Ahad 19 Jun 2016 06:00 WIB

Semangat Zero Accident Mudik 2016

Asma Nadia
Foto: Republika/Daan
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID, Asma Nadia

Saya ingat, hampir setiap tahun, sejak   2012,   selalu menulis satu artikel tentang mudik. Artikel tersebut   dibuat di awal Ramadhan sebelum musim mudik berlangsung, guna mengingatkan berbagai pihak untuk lebih bersungguh-sungguh mengantisipasi jatuhnya korban selama mudik.

Masih terngiang, di awal tahun tersebut jumlah korban mudik selama 16 hari mencapai angka sangat memprihatinkan, 908 jiwa. Padahal pada tahun yang sama, di Mesir terjadi revolusi berdarah yang menewaskan 297 orang, atau sekitar sepertiga dari korban kecelakaan mudik di tanah air. Angka tersebut juga masih jauh lebih besar dari jumlah korban perang lima hari Rusia-Georgia --melibatkan 40 ribu tentara--   yang menewaskan 500-an orang. 

Saat itu, dari tahun ke tahun sebelumnya jumlah korban mudik selalu meningkat seiring bertambahnya jumlah pemudik, seolah jadi pembenaran. Tentu tidak demikian, catatan buruk harus  dihentikan, biarlah  2012 menjadi yang terburuk.

Alhamdulillah, tahun-tahun setelahnya jumlah orang yang  mengalami kecelakaan saat  mudik relatif semakin menurun, meskipun masih terhitung banyak, tetap di atas jumlah korban perang lima hari Rusia-Georgia.  

Lebaran tahun lalu, korban mencapai 657 orang, dan Wakil Ketua Komisi Perhubungan DPR Muhidin mengomentari jumlah korban meninggal dunia selama arus mudik sebagai pembunuhan massal yang disebabkan moda transportasi. Jangan kita anggap biasa, katanya.

 Hati saya berbunga saat membaca berita bahwa Menteri Perhubungan (Menhub), Ignasius Jonan, menyebutkan bahwa target pemerintah, sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo, pada arus mudik dan balik Hari Raya Idul Fitri tahun ini zero accident atau tanpa kecelakaan. 

Semangat ini menunjukkan keseriusan pemerintah dalam mengantisipasi arus mudik lebaran. Saya memberi apresiasi tinggi atas keberanian pemerintah mencanangkan target tersebut.

Apakah ini berlebihan? Mimpi terlalu tinggi? Justu itu yang terpenting.

Dalam roadshow film Jilbab Traveler Love Sparks in Korea yang akan tayang mulai libur Lebaran 5 Juli,  di berbagai sekolah dan kampus kami selalu menekankan betapa pentingnya memiliki impian dan berani bermimpi tinggi.  Cita-cita yang besar akan mempengaruhi sikap, perilaku dan kerja keras seseorang dalam mencapai impian.

Zero accident jelas merupakan target tinggi, tapi jauh lebih baik daripada sekadar "mengurangi jumlah korban" yang tidak jelas indikatornya. Niat baik yang sudah ditekadkan ini perlu disupport berbagai pihak, agar dapat menjelma kenyataan.

Kabar baiknya, target ini juga diiringi dengan kerja nyata. Moda tansportasi dicek, dan yang tidak layak jalan akan dilarang beroperasi. Sejumlah 529 pesawat komersial diperiksa, terdapat 5 hingga 10 di antaranya tidak layak dan akan dilarang terbang. Ribuan angkutan darat juga tak luput mendapat perhatian serius. Ada 45 ribu bus Antar Kota Antar Provinsi (AKAP), 447 lokomotif kereta dan 1.600 kereta penumpang, kapal laut 1.200, dan 100-an kapal penyebrangan. Persiapan dan pemeriksaan sudah dilakukan sejak beberapa bulan lalu 

Target zero accident  juga harus mendapat dukungan penuh setiap individu yang melakukan perjalanan dengan kendaraan pribadi. Mereka harus mempersiapkan kendaraan masing-masing dengan sebaik dan seaman mungkin. Penting untuk melakukan pengecekan ketersediaan   oli, rem,   dan kelengkapan lain-- demi kenyamanan,  kelancaran dan keamanan perjalanan jauh yang akan dilakukan.

Persiapan tersebut juga harus juga diimbangi dengan membangun kesiapan fisik dan kesehatan pemudik terutama bagi mereka yang menggunakan kendaraan roda dua. Istirahat yang cukup, tidak mengendarai kendaraan saat mengantuk adalah catatan yang sangat penting,--mengingat mengantuk adalah salah satu penyebab kecelakaan tertinggi.

Jika pemerintah sudah berkomitmen dengan zero accident dan masyarakat pun mematuhi peraturan lalu-lintas, selalu waspada serta berupaya maksimal mengantisipasi dan menghindari terjadinya kecelakaan, bukan mustahil target yang seolah luar biasa ini insya allah mendekati kenyataan.

Kurang dari dua pertiga Ramadhan. Insya allah cukup waktu untuk bersiap dan membuat perencanaan seteliti mungkin agar saat mudik tiba,  semua bisa berlebaran bersama keluarga, mengisinya dengan kebahagiaan dan suka cita, dan insya allah  setelahnya kembali dengan selamat untuk memulai rutinitas masing-masing.

Manusia hanya bisa berusaha yang terbaik--yang pada akhirnya efek baiknya juga akan disyukuri bersama.  Selebihnya berdoa dan berserah diri pada Allah. Setidaknya dengan impian dan target yang tinggi, apalagi ini untuk kemaslahatan semua, Allah sudah mencatatnya sebagai satu kebaikan. 

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement