Oleh: Akhmad Danial, Dosen Komunikasi UIN Jakarta
Itu yang dikesankan dari pernyataan Yasonna Laoly. Meski mungkin jika dilihat konteks nya, maksudnya bukan begitu.
Persoalannya mungkin karena Yasonna menyebut nama suatu daerah secara spesifik. Diucapkan dengan tone serius tidak di daerah bersangkutan sehingga menjurus pada labeling. Simak pernyataannya:
“Berikan saya dua orang anak. Satu anak lahir di Menteng, ibu kaya, ayah kaya. Berikan saya juga anak dari Tanjung Priok, lahir dari ibu pelacur, bapak preman, kasih ke saya. Split them in years. Look at them who will be the criminal,'' kata Yasonna Laoly
Dari pernyataan itu, ada persandingan antara "anak dari Tanjung Priok", "lahir dari ibu pelacur" dan kata "bapak preman". Apa yang segera tergambar dalam benak anda.
Kalau saya, ada upaya mengasosiasikan antara ketiga kata itu. Anak Tanjung Priok, lahir dari ibu pelacur dan bapak preman. Mungkin bukan itu maksud Pak Menteri, tapi itu yang segera tergambar tentang anak yang lahir di Priok.
Disebutkan nama Tanjung Priok menyebabkan juga risiko munculnya citra bahwa di situ adalah tempat para pelacur dan para preman. Kalau di Amerika mirip daerah Bronx lah.
Bronx terletak di ujung Pulau Manhattan, New York City, Amerika Serikat. Kota ini penduduknya padat, miskin dan didominasi warga kulit gelap. Bronx, kerap diasosiasikan dengan hal-hal yang menakutkan, utamanya soal banyaknya kejahatan.
Maka anda bayangkan, nasib para jomblo kelahiran Tanjung Priok ketika menghadap calon mertua (Camer). Saat sang Camer mengetahui dia kelahiran Tanjung Priok, apa yang ada dibenaknya?
Mungkin ada yang mengkaitkan masalah ini dengan pernyataan Prabowo soal "tampang Boyolali" saat pilpres lalu. Pernyataan itu menuai kecaman juga, bahkan oleh para pejabatnya.
Saat itu Prabowo bercerita soal Jakarta yang penuh gedung dan hotel mewah yang tidak bisa diakses warga kebanyakan, kecuali orang-orang kaya tertentu. Dan dari dahulu dikenal istilah anak gedongan atau anak Menteng. Nama yang terakir ini menyebut wilayah elit di Jakarta yang dihuni pejabat dan orang kaya. Meski di Menteng itu ada klafisikasinya, seperti Menteng Atas, Menteng Kali Pasir yang tempat tinggal orang biasa seperti Barack Obama semasa kecil sebelum jadi Presiden Amerika Serikat.
Prabowo dulu lalu bilang: "Kalian kalau masuk, mungkin kalian diusir. Tampang kalian tidak tampang orang kaya, tampang-tampang kalian ya tampang orang Boyolali ini. Betul?" kata Prabowo kepada para pendukungnya.
Dalam video berdurasi 6 menit itu, tak tampak hadirin memprotes pernyataan Prabowo. Mereka justru tertawa dan mendukung pernyataan eks Danjen Kopassus itu dengan jawaban 'betul'.
Kalaupun ada demo, jumlahnya hanya segelintir saja. Tidak ribuan orang seperti kejadian demo warga Tanjung Priok. Apakah itu karena Yasonna orang PDIP?
Menurut saya bukan itu masalahnya. Prabowo mengkaitkan Boyolali dengan kemiskinan, sedang Pak Menteri dengan "kriminalitas". Kemiskinan, lebih ringan tudingannya dibandingkan dengan kejahatan. Ingat kejahatan acapkali dilaksanakan orang kaya dan canggih seperti yang dilakukan mereka yang tinggal dan lahir di daerah elit.
Selain itu, tone Prabowo disampaikan dengan nada bercanda. Responsnya adalah tertawa. Disampaikan juga di lokasi yang dia sebut, di Boyolali. Bukan di daerah lain, ngomong tentang Boyolali.
Mungkin Pak Menteri menyampaikan ucapannya secara serius sehingga orang Priok tidak tertawa. Ribuan turun demo beberapa hari lalu. Marah!