Convention Hall al-Habib Abdul Qadir as-Segaf, Husaisah, Seiyun, Hadhramaut, Yaman menjadi saksi kemeriahan acara pembukaan Simposium Nasional yang diselenggarakan Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Yaman pada Selasa (20/08). Simposium perdana sejak didirikannya PPI Yaman ini mengangkat tema "Kesenjangan Antara Nilai Kebangsaan dan Realitas Kehidupan Berbangsa".
Event besar ini dihadiri oleh sekitar 500 pelajar Indonesia di Yaman dari berbagai lembaga, rombongan KBRI Sana'a, serta sejumlah tokoh nasional. Tak ketinggalan, para tokoh serta ulama Hadhramaut pun turut hadir.
Acara secara resmi dibuka oleh Dubes RI untuk Yaman Drs. Wajid Fauzi, MPM pada pukul 11.00 waktu setempat. Turut tampil untuk memeriahkan seremoni pembukaan, Grup Seni Dapur Teater para pelajar Universitas Darul Ulum Asy-Syar’iyyah, Hudaidah dengan mempersembahkan Tari Saman khas Aceh. Kemudian acara dilanjutkan dengan penampilan grup nasyid pelajar Universitas Al-Ahgaff, Tarim, Hadhramaut.
"Terima kasih yang tak terhingga kami haturkan kepada seluruh pihak yang bersumbangsih menyukseskan acara ini," ujar Lalu Taufiq selaku Ketua Panitia Simposium dalam sambutan pembukaannya.
Ketua Umum PPI Yaman M. Khairuz Zadit Taqwa menambahkan, bahwa Simposium Nasional ini menemukan momentum yang tepat untuk memperteguh identitas kebangsaan pelajar Indonesia di luar negeri yang akhir-akhir ini semakin dipertanyakan. "Simposium ini adalah ajang pembuktian, bahwa meski jauh dari tanah air, kami (pelajar Indonesia) tetap berhati Garuda," ujarnya yang disambut riuh tepuk tangan para hadirin.
Sesi pertama menghadirkan dua pembicara; Ir. Muhammad Najib, M.Sc (Anggota Komisi I DPR RI) yang menyampaikan makalahnya berjudul "Peran Mahasiswa Dalam Laju Demokrasi Dewasa Ini; Komparasi Arab Spring dan Reformasi di Indonesia 1998" dan Drs. Wadjid Fauzi, MPM (Dubes RI untuk Yaman) dengan mengangkat tema "Peran Pelajar Indonesia dalam Menjaga Integritas Bangsa di Luar Negeri".
Dalam penyampaiannya, Ir. Muhammad Najib, M.Sc menekankan betapa pentingnya peran mahasiswa untuk berperan serta mengisi sejumlah agenda reformasi yang masih belum terlaksana secara maksimal, seperti penegakan hukum dan pemberantasan korupsi. Menurut tokoh kelahiran Singaraja ini, masyarakat Indonesia patut bersyukur karena telah melewati masa transisi dengan sangat bijak dan dewasa, jika dibandingkan dengan apa yang menimpa negara-negara Arab saat ini. "Namun demikian, reformasi di Indonesia bukan berarti telah berakhir, melainkan masih terus-menerus membutuhkan penyempurnaan dari segala aspek," tambahnya.
Menurutnya, ada dua tugas penting yang harus dimainkan secara baik oleh mahasiswa saat ini. Pertama, mahasiswa harus menjadi penjaga nilai di tengah banyaknya LSM dan ormas yang sudah tidak mampu menjaga independensinya. Kedua, mahasiswa harus bersikap selektif dalam mengadopsi segala hal yang akan diterapkan di negerinya.
Sedangkan pembicara kedua, Drs. Wajid Fauzi, MPM, mewanti-wanti mahasiswa Indonesia di luar negeri agar menyadari statusnya sebagai duta bangsa, yang harus senantiasa menampilkan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia di mata dunia.
"Kalianlah duta bangsa yang sesungguhnya!" Tegas lelaki asal Solo tersebut. Ia menambahkan, organisasi mahasiswa seperti Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) memiliki peran strategis untuk mewujudkan hal itu.
Sedangkan sesi kedua dilanjutkan pada malam hari dengan menghadirkan Prof. Dr. Sayid Abdullah Muhammad Baharun sebagai pembicara. Tokoh karismatik yang saat ini menjabat sebagai rektor Universitas Al-Ahgaff tersebut, menyampaikan tema berjudul "Moderatisme Syariat dan Toleransi Islam dalam Kegiatan Dakwah di Negara Majemuk; Meninjau Negara Indonesia Sebagai Sampel".
Acara pertama Simposium Nasional 2013 PPI Yaman berakhir pukul 22.30 KSA. Acara ditutup dengan pemberian cinderamata oleh Ketua Umum PPI Yaman, M. Khoiruz Zadit Taqwa, kepada para narasumber yang hadir. (Tim Reportase SN 2013 PPIY)
Rubrik ini bekerja sama dengan Perhimpunan Pelajar Indonesia