Sabtu 06 Jan 2018 08:19 WIB

Ketika Menganggap Tuhan tidak Adil

Asma Nadia
Foto: Daan Yahya/Republika
Asma Nadia

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh: Asma Nadia

Tidak jarang manusia menganggap Tuhan tidak adil karena memberi sesuatu yang lebih pada satu pihak. Menyediakan kemudahan pada seseorang dan memberi kesulitan pada lainnya. Secara sederhana bencana, penyakit, iklim buruk, seolah merupakan bentuk ketidakadilan Tuhan.

Tapi seorang Muslim harus meyakini, adil adalah salah satu sifat Allah, dan tidak adil menjadi sesuatu yang mustahil bagi-Nya. Dengan melakukan perjalanan, mengamati dunia ciptaan Allah yang luas, juga dengan banyak membaca, mata kita akan terbuka untuk melihat betapa adilnya Allah.

Mari cermati bangsa Indonesia, yang sangat diberkahi. Penduduknya bebas menikmati sinar matahari nyaris setiap hari. Waktu siang dan malam relatif sama sepanjang tahun. Hanya ada dua musim, panas dan hujan. Tidak ada salju yang menyelimuti dan menutupi jalan serta mengganggu aktivitas.

Di atas kertas bangsa Indonesia sangat dimanja, diberi begitu banyak kemudahan oleh Allah. Sebagaimana dilantunkan Yon Koeswoyo, vokalis Koes Plus yang baru saja menghadap ilahi (semoga Allah meridhainya), Indonesia adalah tanah surga. Tongkat dan kayu bisa jadi tanaman, kail dan jala cukup untuk menghidupi, ikan dan udang menghampiri.

Masyarakat di Eropa, Jepang, Korea, Cina, mungkin bisa berkata Tuhan tidak adil. Bagaimana mungkin bangsa Indonesia diberi banyak kemudahan sementara mereka harus berjuang melawan salju, hidup dengan matahari yang minim, serta waktu siang dan malam yang tidak konsisten.

Namun semua yang membaca, dan melakukan perjalanan akan berpikir sebaliknya. Justru mampu melihat tanda-tanda kebesaran Allah dan keadilan-Nya bertebaran di mana-mana.

Contoh sederhana saya rasakan ketika mencuci pakaian di musim dingin di Eropa. Setelah mencuci, menjemur pakaian di halaman sama saja dengan memasukkan baju ke freezer. Tapi masyarakat di sana tidak tergantung dengan cuaca di luar, karena begitu cucian selesai, pakaian yang masih basah dapat langsung dimasukkan ke mesin pengering tanpa perlu menunggu sinar matahari.

Teknologi pengering pakaian tidak akan muncul di negara seperti Indonesia yang dimanja dengan sinar matahari. Masih banyak pencapaian teknologi lain yang justru hadir akibat didesak kesulitan hidup.

Bahkan jika mau menelusuri lebih jauh, sebagian besar negara yang maju, kuat dan juga sejahtera adalah negara yang mengalami empat musim. Negara yang justru dikepung salju. Mengapa? Karena Allah maha adil.

Ketika memberi kesulitan Dia sudah menyiapkan kekuatan pada setiap makhluk untuk mengatasinya. Dan sebaliknya ketika Allah memberi kemudahan, di baliknya ada potensi buruk jika tidak diisi dengan kebijakan. Bisa jadi malah menjerumuskan.

Dalam hal ini sebagian besar bangsa yang hidup di empat musim terbukti terbiasa menghadapi tantangan. Ketika mendirikan gedung, mereka berpikir membangun pencakar langit yang bisa menahan dingin yang ekstrem sekaligus kuat menahan panasnya matahari. Mereka terbiasa membuat barang berkualitas. Sedangkan bangsa Indonesia dan penduduk di daerah tropis, kebanyakan mudah puas membuat bangunan apa adanya karena dianggap sudah cukup kuat.

Bangsa yang tinggal di empat musim harus menyelesaikan proyek pembangunan sesua rencana. Harus menepati perjanjian sebab jika terlambat dan telanjur berganti musim, maka risikonya besar dari alam yang menantang. Sementara di Indonesia, perencanaam bangunan bisa saja mangkir, dan tidak ditepati sebab tidak ada risiko besar yang dihadapi.

Jika terus berlanjut bangsa Indonesia akan terjebak oleh kemudahan yang melenakan karena salah memahami rahmat Allah. Sehingga akhirnya rakyat Indonesia yang kaya justru banyak dipecundangi, yang melimpah sumber daya alam justru terjebak jurang kemiskinan.

Dalam parenting, orang tua yang kaya jauh lebih sulit membuat anak mereka mandiri, karena buah hati sudah terbiasa hidup nyaman dan dilayani. Sebaliknya banyak generasi muda unggulan lahir dari keluarga berkekurangan. Hanya orang tua kaya yang menyadari risiko di atas, yang terpacu untuk melatih ananda agar mandiri sehingga sanggup bersaing dan meraih kesuksesan.

Di dunia hewan kita juga bisa melihat keadilan Allah. Sang Pencipta memberikan taring dan cakar pada singa dan macan karena mereka harus makan herbivora yang lebih besar dan kuat. Allah memberi kecepatan pada cheetah tapi tidak melengkapi dengan kekuatan.

Allah tidak memberi tangan dan kaki pada ular tapi menyempurnakannya dengan bisa. Hewan yang lemah bisa berkamuflase hingga tak terlihat saat bersembunyi.

Allah tidak memberi semua kekuatan pada satu makhluk, selalu ada kelebihan dan ada kekurangan. Justru di situ kuncinya sebab dalam kekurangan dan kelebihan itu setiap makhluk menemukan keadilan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement