Rabu 22 May 2013 20:35 WIB

Kultur Jaringan Bisa Skala Rumah Tangga Lho..

Peserta Himakova pelatihan kultur jaringan dengan DR Edhi Sandra.
Foto: (foto HIMAKOVA)
Peserta Himakova pelatihan kultur jaringan dengan DR Edhi Sandra.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR – Jika mendengar 'Kultur Jaringan,' anda semua pasti membayangkan sebuah laboratorium dengan petugas-petugas yang mengenakan jas lab berwarna putih. Ruangannya juga besar, luas, dipenuhi dengan peralatan berteknologi tinggi, dan serba steril.

Itu adalah kultur jaringan dalam dunia bioteknologi yang terdapat di laboratorium instansi dan akedemisi di kampus.

Ternyata, kultur jaringan itu bisa diperkecil cakupannya ke skala rumah tangga lho. Kali ini, Kelompok Pemerhati Flora 'Rafflesia' yang tergabung di dalam Himakova IPB mencoba belajar dan praktik kultur jaringan bersama Ibu Ir Hapsiati. Beliau adalah pemilik Esha Flora, sebuah perusahaan skala rumah tangga yang bergerak di bidang kultur jaringan di Bogor.

Pada Sabtu dan Ahad pagi beberapa waktu lalu, Ibu Hapsiati mengajarkan beberapa prosedur untuk mengultur suatu tanaman. Seluruh anggota ‘Rafflesia’ dengan seksama memperhatikan Ibu Hapsiati di di Ruang Seminar ABT Fakultas Kehutanan IPB.

“Mengultur jaringan tanaman tidak lah sulit, sebab hanya membutuhkan lima tahap,” ujar Ibu Hapsiati kepada seluruh anggoota ‘Rafflesia.’ Pertama, pengambilan eksplan dari beberapa bagian tubuh tanaman yang masih muda. Kedua, inisiasi kultur, yaitu proses pensterilan eksplan agar terbebas dari kontaminan (kotoran).

Tahap berikutnya adalah inisiasi, kemudian multiplikasi atau perbanyakan bahan tanaman. Keempat, tahap pemanjangan tunas, induksi, dan perkembangan akar.  Setelah tunas tumbuh besar, maka tahap terakhir adalah aklimatisasi atau proses pemindahan tunas dari dalam botol ke luar.

Lalu, bagaimana sesungguhnya kultur jaringan skala rumah tangga itu? Rumah anda adalah laboratorium anda. Anda cukup menyediakan ruangan biasa untuk ruang inisiasi, ruang penyimpanan, dan ruang persiapan. Tingkat sterilisasi di sini tentu  tidak seketat sebuah laboratorium skala besar. Sebab, bagi Ibu Hapsiati, inti keberhasilan bercocok tanam dengan teknik kultur jaringan ini adalah menjaga tahapan inisiasi atau penanaman bagian tubuh tanaman ke dalam botol.

ROLers, ternyata jika kita berhasil menerapkan teknik kultur jaringan skala rumah tangga, itu bisa memberikan manfaat ekonomi lho. Buktinya, Ibu Hapsiati dan suaminya, Bapak Edhi Sandra yang juga dosen di Departemen Konservasi dan Sumberdaya Hutan IPB, bisa mengultur jaringan anggrek, tanaman hias, pisang, jati, gaharu, sengon, dan jabon.

Bayangkan, jika kita harus menyediakan sejumlah lahan untuk pertanian konvensional hanya untuk pembibitan. Anda harus berpeluh keringat di lapangan menyiapkan persemaian, pembibitan, dan areal tanam. Sedangkan jika anda ahli dalam hal kultur jaringan, anda cukup duduk manis di ruang berpendingin dan dengan telaten melakukan praktik kultur jaringan. Tenang, gagal awal itu biasa, sebab semuanya proses belajar. Yang penting, jangan takut untuk terus mencoba.

Lalu, apa fungsinya kultur jaringan bagi mahasiswa kehutanan seperti Himakova? Nah, Ketua Pelaksana, Aldira Noval Nasution mencoba menjelaskan bahwa pelatihan ini akan membangkitkan jiwa menanam dan merubah pola pikir generasi muda bahwa menanam tidak selamanya kotor. “Kultur jaringan juga sebagai alternatif menanam untuk meningkatkan biodiversitas Indonesia di masa mendatang,” katanya.

Dilansir dari website resmi Esha Flora, bagi pemula yang sangat berminat untuk belajar kultur jaringan untuk skala rumah tangga, setidaknya anda hanya memerlukan modal Rp 890 ribu. Rinciannya seperti untuk membeli paket enkas kecil beserta alat tanamnya, media kultur steril, kultur steril dari jenis tanaman, dan bahan habis pakai lainnya.

Sedangkan keuntungan yang bisa anda raih dari keberhasilan modal awal itu bisa mencapai dua kali lipat lho. Satu botol kultur jaringan bisa diperbanyak menjadi 30 botol lebih. Cukup menjanjikan, bukan? Dengan demikian, ilmu kultur jaringan saat ini sudah lebih membumi, dan anda tak perlu takut untuk mencoba berbisnis kultur jaringan. Selamat mencoba! (Yusuf Muhammad)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Praktik pembuatan kultur jaringan KPF Rafflesia Himakova (foto HIMAKOVA)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Laboratorium kultur jaringan (foto HIMAKOVA)

 

Rubrik ini bekerja sama dengan HIMAKOVA

Alamat: Tangkaran Himakova, DKSHE Fahutan IPB. Kampus IPB Dramaga, Bogor 16001

e-mail: [email protected]

Blog: himakovaipb.blogspot.com

Twitter: @HIMAKOVA

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement