Kamis 30 Apr 2015 14:00 WIB

Kantorku Madrasahku

Red:

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Dunia kerja adalah dunia realitas. Banyak godaan dunia kerja hilir mudik menggoda iman. Para pekerja mesti membentengi diri dengan kekuatan spiritual. Namun, padatnya pekerjaan membuat waktu untuk mengkaji ayat-ayat Allah SWT tak terlampau banyak. Di titik itulah pengajian perkantoran hadir sebagai solusi.

Inisiator pengajian di Kementerian Perhubungan RI Miko Jatmiko mengakui, awalnya banyak kendala memulai sebuah pengajian karyawan. Perlu pendekatan secara personal kepada karyawan yang sama-sama ingin mempelajari ilmu Allah.

"Awalnya, sedikit yang punya visi sama, yakni menjadikan 'Kantorku Madrasahku'," papar Miko kepada Republika, Senin (27/4).

Semakin lama, yang menyambut gagasannya semakin banyak. Miko menyebut para pekerja sebagai sosok yang memiliki keterbatasan waktu. Sebagian besar waktunya habis dalam perjalanan dan aktivitas di kantor.  "Itu yang melandasi lahirnya @KomunitasP6 di Kemenhub. Namanya Komunitas P6 karena masjid letaknya di lantai P6," terang Miko.

Ia menyebut, kini @KomunitasP6 sudah semakin besar dengan maraknya agenda keislaman di Masjid Al Hidayah Kementerian Perhubungan.

Kajian rutin digelar tiap Kamis bakda Zhuhur dan Kajian Muslimah setiap Jumat. Aksi sosial berupa pembagian nasi bagi satpam, office boy di lingkungan Kemenhub pun rutin digelar tiap Jumat. Miko  menyebut, meski baru satu tahun aktif, manfaat dan hikmah pengajian kantor sudah bisa dirasakan.

"Ditandai dengan sebagian jamaah sudah memenuhi masjid sebelum azan berkumandang dan saat shalat Zhuhur dan Ashar saf-saf terisi penuh," ujarnya.

Kordinator Kajian Rutin Badan Dakwah Islam PT Medco Energi Internasional Yudi Yanto menambahkan, awal berdiri pengajian di kantornya hanya diinisiasi beberapa karyawan. Karyawan yang memiliki kebutuhan yang sama, yakni mempelajari Islam bersama-sama, akhirnya membentuk komunitas.

"Kemudian, dari beberapa orang membuat lembaga dakwah Islam, di situ baru bisa komunikasi secara formal dengan perusahaan," katanya.

Dukungan perusahaan, diakui Yudi, turut membesarkan pengajian yang rutin digelar di Masjid Yusuf, The Energy Building, Kawasan SCBD, Jakarta, itu. Ia mengakui, fasilitas untuk menggelar pengajian sangat  memadai, sehingga membuat nyaman jamaah.

Yudi menyampaikan, untuk kajian bakda Zhuhur saja jamaahnya bisa mencapai 200-250 orang. "Jadi, alhamdulilah banyak jamaahnya," katanya. Salah satu cara menjaga semangat karyawan mengaji adalah  pemilihan tema yang tepat. Yudi mengungkapkan, tema-tema aplikatif yang mudah dipahami lebih disenangi para jamaah.

Selain kajian rutin, Badan Dakwah Islam PT Medco Energi juga memfasilitasi karyawan yang ingin membayar zakat dengan sistem payroll. Saat Ramadhan datang, karyawan Medco melalui DKM Masjid Yusuf juga menggelar bakti sosial, seperti perbaikan tempat ibadah, santunan yatim piatu, pelatihan guru TPQ dan TPA di daerah-daerah yang membutuhkan. "Terutama, di daerah sekitar Lapangan Minyak yang dikelola Medco," ujar Yudi.

Para penegak hukum di Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) juga menghidupkan kegiataan keagamaan. Pengurus Badan Amaliah Islam KPK (BAIK) Imam Mahdi menerangkan, pengajian di KPK sudah berjalan sejak 2008.

Awalnya, karyawan KPK yang memiliki latar belakang instansi berbeda ingin menggelar pengajian, seperti di kantornya yang lama.

"Ada sebagian dari BPKP, kuangan, kejaksaan, kepolisian yang sebelumnya punya kajian akhirnya mereka berembuk untuk membuat satu pengajian," katanya saat ditemui Republika, Selasa (27/4).

Imam menyebut, awalnya kajian di KPK hanya berlangsung tiap Senin dan Kamis. Kini, di mushala KPK setiap hari selepas Zhuhur kajian rutin digelar. "Khusus Senin dan Kamis diadakan di Auditorium KPK," sebut  Imam.

Imam melihat pegawai KPK yang Muslim memiliki semangat keislaman yang luar biasa. Pengajian rutin diikuti oleh 50 orang karyawan. Sementara, jika pengisinya ustaz nasional, Imam menyebut, jamaah bisa  mencapai 200 orang. "Uniknya, di sini yang lebih semangat datang karyawan laki-laki," paparnya.

Materi pengajian pun bervariasi. Mulai dari akidah, akhlak, fikih, motivasi, hingga parenting Islami. "Semua ilmu kita masukkan," papar Imam.

Ia mengakui, tidak banyak kendala berarti. Namun, faktor luar, seperti gonjang-ganjing kriminalisasi pimpinan KPK turut memengaruhi penyelenggaraan kajian. "Sejak ada kasus itu, pengajian Rabu sementara kita liburkan, namun untuk Kamis ditambah tadarus Alquran," ujarnya.

Ketua Forum Silaturrahmi Pengajian Kantor Jakarta (Forsimpta) Abuzar Al Ghifari menyebut, pengajian perkantoran marak karena generasi saat ini kurang mendapat pendidikan agama yang cukup.

Pada masa setelah kemerdekaan, para orang tua sudah enggan memasukkan anaknya ke pesantren. Mereka memilih menyekolahkan anak-anaknya di sekolah negeri. Akhirnya, generasi bangsa ini tidak mendapatkan pelajaran agama yang cukup di sekolah. "Mereka hanya belajar agama dua jam dalam seminggu," paparnya.

Pada 1980 hingga 1990-an, generasi ini sudah masuk ke dunia perkantoran. Dua jam mata pelajaran agama yang mereka terima di sekolah negeri itu tidaklah cukup. Akhirnya, kebanyakan mereka tidak paham tentang agamanya. "Inilah alasannya menapa kajian-kajian keagamaan di sekolah, bahkan di perkantoran begitu dibutuhkan," ujarnya. 

Konsultan Trsutco Ustaz M Apud Khusaeri mengatakan, para pekerja sudah banyak menyadari jika kebahagiaan bukan karena faktor finansial dan sosial. "Tetapi, penting adanya unsur spiritual," ujarnya.

Ustaz yang rutin mengisi taklim di beberapa kantor ini menyebut, salah satu faktor suksesnya pengajian kantor adalah para aktivis dakwah yang kini sudah menjadi para profesional di kantor-kantor.

Menurut Ustaz Apud, selama ini materi yang sering diminta para pekerja adalah materi-materi mengenai ketenangan dan kebersihan jiwa atau tazkiyatun nafs.

"Juga, materi-materi motivasi amal dan etos kerja, sunah-sunah Rasulullah, dan dunia Islam kontemporer," katanya.  c62 ed: Hafidz Muftisany

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement