Rabu 03 Jul 2019 04:55 WIB

Fiqh Asoy: Tentang Anjing, Mut'ah, Poligami, dan Makkah

Di Indonesia banyak orang yang mengambil cara enak di dalam menyikapi fiqh.

Red: Muhammad Subarkah
Masjid Suleiman di Istanbul
Suasana ketika Daker Makkah diguyur hujan. Lihat pegunungan yang ada di belakang. Di sana di temukan banyak anjing.

Kalau soal anjing masuk masjid, abang Fahmi Mada yang asal Pidie, Aceh bagian utara yang dikenal sebagai pusat gerakan Islamis di Aceh, kemudian bercerita ringan lagi. Dia berkisah begini terkait masa kecilnya.

"Dahulu saat tinggal di kampung Kembang Tanjung, Piddie itu kakek saya punya piaraan dua ekor anjing. Fungsi anjing bukan untuk menjaga rumah. Binatang itu digunakan untuk menjaga area kebun tebu milik kami,'' katanya,

''Kakek menaruh anjing itu di pintu masuk kebun, tujuannya untuk menjaga pencuri membawa tebu. Anjing itu jinak sangat penurut. Aku selalu lihat dua anjing itu bersama kakek menjaga kebun,'' lanjutnya lagi.

Lha apa tak jadi masalah? Ini karena saya tahu suasana keagamaan di Piddie seperti apa. Jawab Fahmi mengejutkan: Ya nggak lah. Di sana orangnya Muslim semua dan tahu air liur itu najis. ''Semua tetua kampung tahu anjing itu bawa najis. Nah, kakek kalau menyentuh air liur anjing selalu 'samak' (membersihkan bekas air liur anjing yang terkena tubuh dengan air mengalir).''

''Selain itu anjing juga gak pernah ada di rumah. Dua anjing itu tetap di kebun. Jadi anjing gak pernah jalan-jalan ke rumah atau ikut-ikutan sampai di bawa masuk ke masjid kayak sekarang ha ha ha. Kami di Aceh terbiasa dengan anjing dan tahu memperlakukannya. Jadi memang beda fungsinya tak gaya-gayan sok penyayang binatang,'' ujarnya.

Lalu, adakah anjing di Makkah? Nah, bagi yang pernah tinggal dan pernah menjadi warga di kota itu, pasti tahu di sana ditemukan banyak anjing  berkeliaran. Bedanya, tidak terlihat di kota atau permukiman warga, mereka berada di pegunungan terpisah dari penduduk karena merupakan anjing liar. Dan tak ada warga yang terkena rabies karena digigit anjing seperti pernah terjadi di Bali itu.

Maka jangan kaget bila pada kawasan perbukitan di belakang Kantor urusan haji Indonesia yang ada di kawasan Aziziah Makkah (Daker Makkah) ditemukan banyak anjing berkeliaran. Anjing-anjing itu terlihat berkeliaran dari kejauhan.

Tak hanya siang, pada malam hari gonggongan mereka jelas sekali terdengar. Dan di kawasan itu juga ada masjid dan permukiman. Tapi tak pernah ada anjing masuk ke situ atau sibuk ikut dibawa sampai ke masjid segala.

Anda masih penasaran kawasan Aziziah itu di bagian Makkah yang mana? Jawabnya, kawasan itu di dekat Mina. Anjing itu berada di perbukitan yang ada di sekitar 'tunel' (terowongan) Malik Fahd yang salah satu menjadi pintu utama para jamaah haji ke kawasan Mina.

Nah, meski ada sekawanan anjing liar, tak pernah ada anjing yang ditemukan bebas jalan-jalan ke mana suka sembari mengendus-endus atau mengejar-ngejar orang atau jamah haji dan umrah yang lewat seperti lazimnya. Tak ada ceritanya itu!

Alhasil, tolong doakan saya bisa balik ke Makkah. Doakan ya. Aku pengin ngecek anjing-anjing itu masih ribut melolong atau tidak. Yang jelas tiap pagi sehabis Shubuh saya selalu was-was bila berjalan-jalan di dekat perbukitan itu. Dan aku pun hanya dengar suara lolongan dan salakan ributnya saja.

Sepertinya sekawanan anjing itu memang takut tiap kali akan bertemu manusia. Anjing-anjing itu ternyata menyingkir lebih dahulu.

Alhasil, usul saya dengan mengutip nasihat almarhum Gus Dur: Jangan terlalu serius sama Fiqh sebab fiqh itu banyak ikhtilafnya! Ingat di atas fiqh (hukum) ada akhlak yang lebih tinggi dan mulia kedudukannya.

Tabik.....!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement