Bila kita suka bernostalgia dengan masa lalu, barang-barang klasik untuk koleksi pasti tak akan lelah dicari. Dari barang pecah belah, elektronik, hingga alat makan, bisa menjadi barang pemuas kegemaran pada barang-barang antik.
Aroma vintage untuk alat makan, seperti piring, mug, termos, dan cangkir seng, selalu memiliki jumlah penggemar yang tak sedikit dari dulu. Salah satunya, Ani (45), pecinta alat klasik asal Jakarta.
Wanita yang hobi mengoleksi alat makan klasik ini rela memesan barang yang diinginkannya terlebih dahulu. "Saya punya toko langganan di daerah Mayestik, harganya cukup bervariasi. Saya suka sekali dengan piring-piring dan gelas dari seng, lebih unik dan ringan," ujarnya kepada Republika, Jakarta, Selasa (4/1).
Semakin hari, peminat alat makan klasik ternyata kian ramai saja. Apalagi, barang tersebut merupakan benda buatan tangan yang kerap memberikan rasa unik tersendiri, sekaligus memiliki nilai jual tinggi.
Salah satu penjual alat makan klasik, Kecapilawas yang memiliki toko di jejaring e-commerce nasional, Tokopedia mengungkapkan, peralatan makan jadul seperti termos klasik paling laku dan menjadi tren belakangan ini.
"Termos klasik itu namanya termos Simbok merknya Ching Kiang. Ada dua ukuran 400 mililiter yang harganya Rp 105 ribu dan 800 mililiter seharga Rp 140 ribu, hanya ada warna merah," kata pemilik toko Kecapilawas, Gabriel.
Tak hanya menjual produk termos saja, Gabriel juga menawarkan berbagai peralatan masak klasik, seperti rantang, piring, dan gelas seng. Motif bunga menjadi motif yang paling banyak menjadi incaran para pembeli.
Menurut dia, di dalam termos klasik yang menjadi produk legendaris tersebut, di dalamnya ada kaca dan tutupnya terbuat dari sumbatan kayu sistem diputar. Dengan begitu, termos ini memiliki ketahanan panas hingga 12 jam.
Bahannya yang terbuat dari enamel porcelain coating juga dapat menjaga kualitas higienis makanan. Dia menjelaskan, para pembeli tak perlu khawatir terhadap alat makan klasik tersebut lantaran memiliki bahan enamel yang sama dengan keramik.
Material ini apabila terjatuh atau terbentur tidak akan pecah. Namun, bisa terkelupas, gompel, atau somplak. Cara perawatannya juga terbilang mudah, yaitu setelah pemakaian boleh direndam sampai pada posisi di bawah stainless ring.
Kemudian, setelah dicuci bersih, harus ditiriskan terlebih dahulu selama sekitar dua menit. "Untuk pengiriman, kami selalu packing dengan memakai kardus dan bubble wrap," kata Gabriel.
Keuntungan bila beli banyak
Untuk urusan harga, berbagai peralatan makan klasik ini terbilang relatif. Biasanya, harga untuk barang grosiran akan lebih miring ketimbang membeli satuan. Tapi, jangan khawatir, harga satuan pun biasanya ketika dijual di pasar atau daring, tetap lebih murah daripada di toko lainnya atau mall.
Menurut Afuk pedagang perabotan rumah tangga di Jembatan Lima, harga yang biasa ia tawarkan sungguh terjangkau. Beberapa set alat makan seperti piring seng, Afuk tawarkan seharga Rp 55-80 ribu per lusin.
Kemudian, untuk mangkuk mi ayam bergambar ayam jago, harganya Rp 65 ribu per lusin. Sebagai pengganti gelas ada mug seng kecil yang harga setengah lusinnya adalah Rp 42 ribu.
Kemudian, sebagai pelengap makan, satu lusin sendok dan garpu aluminium ditawarkan hanya Rp 40 ribu. "Barang jadul semua merek Cina, di sini pedagang bersaing harga," ujar Afuk.
Menurut dia, untuk mug enamel, ada pula yang ia tawarkan seharga Rp 25 ribu per buah, kemudian baskom klasik sekitar Rp 30 hingga Rp 35 ribu, teko ada yang Rp 45 hingga Rp 60 ribu. Sedangkan, untuk termos merah, Afuk biasa menjual dengan harga Rp 55 sampai 80 ribu untuk yang ukuran dua liter sementara untuk ukuran 1 1,5 liter harganya Rp 45 ribu.
Sepanjang pasar di Jembatan Lima, kita bisa menemui banyak toko spesialis alat makan dan alat dapur. Dari piring seng murah sampai piring stainless, semuanya tersedia.
Termasuk juga sodet hingga blender juga ada. "Beli banyak biasanya saya diskon 10 persen per lusinnya," kata Afuk. Oleh Setyanavidita Livikacansera