REPUBLIKA.CO.ID, Selamat Pagi Bang Hari. Salam kenal. Saya salah seorang pembaca setia ROL dan mengikuti terus Rubrik Konsultasi Motivasi Keuangan. Alhamdulillah mudik kemarin, saya mendapatkan tiket penerbangan yang murah. Dan sekarang sudah mau persiapan pulang kembali ke Jakarta. Yang ingin saya tanyakan, bagaimana menapaki hari-hari berikutnya biar tidak khawatir dengan kondisi keuangan. Ibarat orang yang lagi mengalami ‘Euforia Lebaran’ di kampung halaman. Mohon pencerahan keuangannya!
Fakhruddin
Palembang
Jawaban WF 19
Selamat pagi juga Bang Fakhruddin
Senang berkenalan dengan Anda, semakin banyak saudara, semoga semakin berkah hidup kita.
Lebaran identik dengan’balas dendam’, apa-apa yang ditahan, sepertinya ingin dituntaskan saat itu juga. Apalagi ‘Show of Force’ kemewahan yang dibawa dari kota, sepertinya ingin diketahui oleh seluruh penduduk yang pernah kita kenal maupun yang belum kita kenal. Parameter kesuksesan dengan banyaknya harta benda yang dibawa ke kampung halaman, membuat kita terlena, bahwasanya MASA DEPAN masih harus dijalani.
Di sinilah kita mulai insyaf, kondisi keuangan kita sudah tidak stabil lagi, bahkan mengalami defisit kronis. Barulah timbul penyesalan, dan uniknya, penyesalan ini akan terus berlanjut ke tahun-tahun berikutnya. Sepertinya masalah tidak berhenti, tetapi sebenarnya kitanya yang kurang dalam muhasabah keuangan.
Ketika selesai lebaran, kita habis-habisan, apa yang mesti kita lakukan dengan kondisi keuangan yang semakin menipis?
Sebelum saya bahas dari perspektif Motivasi Keuangannya, ada baiknya kita memahami makna kata lebaran.
Yang pertama, lebaran berasal dari kata lebar yang berarti selesai. Selesai dari apa? Selesai dari shaum/menahan, baik menahan Hhawa/keinginan seperti makan, minum dll dan nafsu/kedirian akan ego dan emosi kita.
Harusnya orang-orang yang telah berjuang selama 1 bulan di bulan Ramadhan, seharusnya siap secara fisik dan mental untuk menghadapi tantangan 11 bulan berikutnya.
Yang kedua, lebaran bermakna lebur, terhapusnya dosa, makanya ada istilah ‘Idul Fitri (kembali kepada kesucian, suci secara lahir dan batin). Fitrah juga berarti suci baik secara sosial dan spiritual, lebih menyayangi si miskin dan menghargai si sejahtera yang telah berbagi kenikmatannya kepada kaum dhuafa.
Sekarang mari kita bahas dari sisi Motivasi Keuangan. Lebaran berarti juga lancar, lancar aset-asetnya, harta yang sudah bersih, bisa digunakan kembali untuk mendistribusikan kepada yang berhak, tidak diam seperti air yang tergenang, tetapi terus bergerak memberi kemanfaatan buat umat.
Bagaimana caranya agar euforia lebaran ini tetap bisa menyeimbangkan arus kas kita.
1. Rencanakan pengeluaran tahun-tahun berikutnya dari sekarang
Ibarat bayi yang telah terlahir kembali, anggap saja arus kas Anda menjadi nol. Apa yang sebaiknya Anda lakukan?
Hitung kembali semua kebutuhan selama 1 tahun ke depan. Artinya seperti perencanaan tahunan berbasis kalender Hijriyah tentang PHBI (Peringatan Hari Besar Islam) seperti Maulid Nabi Muhammad SAW, Isra’ Mi’raj, Ramadhan, zakat fitrah dan zakat mal, Idul Fitri (termasuk mudik jika terbiasa pulang kampung), Idul Adha/Hari Raya Qurban, 1 Muharram serta perayaan-perayaan lainnya seperti akikah anak dan berumrah atau haji serta perayaan bersifat tahunan lainnya. Ada pula PBB (Pajak Bumi Bangunan), perpanjangan STNK & SIM, Pajak Penghasilan dll.
Hari 'Soul' Putra
Financial Motivator
Managing Director WealthFlow 19 Technology Inc.
Kolom ini diasuh oleh WealthFlow 19 Technology Inc.,Motivation, Financial & Business Advisory (Lembaga Motivasi dan Perencana Keuangan Independen berbasis Sosial-Spiritual Komunitas). Pertanyaan kirim ke email : [email protected] SMS 0815 1999 4916.