Dunia politik tampaknya tak begitu menarik bagi anak muda. Ada yang sinis karena politik adalah permainan kotor, ada pula yang tak acuh. Padahal, 37 persen dari 186,6 juta warga Indonesia adalah pemilih muda yang sangat menentukan masa depan bangsa.
Tak seperti kebanyakan anak muda lainnya, gadis belia bernama lengkap Aulia Tivani sudah memberanikan diri terjun ke kancah politik. Pada usianya yang baru 23 tahun gadis Minang ini sudah mempunyai karier politik cemerlang. Tahun lalu, ia pun sudah diusung sebagai calon legislatif dari salah satu parpol tertentu.
Bakat politik dari ayahnyalah yang mengalir dalam dirinya. Ayahnya, Azwar Arsyad adalah ketua partai politik Islam yang juga telah menekuni dunia politik sedari muda. Uniknya, partai politik pilihan tempat Vani berkarier berbeda dengan partai politik yang dipimpin ayahnya sendiri.
"Saya anak bungsu dari tujuh bersaudara. Hanya saya yang mewarisi darah politik Papa," tuturnya kepada Republika, Ahad (8/6).
Gadis yang akrab disapa Vani ini menegaskan, peduli dengan perpolitikan Tanah Air berarti juga peduli dengan masa depan bangsa. Jadi, sangat disayangkan jika banyak anak muda yang apatis terhadap politik. "Sebagian dari anak muda menganggap politik itu "bukan urusan kita". Bagi saya, ini pemahaman yang keliru. Kita anak muda harus turut andil bagi perubahan bangsa, paling tidak jauhilah sikap apatis yang tentunya akan berpengaruh lebih luas," terangnya.
Gadis Minang ini tak pernah melewatkan isu politik begitu saja. Mulai dari televisi, surat kabar, hinga memantau berita di internet adalah kegemarannya. Sehingga, isu apa pun mengenai dunia politik Tanah Air hingga luar negeri dapat ia uraikan sedetail-detailnya. Kegemaran sang ayah berlangganan berbagai surat kabar lokal dan nasional pun ia manfaatkan untuk melahap informasi. Tentu saja, kolom politik tak pernah ia lewatkan. "Di rumah, Papa selalu rutin berlangganan koran. Koran Republika juga ada," katanya.
Menurut Vani, salah satu bukti kepedulian dengan nasib bangsa adalah ikut memantau isu politik yang berkembang. Anak muda harus peduli terhadap negaranya dengan menilai secara bijak apa partai dan siapa figur mereka yang akan mereka pilih. Ia menegaskan, anak muda harus cerdas memilih pemimpin. "Memilih pemimpin itu hukumnya wajib. Jadi, manfaatkanlah dengan baik hak suara yang kita miliki dengan bijaksana melalui pemilu ini," imbaunya.
Menurutnya, anak muda punya rasionalitas yang lebih baik dalam menilai sesuatu. Meskipun tidak ingin untuk terjun langsung dalam dunia politik, paling tidak mereka bisa tetap aware dengan mengamati perkembangan dunia politik. Sebab, generasi mudalah yang akan menentukan ke mana negara ini akan dibawa dan mau jadi apa bangsa ini.
Kendati sama-sama hobi politik, Vani dan ayahnya ternyata memilih parpol berbeda. Hal ini mengundang tanda tanya dari rekan-rekan parpol ayahnya. Bahkan, hal ini berujung pada pengunduran diri sang ayah dari parpol yang dipimpinnya.
"Bapak ketua partai, tapi anak bapak kok caleg di partai lain? Ada juga yang bilang, kami sanggup bayar berapa pun asal anak bapak bersedia mundur dari partai itu. Saya bilang, dalam keluarga saya demokratis. Anak-anak saya bebas menentukan pilihan masing-masing. Ini juga bukan soal uang," terang ayahanda Vani, Azwar Arsyad, kepada Republika.
Azwar mengharapkan, putrinya itu bisa terus berkarier di dunia politik. Kendati putrinya memilih jenjang perkuliahan di dunia medis, ia mengingatkan, kesempatan berpolitik masih terbuka. "Pendidikan Vani itu kesehatan masyarakat dan membidangi kebijakan kesehatan. Dari sini, dia bisa berpolitik dengan menyampaikan pandangan dan masukan seputar kebijakan kesehatan," paparnya.
Azwar melihat, bakat politik dalam diri putri bungsunya itu sudah terlihat sejak kecil. Di keluarga, misalnya, Vani terlihat lebih vokal dari saudara-saudaranya yang lain. Demikian juga ketika putrinya berorganisasi di dunia kampus. Kepiawaiannya mengelola organisasi benar-benar menuruni gaya sang ayah ketika muda dahulu.
Vani mengatakan, ia akan terus mempertahankan idealismenya ketika berkecimpung di dunia politik. Baginya, niat tulus dan ikhlas harus tetap dipelihara. "Yang saya perhatikan dan rasakan saat ini, betapa sistem demokrasi kita saat ini melumpuhkan beberapa nilai luhur yang telah kita miliki sejak dahulu. Sistem demokrasi dewasa ini sangat bersifat transaksional. Itulah yang membuat masyarakat berpikir bahwa dunia politik itu kotor," terangnya.
Belum lagi, persaingan antarpribadi, golongan, maupun partai yang tidak sehat. Ia sendiri mengalami itu pada pemilihan legislatif 9 April 2014. "Kita bisa saksikan betapa kuatnya persaingan antarpribadi caleg, bahkan dengan sesama kawan satu partai sekalipun. Dengan sistem proporsional terbuka yang memilih orangnya langsung, justru yang lebih menonjol adalah persaingan antarcaleg, bukan partai," terangnya.
Inilah yang menyebabkan money politics menjadi marak. "Belum lagi black campaign yang menunjukkan pertarungan yang tidak sehat. Hal-hal demikian membuat masyarakat mulai tidak rasional, sehingga para caleg juga ikut tidak rasional. Maka, terjadilah praktik money politic yang subur. Tidak sedikit caleg yang stres akibat terbelit utang yang banyak, sementara ia tidak terpilih. Sungguh ironis bagi saya," paparnya.
Menurutnya, secara umum masyarakat hanya melihat caleg berdasarkan apa yang mereka berikan, bukan menilai mereka dari kapasitas serta track record yang dimiliki. Sistem demokrasi seperti ini juga menggelontorkan biaya yang sangat mahal. Harus diakui, demokrasi di Indonesia sangat berbiaya mahal. "Oleh karena itu, harapan saya pribadi untuk ke depannya agar dilakukan kajian atau evaluasi mengenai sistem demokrasi kita hingga mencapai kondisi yang paling ideal, efektif, dan efisien," tambahnya. rep:hannan putra ed: hafidz muftisany
***
Biodata
Nama Lengkap : Aulia Tivani, SKM
Panggilan : Vani
Tempat tanggal lahir : Payakumbuh, 4 Februari 1991
Facebook : [email protected]
Twitter : @auliativani
Pendidikan : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, Padang
Penghargaan/ prestasi :
- Bintang Aktivis Kampus FKM Unand 2013
Organisasi :
- Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kesehatan Masyarakat (KM) Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (FK-Unand) Padang
- Hima PSIKM KM FK Unand
- DPM KM FKM Unand
- ISMKMI