Menjadi seorang juru dakwah tidak mesti dengan berceramah. Banyak hal yang bisa dilakoni seorang Muslim maupun Muslimah untuk mengambil peran dai. Seperti dilakoni seorang presenter kondang Lilih Rachmawati. Baginya, memandu program keagamaan di televisi merupakan suatu jalan dakwah.
Ia memulai kariernya di dunia presenter semenjak 1998. Ketika itu, ia masih duduk di bangku kuliah Fakultas Dakwah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dosennyalah yang memperkenalkannya untuk ikut audisi menjadi presenter di salah satu stasiun televisi. "Karena dosen yang mengajak, jadi aku ikuti. Kalau beliau pilih aku, berarti beliau yakin kalau aku bisa (menjadi presenter)," kisahnya kepada Republika, Selasa (2/9).
Foto:Dok Pribadi
Sedari kecil, Lilih memang sudah memperlihatkan bakatnya sebagai presenter. Ia mengisahkan, ketika masih di bangku sekolah, ia pernah mengikuti perlombaan master of ceremonial (MC). "Saat itu hanya sebagai ajang aktualisasi diri saja. Ternyata dapat juara," tuturnya.
Hingga di bangku perkuliahan, bakatnya memandu acara-acara kampus pun mulai terlihat. Kepiawaiannya itu ternyata mengantarkannya menjadi presenter di salah satu stasiun televisi. Tekadnya dari awal, ia sengaja memilih menjadi presenter untuk acara-acara keislaman. Ia niatkan betul, menjadi presenter adalah salah satu bentuk dakwah dan pengabdian ilmunya yang ia dapat di Fakultas Dakwah UIN Jakarta.
"Dari awal aku memang tidak tertarik dengan program-program yang lain. Fokusnya di program agama saja. Karena jelas, saya berjilbab jadi nyambungnya juga ke acara-acara keislaman," paparnya.
Bagi Lilih, sungguh anugerah yang luar biasa diberi jalan menjadi seorang presenter. Ia tekuni dengan sungguh-sungguh kesempatan yang diberikan Allah baginya. "Memulai karier di dunia presenter ini tidak seperti yang dibayangkan," ujarnya.
Ketika awal memulai karier, ia kerap mendapatkan ujian-ujian. Banyak cemoohan yang datang karena ia hanya menjadi presenter di televisi yang dianggap kurang populer. "Ada cibiran dari teman-teman, kok adanya di televisi yang itu. Dianggap selebritas kurang terkenal lah. Tapi, memang niat aku dari awal jauh dari itu. Ini semua aku jalanin bukan untuk mencari ketenaran," ujarnya.
Baginya, memandu program-program keagamaan adalah sebuah dakwah. Dengan memandu acara, ia bisa berbagi ilmu dengan para pemirsa. Ia bisa berdiskusi dengan narasumber yang kebanyakan adalah para ulama, kiai, dan pakar-pakar ilmu pengetahuan Islam. "Jadi host itu juga bagian dari dakwah. Dakwah itu juga penuh dengan ujian yang harus kita hadapi dengan sabar," jelasnya.
Suatu ketika, ketika ia berkunjung ke beberapa daerah, ia malah disambut antusias oleh masyarakat setempat. Lilih mengisahkan, suatu kali ia datang ke suatu daerah di Kalimantan. Ia dikenal baik oleh masyarakat setempat yang sering mengikuti programnya di televisi. "Ketika aku datang ke sana, sambutannya luar biasa. Ya Allah, mereka kok kenal saya? Mereka jawab, mereka kan sering menonton acara dakwah aku televisi," kisahnya.
Saat itu Lilih tersadar, banyak masyarakat yang mengambil manfaat dari program televisi yang ia tekuni. Ia termotivasi dan mencoba menampilkan lebih baik lagi. "Kita harus berusaha bagaimana bisa menjadi uswah bagi yang lain. Mulai dari busana yang kita pakai (ketika tampil di televisi) akan menjadi sorotan orang," ujarnya.
Lilih mengaku, ia sama sekali tidak terpengaruh dengan tren busana yang ada. Baginya, selama sesuai syar'i dan nyaman dipakai, itu sudah cukup baginya.
"Aku tidak terlalu ikuti tren. Busana Muslimah yang aku pakai sehari-hari ya modelnya itu saja. Tidak mesti, misalkan, sekarang harus model yang Hijabers atau bagaimana. Aku gak tergiring untuk ikut model-model terkini. Yang jelas, masih up to date dan masih enak dilihat, itu sudah cukup," jelasnya. Menurutnya, tampil dengan hijab sempurna sesuai syar'i adalah suatu kemestian. Penampilan adalah dakwah bil hal yang menjadi uswah bagi banyak mata yang melihat.
Modal penampilan saja tentu tidak cukup untuk menjadi seorang presenter. Kecakapan dan kepiawaian berkomunikasi dengan narasumber adalah suatu kemestian. Seorang presenter harus menguasai topik yang dibahas. Lilih ingat betul ketika memulai kariernya pada 1998. Ketika ia menjadi presenter "Syiar dan Syair" di TPI, ia benar-benar dituntut mandiri.
"Waktu itu aku mengundang narasumber sendiri, menyiapkan bahan sendiri, pokoknya semuanya sendiri. Untunglah aku punya orang tua yang ustaz juga, jadi bisa aku konsultasikan itu dengan orang tua," paparnya.
Ketika menjadi presenter, ia jarang sekali mendapatkan script naskah dari produser. Ia hanya dikabari melalu SMS atau telepon. "Biasanya kita yang hunting sendiri. Kita perbanyak kekayaan bahasan kita dengan membaca sendiri. Misalkan, materinya tentang hijrah, kita browsing aja di internet. Kita baca secara mendalam," katanya.
Setengah jam menjelang on air, Lilih selalu menyempatkan untuk mengobrol ringan dengan narasumber. Tujuannya agar ia bisa menangkap secara umum bahasan yang akan disampaikan narasumber. "Kita juga tidak boleh memaksakan kehendak harus seperti ini. Bagusnya kita sampaikan baik-baik. Dialog agama itu bukan perdebatan. Justru seorang presenter harus bisa memberikan suatu titik temu. Itu juga untuk menjaga profesionalisme narasumber," paparnya.
Dunia presenter memang menakjubkan bagi seorang Lilih. Kendati saat ini ia telah bekerja sebagai kepala Seksi Penilaian Kinerja Penghulu di Subdit Kepenghuluan Dit Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, ia tak serta-merta meninggalkan dunia presenter. "Yang jelas tidak mengganggu tugas sebagai PNS dan ibu rumah tangga," ujarnya.
Karena dikenal ulung sebagai presenter dan mengupas topik-topik keagamaan di televisi, undangan-undangan mengisi tausiyah pun menjemputnya. Saat ini, ia juga aktif mengisi pengajian dan seminar, baik di lingkungan Kementerian Agama maupun jamaah-jamaah pengajian.
Bagi Muslimah muda yang berkeinginan menjadi presenter, ia menyambut baik niat itu. Lilih mengatakan, saat ini banyak sekali stasiun televisi yang mencari presenter muda yang berhijab. "Tinggal kemauan dari Muslimah-Muslimah itu sendiri untuk mengaktualisasikan dirinya. Tentu televisi mencari presenter itu lewat casting," ujarnya.
Ia memesankan, jika memang ingin menekuni dunia presenter, jauhkan niat untuk mencari popularitas. Jangan mengandalkan honor dari seorang presenter agama, tapi kejarlah dakwah yang bernilai tinggi di sisi Allah. "Jangan menilai presenter agama itu dalam bentuk materi. Mungkin itu kecil di mata kita, tapi besar nilainya di mata Allah," pesannya. rep:hannan putra ed: hafidz muftisany
***
BIODATA
Nama : Hj Lilih Rahmawati M Ag
TTL : Jakarta, 15 April 1976
Alamat : Jl. Raya Bogor Km.27 No 38 Rt 003/02 Pekayon Pasar Rebo Jakarta Timur
Pendidikan :
1. Madrasah Ibtidaiyah Sa’adatuddarain Jakarta Timur, lulus tahun 1986
2. Madrasah Tsanawiyah Negeri 7 Jakarta Timur, lulus tahun 1989
3. Madrasah Aliyah Manbaul ‘Ulum Pon.Pes. As-Shiddiqiyyah Jakarta Barat, lulus tahun 1992
4. Sarjana Fakultas Dakwah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, lulus tahun 1998
5. Pasca Sarjana Fakultas Dakwah Komunikasi UIN Syarif Hidayatulah Jakarta, lulus tahun 2005
Pengalaman :
1. PNS Kementerian Agama tahun 2000-sekarang
- Tahun 2000-2004 sebagai Penyuluh Agama Islam di Kandepag Jak-Tim
- Tahun 2004-2006 sebagai Pelaksana di Direktorat Penamas Depag RI (Pusat)
- Tahun 2006-2008 diperbantukan sebagai sekretariat Bapak Dirjen Bimas Islam
- Tahun 2008-2010 sebagai Kasi Sarana dan Ketenagaan di Subdit Pemberdayaan KUA
- Tahun 2010-2011 sebagai Kasi Penilaian Kinerja Penghulu di Subdit Kepenghuluan
- Tahun 2011-2013 sebagai Kasi Pembinaan Keluarga Sakinah di Subdit Pemberdayaan KUA, Dit Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
- Tahun 2014-sekarang sebagai Kepala Seksi Penilaian Kinerja Penghulu di Subdit Kepenghuluan, Dit Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah
2. Ketua I Yayasan Ma’hadul Islam Mardhotillah, Jalan Telaga Kelurahan Pekayon Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur
3. Narasumber dan Moderator berbagai diklat, seminar, dan majelis taklim
a. Diklat Kepenghuluan Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI
b. Diklat Penyuluh Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI
c. Diklat Protokoler Badan Litbang dan Diklat Kemenag RI
d. Studium General Fakultas Dakwah IAIN Sunan Ampel Surabaya
4. Presenter Program Dakwah;
a. Presenter program "Hal Ihwal" TVRI tahun 1997
b. Presenter program " Syiar dan Syair " TVRI tahun 1998 – 2003
c. Presenter program " Hikmah Pagi " TVRI tahun 2000 – sekarang
d. Presenter program " Kuliah Subuh " TPI tahun 2001 – 2003
e. Presenter program " Syiar Sahur " TVRI tahun 2002
f. Presenter program " Kuliah Ramadhan " TPI tahun 2002
g. Presenter program " Alunan Hikmah Ramadhan " TVRI tahun 2001
h. Presenter program " Teletilawah " TVRI tahun 2002 – 20010
i. Presenter program " Ihram " TVRI tahun 2003 – 2008
j. Presenter program " Ihram Ramadhan " TVRI tahun 2003 – 2006
k. Presenter program " Mahram " TVRI tahun 2007 – 2008
l. Presenter program " Embun Pagi " Indosiar tahun 2003 – 2006
m. Presenter program " Mari Ke Tanah Suci " Indosiar tahun 2006 dan 2008
n. Presenter program " Dialog Ormas Islam " TVRI tahun 2008 ( 7 Episode)
o. Presenter program " Syiar Urais Binsyar " TVRI tahun 2008 s.d 2011
p. Presenter program " Kajian Islam " TPI tahun 2008 ( 7 Episode )
q. Presenter program Haji " Ya Allah Aku Datang" TVRI tahun 2012
r. Presenter program "Indahnya Pagi"TVRI tahun 2011- sekarang, tayang pada setiap hari Selasa pkl. 05.00-06.00 WIB
s. Presenter " Indahnya Kebersamaan " SCTV tahun 2011 – sekarang, tayang pada setiap Senin pkl. 04.00-04.30 WIB
t. Presenter "Pintu-Pintu Syurga "Indosiar tahun 2011 – sekarang, tayang setiap Sabtu, pkl. 04.00-05.00 WIB