Dalam menyemarakkan dan menghidupkan Ramadhan, banyak pihak menggelar acara. Banyak pula yang menyiapkan sarana prasarana agar umat Islam mudah beribadah. Tapi, mereka yang bergelut menyiapkan sarana prasana kerap tertipu. Mereka sibuk melayani para jamaah beribadah, sementara diri mereka sendiri terabai.
Hal ini patut disayangkan karena untuk mengejar akhirat, harusnya seseorang berlomba-lomba menjadi yang terdepan. Para ulama mengatakan, tidak ada itsar (mendahulukan orang lain) dalam urusan akhirat. Jadi, di samping membantu sesama Muslim agar lapang beribadah, ia juga memperhatikan dirinya menjaga dan mengejar ibadah semaksimal mungkin. Inilah yang ditekankan dai muda dan pemrakarsa iHAQI Ustaz Erick Yusuf kepada wartawan Republika Hannan Putra. Berikut petikan wawancaranya.
Mana yang lebih penting menyiapkan sarana atau fokus beramal dengan sarana yang ada?
Sebetulnya, ketika Ramadhan kita difokuskan ibadah. Tetapi, memaksimalkan ibadah itu perlu sarana, ya boleh saja. Asalkan menunjang. Bukan sibuk yang lain. Sering terjadi, kita bukan menunjang ibadah. Kita sibuk menyiapkan berbuka dan lain-lainnya, tetapi tidak terlalu perhatian dengan ibadahnya. Inilah yang menjadi kerugian. Padahal, intinya sarana dan prasarana itu menunjang ibadah agar khusyuk.
Banyak kemudahan sarana, terutama untuk anak muda, bagaimana memaksimalkannya?
Dalam kondisi saat ini, gadget di mana-mana dan teknologi merambah ke mana-mana. Kita harus bisa memanfaatkan untuk menyampaikan dakwah.
Terlebih, itu pada gadget. Kita tidak bisa melarang anak muda mengurangi gadget pada Ramadhan atau melarang di masjid-masjid. Tetap saja, mereka (anak muda) tak lepas dari gadget. Jadi, diperlukan dai yang melek teknologi dan para fasilitator yang memaksimalkan fungsi gadget tersebut untuk kebaikan. Harusnya, lebih ke arah situ.
Kondisi sekarang ini, saya melihat, anak muda itu harus digiring aktif. Kita harus jemput bola. Karena, mereka secara energi dan potensinya kalau tidak dibimbing dan diberikan informasi akurat dan mendalam, mereka tidak tertarik.
Lebih banyak mana, kemudahan IT untuk ibadah atau menghabiskan waktu saat ini?
Sebenarnya, bergantung orang. Kalau handphone dan gadget itu tools saja. Kalau orang yang menggunakan itu untuk membuang waktu, tentu kemudahan akan sia-sia. Tapi, kalau gadget dipakai proporsional, tentu bermanfaat untuk dirinya.
Zaman dulu itu, saya datang ke suatu tempat mencari kiblat sangat sulit. Kalau sekarang, saya punya gadget yang ada aplikasi kiblatnya. Jadi, tinggal nyalain tahu di mana kiblatnya.
Sekarang juga ada Alquran digital. Kalau bisa memakai dan menggunakannya proporsional, itu akan maksimal untuk diri kita, manfaatnya besar. Kalau tidak, hati-hati kita justru membuang waktu. Seperti, game-nya itu.
Sudah cukup banyakkah penyedia konten Islami?
Sebetulnya, banyak aplikasi bagus, hanya belum menyeluruh kontennya. Seperti sekarang ada Alquran digital, aplikasi hadis, tapi itu sedikit. Harusnya, kalau aplikasi ini banyak, kontennya menyeluruh, dan masuk ke semua redaksi aplikasi yang dibawakan ke dalam kehidupan sehari-hari, itu terpakai. Kadang, kalau aplikasi itu tidak bermanfaat, orang malas men-download yang di-download hanya sosial media.
Apa tips agar Ramadhan maksimal?
Kalau berhubungan dengan gadget, Ramadhan ini kita harus menggurangi hal yang membuang waktu. Sayang sekali, kita hanya punya satu bulan di antara 12 bulan Allah memberikan balasan yang berlipat ganda. Jadi, jangan sampai kita membuang waktu itu sedikit pun. Bahkan, untuk tidur saja sayang, walaupun katanya tidur itu juga menjadi nilai ibadah. Tapi, kan sayang jika dipakai hanya untuk tidur saja.
Jadi, fokus ibadah. Kalau dia ingin mendapatkan balasan yang baik dari Allah, fokus kepada balasan-Nya itu. Kalau ingin fokus perbaikan dirinya, fokus kepada itu.
Kemudian, cari kegiatan positif sebanyak-banyaknya. Misalkan, pemuda cari kegiatan di masjid yang ada remaja masjidnya. Ikut kegiatannya. Misalnya, kegiatan remaja masjid membuat acara dan kajian. Sampai kegiatan sederhana, seperti menyiapkan tarawih, buka puasa. Belum lagi, jika ada yang mengadakan event seperti silaturahim atau kegiatan kepada anak yatim dan fakir miskin.
Demikian juga untuk masalah pribadinya jangan ketinggalan dengan kegiatan sosial. Jangan lupa untuk memperbanyak ilmu-ilmu yang ada. Selain kita baca Alquran, shalat sunah, dan lainnya, jangan lupa pula kajian-kajian, baca kisah Islami dan lainnya. Alhamdulillah, selama Ramadhan ini banyak media yang temanya Ramadhan dan temanya agama.
Intinya, jangan sampai kedatangan Ramadhan tidak mendapatkan apa-apa. Seperti dijelaskan dalam hadis, celakalah bagi orang yang masuk dalam Ramadhan, tetapi dosanya tidak diampuni, amal ibadahnya tidak bertambah, dan yang ia dapatkan hanya haus dan lapar semata.
Apakah acara-acara Ramadhan saat ini sudah variatif dan memudahkan jamaah dari segala usia?
Kalau acara di televisi sudah sangat variatif. Karena, sekarang para ulama sudah memperhatikan dunia televisi. Sudah ada juga imbauan-imbauan agar acaranya berkualitas.
Saya sendiri juga mulai aktif, saya punya tiga varian acara. Ini genrenya tiga-tiganya beda. Ada genre komedi, ada tausiyah, ada lifestyle. Ini saya lihat sudah menarik. Saya juga lihat, Ustaz Syafi'i Antonio yang membahas finance dan lainnya. Ini sudah beragam.
Jadi, para jamaah tinggal melihat mana yang mereka butuhkan saja. Misalkan, yang ingin tafsir, sekarang ada kajian tafsir Al Mishbah. Ada juga yang ingin santai karena tidak ingin terlalu serius terus, ada pula kajiannya. Jadi, sekarang variasinya banyak sekali.
Apa saja godaan dari kemudahan sarana atau godaan berbagai konten hiburan yang disulap Islami?
Ramadhan tahun ini kebetulan bertepatan dengan piala dunia. Menyikapi bola ini, boleh-boleh saja asal jangan sampai lalai. Artinya, nonton jangan sampai melalaikan ibadah. Jangan sampai nonton, tapi ibadah shalat malam tidak terlaksana.
Sebenarnya, dengan bola ini kita itu justru bisa menjadikannya sebagai nilai positif. Bisa jadi, ketika kita bangun untuk nonton bola, kita bisa menunaikan shalat malam. Jadi, jangan sampai kita menyikapi sesuatu itu jangan langsung negatif.
Demikian juga dengan isu politik saat ini seperti persaingan capres. Jangan sampai, isu politik ini menyebabkan kita saling caci dan menjelekkan satu sama lain. Ketika kita terjebak saling menjelekkan, itu malah akan mengurangi nilai puasa kita. Justru, kita manfaatkan momen ini sebagai sarana menggali ilmu pengetahuan. Sebenarnya, isu capres itu membuat kita semakin saleh. Kita bisa memilih, mana di antara keduanya yang lebih saleh.rep:hannan putra ed: hafidz muftisany