Ahad 14 Oct 2012 14:00 WIB

Melirik Sistem Transportasi di Istanbul

Salah satu keindahan di sudut kota Istanbul, Turki. (ilustrasi)
Salah satu keindahan di sudut kota Istanbul, Turki. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,Republik Turki adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. wilayahnya terbentang dari semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya sampai daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; Irak dan Suriah di tenggara; dan laut Mediterania di sebelah selatan.

Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental.

Wilayah Turki dibagi ke dalam 81 provinsi untuk tujuan administrasi. Provinsi-provinsi tersebut dikelompokkan ke dalam 7 wilayah untuk tujuan kepentingan sensus. Ketujuh wilayah itu adalah Marmara, Ege, Karadeniz, Ic Anadolu, Dogu Anadolu, Akdeniz, dan Guneydogu Anadolu. Provinsi-provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak Istanbul (13 Juta jiwa), Ankara (5 Juta jiwa), Izmir (4 Juta jiwa), Bursa (3 juta jiwa), dan Adana (2 juta jiwa).

Istanbul memiliki banyak kesamaan dengan Ibu kota Indonesia yaitu Jakarta, diantaranya menjadi kota yang kepadatan penduduknya terbanyak, pusat pariwisata dan Industri. Hanya saja kota Istanbul di Turki bukanlah Ibu kota negara (Ankara sebagai Ibu kota), sehingga segala aktivitas pemerintah pusat tidak terganggu dengan kendala macet, dan lain-lain.

Sejauh mata saya membaca perkembangan berita memang ada kota-kota di beberapa negara lain yang memiliki sistem transportasi baik dan mungkin lebih baik dari Istanbul, namun di sini saya akan mencoba memberikan gambaran sistem transportasi di tempat di mana saya belajar dan berkeliling mengitari kota sehari-hari yaitu Istanbul.

Ketika mendengar kota Istanbul yang ada di kepala banyak orang Istanbul merupakan kota bekas Konstantinopel dan kota pariwisata, ya semua bayangan tersebut saya katakan sangat benar. kota Istanbul memang dulunya adalah Konstantinopel yang sangat terkenal pada masanya karena kuat dan jayanya kerajaan tersebut dan juga Istanbul merupakan kota pariwisata.

Banyak sekali lokasi-lokasi di Istanbul yang sangat indah, menarik dan bersejarah seperti Museum Ayashopia (dulunya gereja pada masa Konstantinopel), Blue Mosque (Masjid biru), Top Kapi (benteng), Tower Galata, selat bosphorus, dll yang membuat setiap hari seakan tidak mengenal hari libur atau aktif bekerja di kota ini bagi para Tourist dari seluruh penjuru dunia.

Di tengah kepadatan tersebut Pemerintah sangat memperhatikan kenyamanan transportasi seningga masyarakat sekitar dan para pengunjung merasa nyaman. Istanbul memiliki beberapa alat transportasi umum kota seperti Tramvay (kerete listrik), Metro (kereta listrik bawah tanah), Metrobus (semacam bus trans Jakarta), Otobus (semacam bus), Kereta Gantung, Vapur (kapal laut), Dolmus (semacam angkot) dan Taksi.

Seluruh alat transportasi tersebut kecuali taksi dan dolmus untuk pembayaran kami tidak perlu membawa uang dan membayarnya ke kernet seperti yang dilakukan di tanah air, namun kami sudah meiliki kartu transportasi (berbentuk card) yang bisa diisi di konter pengisian (Akbil) sehingga kami bisa langsung masuk dengan bantuan detektor sebelum menumpangi transportasi tersebut.

Saat menaiki Metrobus saya terheran-heran karena tidak ada kendaraan lain yang memasuki jalur tersebut, sehinggga perjalanan terasa nyaman dan cepat. Saya jadi berprasangka jangan-jangan di Jakarta pembatasnya kurang tinggi sehingga semua kendaraan (ojek, taksi, motor,dll) bisa nyelonong masuk jalur khusus tersebut atau para pengguna jalan merasa geram dengan masalah kemacetan atau mungkin mental warganya yang ambruk. Semoga prasangka yang terakhir ini saya salah.

Pernah juga mendengar keluhan kawan "Kalau begini bagus sistemnya kan jadi jelas ke mana larinya uang hasil transportasi, nggak kayak kita mulai dari tukang perkir saja sudah dikorupsi!".  Bagi saya yang bukan asli warga Jakarta, namun dalam beberapa kesempatas saya juga termasuk sering berkunjung ke Jakarata, tentu saja keluhan kawan ini membuat saya berpikir dan sekaligus malu, bagaimana tidak wong yang ngomong dan diajak ngomong sama-sama orang Indonesia.

Saya dan teman-teman lain yang sedang berada di luar negeri sangat mengikuti perkembangan politik di Tanah Air, entah itu melalui media kabar online, milis, jejaring sosial, dll. Kabar terbaru ialah dengan terpilihnya pak Jokowi dan Ahok memimpin ibu kota Jakarta periode 2012-2017. izinkan saya mewakili teman-teman pelajar yang sedang studi di luar negeri mengucapkan selamat atas terpilihnya Bapak. Harapan kami tolong selesaikan dan perbaiki masalah Ibu Kota sehingga berdampak baik pada kenyamanan warga DKI Jakata sendiri, negara dan otomastis berdampak baik di mata mancanegara.

Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia

Penulis : Budy Sugandi

Master Pendidikan Matematika

Marmara University, Istanbul-Turkey.

sumber : PPI
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement