Ramadhan tahun ini bertepatan dengan gejolak politik pilpres. Di samping itu, gegap gempita piala dunia juga akan mengisi waktu sahur umat Islam yang harusnya menjadi waktu beribadah.
Seorang Muslim harus bijak menyikapi hal ini. Jangan sampai terlena dengan berbagai isu, sehingga melupakan ibadah. Justru, dengan adanya Ramadhan akan menjadikan isu-isu tersebut bisa disikapi dengan lebih bijak. Itulah yang ditekankan Menteri Agama RI Lukman Hakim Saifudin ketika diwawancara wartawan Republika, Hannan Putra, Rabu (18/6). Berikut petikan wawancaranya.
Bagaimana mempersiapkan Ramadhan ini agar bisa maksimal?
Karena ini bulan yang istimewa, jadi kita sadar betul bahwa ini adalah sebuah bulan yang penuh dengan latihan-latihan. Utamanya adalah latihan pengendalian diri. Puasa itu hakikatnya pengendalian diri. Karena, musuh terbesar kita ada pada diri kita sendiri.
Bagaimana menjaga kekhusyukan Ramadhan ketika ada pilpres dan piala dunia?
Saya pikir, itu kegiatan duniawi yang akan terus berjalan. Itu tidak bisa kita elakkan. Menurut saya, itu tidak perlu dipertentangkan. Justru, harus saling mengisi. Bagaimana kegiatan pilpres itu bisa lebih berkualitas di tengah-tengah Ramadhan. Sehingga, kampanye-kampanye kita tidak akan saling menjelekkan atau memburukkan satu sama lain. Itu seharusnya tidak dilakukan.
Siapa pun yang akan menjadi presiden kita, apakah Bapak Jokowi atau Bapak Prabowo. Itu salah satunya pasti akan menjadi presiden kita. Jadi, mohon masing-masing pihak tidak saling menjelekkan. Karena, salah satunya akan menjadi presiden.
Seharusnya, kita sebagai warga negara terusik ketika calon pemimpin dijelek-jelekkan. Apalagi, tanpa dasar. Ada buktinya saja itu sudah ghibah. Apalagi, kalau tidak ada buktinya, itu malah akan menjadi fitnah.
Apa pesan khusus Ramadhan tahun ini?
Intinya, Ramadhan itu adalah bulan suci ketika kita bisa kembali menyucikan diri ke jati diri kita. Jadi, kita itu maksudnya manusia. Bagaimana kita bisa kembali kepada nilai-nilai dasar manusia kita.
Nilai-nilai dasar itu hakikatnya dua saja, kita kembali kepada fungsi kita sebagai hamba Tuhan, tapi kita juga mengembalikan fungsi kita sebagai Khalifatullah, sebagai pengelola, sebagai makhluk yang ditugasi untuk mengatur alam semesta ini.
Jadi, harus ada keterkaitan antara manusia sebagai hamba Tuhan. Orang yang tunduk kepada semua nilai-nilai yang dibuat Tuhan. Jadi, kepasrahan dan ketundukkan itu harus lebih diejawantahkan dan dimanifestasikan. Tapi, tidak hanya itu, manusia juga menyandang fungsi sebagai khalifah di alam semesta ini. Dua hal itulah yang lebih ditekankan dalam bulan suci ini ini. Mudah-mudahan, bisa lebih di kedepankan.
Jika terjadi perbedaan Awal Ramadhan dan Syawal, bagaimana menyikapinya secara bijak?
Penetapan ini kan persoalan klasik, bukan persoalan setahun atau dua tahun. Itu sudah terjadi sejak berabad-abad lalu. Karena, ini perbedaan metodologi dalam menetapkan. Karena, ini adalah persoalan paham dan keyakinan keagamaan yang masing-masing memaksakan keyakinan yang satu dengan keyakinan yang lain.
Jadi, kita memang harus berupaya sagar persamaan itu bisa dicapai. Tapi, kalau toh juga tidak bisa, tentu masing-masing kita harus memiliki jiwa besar untuk saling bertoleransi dan menghormati perbedaan-perbedaan itu.
Bagaimanapun juga, pemerintah atau negara yang dalam hal ini diwakili Kementerian Agama berkewajiban menetapkan kapan tepatnya 1 Ramadhan. Karena, pemerintah bertanggung jawab dengan mayoritas umat Islam yang membutuhkan kepastian hukum dalam menjalankan ibadahnya, dalam hal ini ibadah puasa.
Apakah ada upaya negosiasi untuk menyamakan awal puasa atau hari raya?
Perbedaan-perbedaan, kalaupun itu ada, itu berdasar pada keyakinan. Sesuatu yang tentu tidak sesederhana itu untuk dipertukarkan atau ditawar. Misalkan, yang satu dua derajat yang satu nol derajat. Ya sudahlah, yang dua turun ke satu dan yang nol naik ke satu. Ya, tidak bisa sesederhana itu.
Apakah ada keinginan dari berbagai ormas Islam untuk mewujudkan awal Ramadhan dan hari raya bersama-sama?
Saya masih sangat menginginkan seluruh Ormas Islam, termasuk PP Muhammadiyah akan hadir dalam acara sidang Isbat. Ini kan juga menunjukkan kebersamaan di antara kita. Saya sudah bertemu dengan Bapak Din Syamsudin ketika saya berkunjung ke PP Muhammadiyah. Ada kesepahamanlah. Artinya, ada upaya untuk kemudian kebersamaan itu bisa diwujudkan. rep:hannan putra ed: hafidz muftisany