REPUBLIKA.CO.ID,PURBALINGGA -- Meski tanpa alat pendingin, ruang Multimedia SMA Karangreja Purbalingga yang dijadikan tempat untuk merayakan Hari Remaja Internasional 2015 dengan mengadakan program Jalan Remaja 1208 sudah berhawa sejuk.
Pagi itu, Sabtu (15/8) Negeri Awan Cinemart ekstrakulikuler sinematografi SMA Karangreja menggelar Bioskop Rakyat berupa pemutaran film dan diskusi kerja sama dengan Yayasan Kampung Halaman Yogyakarta.
Koordinator Kegiatan, Yunita Sari mengatakan, meskipun sudah lebih dari setahun ekskul sinematografi di sekolahnya, namun jarang membuat kegiatan pemutaran dan diskusi. "Program Bioskop Remaja ini memberi kesempatan kepada kami memperkenalkan film kami dan film yang dibuat anak-anak seusia kami kepada teman-teman kami," tuturnya.
Selain memutar film dan diskusi, Negeri Awan Cinemart berkesempatan membuat video diary bertajuk "Islam Aboge". Video tersebut tentang salah satu kepercayaan dalam agama Islam di Jawa, yaitu Islam Aboge atau dikenal dengan nama Islam Kejawen. Aliran ini, menentukan kapan mulai masuk bulan Ramadhan dan kapan Lebaran dengan caranya sendiri.
Sebelumnya, penyelenggara Bioskop Remaja sudah menyiapkan beberapa narasumber untuk diskusi, salah satunya guru agama Islam mereka. Namun dengan alasan tidak menguasai materi soal Islam Aboge, maka tidak berani menjadi narasumber.
Karena itu, narasumber hanya dari anak-anak ekskul sinematografi sebagai pembuat video diary dan sekaligus pelaksana Bioskop Remaja dibantu dari Direktur Cinema Lovers Community (CLC) Purbalingga Bowo Leksono.
Menurut Hafid Imanudin, video yang dibuatnya saat menjelang bula Ramadhan lalu berangkat dari pemberitaan di media massa tentang perbedaan awal bulan Ramadhan yang selalu terjadi setiap tahun.
"Kami ingin mengabarkan bahwa tidak hanya versi Pemerintah dan Muhammadiyah yang hampir setiap tahun beda dalam menentukan awal puasa, namun ada Islam yaitu Aboge yang juga menentukan awal puasa dengan caranya berupa perhitungan penanggalan Jawa," jelasnya.
Para peserta diskusi pun turut urun rembuk, ada yang pro ada yang kontra dengan alasannya masing-masing. Apapun, video diary yang dibuat anak-anak remaja menarik untuk didiskusikan. Setidaknya menjadi pemantik mereka berani mengungkapkan pendapat.