Sabtu 08 Feb 2014 06:00 WIB

Sabar Negatif

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Asma Nadia

Bagaimana mungkin sabar ada yang negatif, bukankah itu perintah Quran?

Lalu adakah sabar negatif?

Saya tahu tidak mungkin ada perintah yang salah dalam Quran, tapi masalahnya sabar yang kita kenal saat ini adalah sabar versi sebagian besar manusia Indonesia, yang maknanya menyimpang jauh dari sabar versi Quran.

Salah satu alasan kenapa kita selalu dilanda banjir, tidak tanggap menghadapi bencana, tertinggal dari negara lain adalah karena sabar negatif. Salah menerjemahkan makna sabar.

Kesalahan pertama adalah pemahaman bahwa sabar berarti menunggu. Tunggu jebol baru tanggul diperbaiki. Tunggu saja pejabat habis masa waktunya kalau bekerja tidak baik. Tunggu saja uang masuk, sebab kalau memang rejeki tidak akan kemana. Padahal Rasulullah mencontohkan sabar sebagai sikap memahami timing. Ada saatnya menunggu, ada saatnya pro aktif ada saatnya kita bertindak lebih dahulu. Sabar adalah daya tahan seseorang menyesuaikan sikap diri dengan kebutuhan timing yang tepat. Jika saatnya diam walaupun marah maka tetap diam, jika saatnya bergerak walaupun mengantuk ya harus bergerak.

Kesalahan kedua adalah mengidentikkan sabar dengan pasrah atau nerimo. Jalanan macet terima saja. Pejabat tidak berfungsi terima saja.Banjir terus menerus ya terima saja. Ketika mushola di mal mewah ditempatkan di lokasi basement yang sulit dicapai atau di sudut menjijikkan, pun kita terima saja.

Padahal Rasulullah sebagai orang yang paling mengerti konsep sabar mencontohkan sikap berani menuntut hak, berani bertindak dan tidak begitu saja menerima nasib. Ketika Rasul dan sahabat disiksa di Makkah, mereka diam bukan karena takut atau nerimo, tapi karena mengerti pada waktu itu bukan saat tepat untuk melakukan perlawanan. Tapi ketika Rasul dipaksa untuk ikut beribadah menyembah berhala, ia menolak keras. Jadi sabar bukan nerimo melainkan bisa menerima keadaan sesuai dengan keharusan.

Kesalahan ketiga memaknai sabar adalah menganggap sabar sama dengan diam. Ketika dilarang berjilbab kita diam. Ketika acara televisi banyak menyesatkan anak-anak, kita diam. Ketika umat diperlakukan tidak adil, kita diam. Padahal Rasulullah memerintahkan setiap muslim untuk mencegah kemungkaran dengan tangan, lisan atau dengan hati, dan diam sepenuhnya sama sekali bukan bagian yang dianjurkan sang nabi.

Kesalahan keempat terkait sabar adalah memahami sabar sebagai tidak marah, tidak berkelahi, tidak melawan penindasan. Apakah benar?

Rasulullah sangat mengerti konsep sabar, namun ‘marah’ ketika melihat kemunkaran, berperang dan memimpin perang. Memperjuangkan hak dengan fisik bukan berarti tidak sabar. Orang yang marah bukan berarti tidak sabar. Rakyat yang memprotes karena pemerintah tidak menjalankan tugasnya bukan rakyat yang tidak sabar, tetapi justru rakyat yang berani memperjuangkan haknya. Umat Islam yang menuntut mushola dilokasikan di tempat yang strategis di mall dan berbagai fasilitas umum, juga bukanlah umat yang tidak sabar, melainkan umat yang mengerti benar hak-hak mereka.

Muslimah yang berdebat keras bahkan melawan atasan karena menolak dipaksa membuka jilbab pun bukan tidak sabar, sebaliknya justru karena paham apa yang menjadi haknya.

Sabar adalah daya tahan.

Orang yang sabar mempunyai daya tahan untuk bisa menahan marah ketika memang harus menahan marah, namun tak sungkan bertindak ketika diperlukan. Tindakan mereka, bahkan jika pun dianggap marah adalah marah profesional, marah yang sesuai dengan syari, bukan marah emosional. Orang sabar tidak responsif. Mereka penuh perhitungan matang dan tidak

reaktif.

Orang sabar adalah bersikap proporsional. Tahu bagaimana bersikap sesuai keadaan. Sekalipun kemarahan sedang memuncak tapi jika itu bukan saat yang tepat, mereka mampu menahan dan bersikap sesuai proporsi. Mereka tahu kapan harus menuntut hak kapan harus menunggu dan kapan harus merelakan.

Orang sabar adalah profesional sejati. Mereka menjadi hamba yang profesional. Sekalipun sedang mengantuk mereka akan memaksakan diri bangun ketika waktu sholat tiba. Jika muslim dan muslimah memahami sabar sesuai dengan porsi dan pemahaman sebenarnya insya Allah masa depan bangsa akan lebih sejahtera.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement