"Yang mengenal dirinya akan sibuk dengan memperbaiki kekurangannya ; yang mengenal Rabbnya akan sibuk menundukan hawa nafsunya" - Ibnu Qayyim
Sahabat Amil yang dirahmati Allah...
Beberapa waktu lalu, saya hadir di tengah orang-orang penting di gerakan zakat Indonesia. Orang-orang terbaik yang ada di balik layar. Mereka tak banyak jumlahnya, tetapi mereka tak mudah kerjanya, karena harus mengawal dan menjaga tegaknya tulang punggung gerakan zakat Indonesia.
Mereka ini anak-anak muda milenial yang dalam hidupnya baru berbilang bulan masuk dan bergabung menjadi bagian gerakan zakat. Mereka ini walau baru, punya tugas mulia yang tak mudah. Beban mereka laksana pasukan elite yang bernama "Ksatria Templar" yang ada di Katolik yang awal tugasnya melindungi para peziarah Katolik, lalu berkembang menjadi pasukan dengan misi utama menjaga tegaknya para pengemban tugas suci. Di dunia Islam, semacam "Pasukan Janisari" yang dibentuk Sultan Al Fatih dengan tugas utama menjadi motor utama penaklukan konstantinopel. Pasukan ini dipersiapkan sungguh-sungguh dan dididik sejak dini.
Melayani para amil butuh persiapan tak sederhana, apalagi melayani para penggerak amil yang menjaga gawang dunia zakat. Dalam kesempatan spesial kemarin, sejumlah orang kunci pergerakan bertemu para penyokong dan penjaga dinamika harian gerakan zakat. Bertemunya dua komponen penting ini, bukan semata berbicara tentang bagaimana mendorong gerakan zakat bisa lebih optimal, lebih dari sekadar itu, ini soal bagaimana memupuk keberanian anak-anak muda yang jadi batu bata gerakan untuk menembus belenggu keterbatasan yang dimiliki.
Sebuah gerakan, bagian pentingnya tak semua terlihat nyata. Ibarat pohon, di antara batang, daun dan ranting yang tampak, ada akar yang tersembunyi letaknya, bahkan jauh menembus kedalaman bumi. Begitu pula sebuah gerakan, akar ini ada walau mungkin tak diketahui. Dan gerakan zakat, sebagian fungsi akarnya ada pada para penyokong gerakan yang ada pada orang-orang di dalam tim yang membantu mengurus berbagai hal yang ada.
Mereka ini kalau di Forum Zakat, tentu adanya di sekretariat. Keberadaan mereka memang terlindung di balik kesenyapan, tetapi sejatinya merekalah yang terus menyusun daun dan ranting gerakan zakat hingga terus tumbuh dan tak layu.
Orang-orang di Sekretariat tak semua berlatar belakang pengelola zakat, mereka datang dengan berbagai basic kelimuan serta pengalaman yang beragam. Dengan tugas yang berat, membantu menegakan pilar gerakan zakat, tentu mereka juga harus belajar cepat menambah kapasitas dengan berbagai kemampuan untuk mengimbangi tugas tadi.
Mereka harus belajar sambil tetap menyiapkan pelayanan paripurna untuk mengawal gerakan zakat Indonesia. Dengan situasi ini, tak ada alasan untuk anak-anak muda ini ragu, apalagi khawatir dengan keterbatasan yang dimiliki.
Mereka yang ada di sekretariat asosiasi pengelola zakat ini ibarat spon, harus menyerap seluruh dinamika yang ada sebagai sebuah pembelajaran yang berguna dan akan menambah portopolio mereka masing-masing. Mereka harus bergerak juga menuju titik-titik kesetimbangan baru dalam menempatkan dirinya di dalam setiap situasi yang terjadi. Begitu indikator gerakan berubah, maka mereka pun harus mengikuti dan menempati posisi yang tepat.
Gerakan zakat, sebagai sebuah gerakan yang dinamis, tentu harus tetap tumbuh dan menunjukan indikator perkembangan. Dan untuk bisa terus meningkat dalam setiap waktunya, ia memerlukan kemampuan untuk memahami kelemahan dirinya. Hal ini agar ia mampu menghindari segala kelemahan yang ada yang bisa jadi akan menghambat proses kemajuan yang akan ia gapai. Dari setiap kelemahan yang dipelajari, kita akan tahu bahwa hal ini pada dasarnya sudah terjadi dan tak boleh lagi muncul atau malah berkembang lagi.
Semua kelemahan pada dasarnya jadi alat untuk bercermin dan membuat langkah baru yang lebih baik. Kelemahan-kelemahan yang ada menjadi pendorong bagi kemajuan yang akan dicapai nantinya. Dalam dinamika pergerakan, tak mustahil sejumlah kelemahan ini kadang membentuk mental kemustahilan. Nah, di balik anggapan kemustahilan itu, sejarah sesungguhnya telah mengajarkan kepada kita bahwa kesabaran, keteguhan, kearifan, dan ketenangan dalam melangkah telah mengantarkan sebuah pergerakan apa pun untuk maju dan berkembang dan mencapai apa yang dicita-citakannya.