BAGIAN KEDUA-HABIS
Setelah Menara Al Bidda, giliran pembangunan stadion Piala Dunia 2022 Qatar mendapatkan sorotan. Dalam laporan investigasinya, Guardianmengungkapkan bahwa Qatar telah melanggar hak-hak pekerja dengan beban pekerjaan yang tidak manusiawi. Qatar membangun berbagai stadion megah demi menyambut Piala Dunia tanpa memperhatikan kesejahteraan para pekerjanya.
Salah satu stadion mewah yang tengah di bangun itu adalah Al-Wakrah. Lebih dari 100 pekerja dari beberapa negara miskin bekerja keras untuk menyelesaikan stadion yang berkapasitas 40 ribu kursi itu. Stadion yang dirancang arsitek Inggris Zaha Hadid ini telah menjadi saksi bagaimana para pekerja yang sudah sekuat tenaga memeras keringat di bawah panasnya gurun pasir hanya diberi upah 4,9 poundsterling per hari atau sekitar Rp 100 ribu. Jumlah yang sangat kecil untuk kehidupan serbamahal di Qatar.
Pemerintah Qatar dituding Guardiantelah mengabaikan nasib para pekerja. Negeri kaya minyak ini seolah menjadi neraka bagi para buruh bangunan yang kebanyakan datang dari India, Bangladesh, dan Pakistan. Mereka dipaksa bekerja di bawah suhu gurun yang sangat panas tanpa perlindungan yang memadai. Hasilnya, ratusan pekerja dikirim kembali ke negara asalnya tanpa nyawa.
Qatar telah menghabiskan dana sekitar 2,4 miliar poundsterling (Rp 48 triliun) untuk membangun delapan stadion sebagai persiapan Piala Dunia delapan tahun mendatang. Jumlah sebesar itu berbanding terbalik dengan upah para pekerja di Al-Wakrah yang setiap orangnya hanya bergaji pokok bulanan sebesar tiga juta rupiah ditambah dengan upah lembur selama 64 jam pada April lalu.
Setiap pekerja yang lembur 64 jam mendapatkan imbalan sebesar Rp 580 ribu. Atau, jika dirata-ratakan mendapatkan Rp 9.000 per jamnya. Jadi, setiap buruh selama sebulan ditambah dengan lembur selama 64 jam hanya mendapatkan upah sekitar Rp 3,6 juta.
FIFA merespons laporan Guardiandengan mengatakan terus memantau perkembangan terkait perlakuan terha dap pekerja migran. Sebab, Guardiansejak tahun lalu secara rutin membeberkan tentang kondisi tak manusiawi di Qatar ini. Seorang juru bicara FIFA menegaskan, telah berulang kali mendesak Pemerintah Qatar untuk mengatasi kondisi yang menyudutkan para pekerja di negara mereka.
Supreme Committee for Legacy and Delivery (SC), komite yang bertang gung jawab terhadap pembangunan infrastruktur Piala Dunia 2022, merespons laporan ini. Lewat sejumlah media lokal, mereka membantah berita tersebut meski tidak semuanya.
Mohamad Ali Ahmad Hussain Hamad, manajer Amana Qatar Contracting Company yang merupakan perusa haan kontraktor Al-Wakrah, mengatakan, pihaknya telah mengidentifikasi lebih lanjut terkait minimnya gaji pekerja. Ia memastikan bahwa Amana menawarkan akomodasi berkualitas tinggi untuk para pekerja Al-Wakrah.
Mereka tinggal di apartemen dengan tempat tidur dan kamar mandi yang bersih. Hamad juga membantah adanya penahanan paspor pekerja. Menurut dia, pekerja menitipkan paspor agar lebih aman dan bisa diminta sewaktu-waktu. rep:c79 ed:israr itah