro, sambil memberi nomor telepon (021) 8347-4529.

Saya ikuti kehendaknya. Sugiantoro palsu ini langsung menjelaskan bahwa para pensiunan berdasarkan PP Nomor 22 Tahun 2011 secara bertahap akan diberi dividen asuransi sekali seumur hidup sebesar Rp 50 juta dipotong Rp 2,5 juta sehingga penerimaan bersih menjadi Rp 47,5 juta melalui empat bank, yakni BNI, BRI, BCA, dan Mandiri.

Untuk 2012 ini, saya dikatakan termasuk yang mendapat harta karun itu. Setelah dividen itu diterima melalui rekening, saya diminta menyiapkan fotokopi KTP dua lembar, NPWP dua lembar, dan materai Rp 6.000 tiga keping, lalu diserahkan kepada Kepala Taspen se tempat.

Untuk wilayah Yogyakarta, disebut nama Ir Brotolaras, nomor telepon (0274) 566-685 atau telepon seluler (ponsel) 0821-1333-1127. Siasat penggasakan ini cukup sistematis.

Saya diminta menghubungi Nurhakim SH dari BNI pusat yang berkantor di Jl Sudirman, Jakarta, lantai 9, nomor telepon (021) 44702027. Dengan berlagak sebagai karyawan BNI yang bertugas untuk menyalurkan dividen ini, Nurhakim meminta Nomor Rekening Bank BNI dan angka saldo terakhir.

Tugas selanjutnya agar saya secepatnya pergi ke ATM BNI dengan dibekali nomor aplikasi BNI pusat: 019998-567. Sampai di konter ATM, saya harus menghubungi Nurhakim untuk dituntun menjalani proses selanjutnya.

Reaksi saya adalah mengapa harus di ATM, tidak melalui teller? Dijawab, memang demikianlah prosedur pemberian dividen itu agar tidak bermasalah dengan Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK). Karena hari itu Jumat, saya katakan tidak mungkin pergi ke ATM. Nurhakim dengan tenang menjawab, dia juga mau shalat Jumat.

Sesudah Jumatan, saya diminta menghubunginya lagi dari konter ATM sebab harus rampung hari itu juga, tidak boleh ditunggu pada lain waktu. Saya katakan hari itu tidak punya waktu. Dengan tenang kemudian dijawab Nurhakim, jika demikian, tunggu saja giliran tahun 2014, dividen akan disalurkan lagi.

Begitulah drama kejahatan itu berjalan.

Agar operasi penipuan ini diketahui publik, saya mengontak Drs Saefuddien Hasan, mantan dirut BNI, sahabat lama saya, untuk melacak siapa kira-kira Nurhakim itu, apakah nama itu ada di BNI pusat. Inilah jawaban Saefuddien via SMS, "Aww, Yth Buya, lapor bahwa nama dimaksud di BNI tak dikenal dan saya cek ke salah satu direktur di Taspen bahwa hal tersebut tidak benar dan memang saat ini sedang menjadi modus operandi penipuan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan mengaku sebagai pegawai Taspen atau pegawai bank. Salah satu kemungkinan risikonya ialah bila rekeningnya dike- tahui, penipu ini akan mengambil dana dari rek yang sdh disampaikan. Tks. Wassalam, Saefuddien Hasan."

Penjelasan Pak Saefuddien ini saya sampaikan juga kepada kepala Cabang Pembantu (Capem) BNI di Jl Godean, Yogyakarta, Bung Asyhadi. Dia menjadi penasaran, lalu meminta nomor-nomor telepon di atas untuk dihubungi, tetapi tak satu pun yang menjawab. Maka, yakinlah kami, ini jelas-jelas penipuan dari sebuah sindikat penjahat. Mengapa jika dikontak dari nomor lain, tidak dijawab. Jawaban akan muncul jika dikontak melalui telepon calon korban, yaitu telepon rumah saya. Asyhadi menambahkan, penipuan itu hampir tidak mungkin jika dilakukan melalui teller, tetapi yang rentan adalah melalui ATM.

Saya tidak tahu apakah nama-nama palsu dan nomor telepon di atas bisa dilacak oleh pihak Bareskrim untuk dicari identitasnya atau memang penjahatnya sangat lihai sehingga modus operandinya masih akan mencari korban-korban pensiunan lainnya yang lengah.

    

sumber : Resonansi
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement