LEBAK — Sejumlah desa terpencil di Kabupaten Lebak, Banten, kekurangan guru sekolah dasar (SD). Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Pendidikan Kecamatan Leuwidamar, Sutoni Wijaya mengatakan, pihaknya selalu melaporkan kondisi tersebut, tetapi belum ada tanggapan dari pemda setempat.
"Kita akan terus mengusulkan," katanya di Lebak, Senin (28/11).
Sebagian besar sekolah di wilayahnya berada di desa terpencil dengan topografi perbukitan dan pegunungan. Kekurangan guru ini, menurut dia, tentu menjadi kesulitan tersendiri untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan.
Kekurangan guru ini terjadi di SDN 3 Jalupang Mulya, SDN 3 Nayagati, dan SDN 3 Leuwidamar. Pihaknya setiap tahun mengusulkan agar ada penambahan tenaga pendidik, tetapi sudah empat tahun terakhir belum ada realisasi.
Seorang guru yang bertugas di desa terpencil di Kabupaten Lebak, Didi Supriyadi(38) mengaku, rela menempuh perjalanan selama 1,5 jam menuju ke SDN 2 Sobang. Perjalanan selama itu ditempuh dengan mengendarai sepeda motor.
Walaupun jarak tempuh dari rumah ke sekolah sepanjang 60 kilometer, Didi berangkat untuk mengajar tanpa kenal lelah. Ia juga bersyukur beberapa tahun terakhir pemerintah telah memberikan tunjangan gaji pokok untuk guru di pelosok desa terpencil.
Tunjangan dana tersebut senilai Rp 2,5 juta per bulan. Dana tersebut dicairkan setiap tiga bulan sekali. "Kami lebih bersemangat mengajar di pelosok desa terpencil dengan adanya tunjangan itu," katanya.
Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya, membenarkan hingga kini Lebak mengalami kekurangan guru, termasuk yang bertugas di desa terpencil. Iti meminta kepada pemerintah menambah tenaga guru untuk meningkatkan mutu pendidikan di daerah tersebut.
Ia menyebutkan, saat ini kebutuhan tenaga guru sebanyak 11.103 orang. Guru berstatus aparatur sipil negara (ASN) sebanyak 7.246 orang. Mereka terdiri dari 2.200 orang guru SD, 1.090 orang guru SMP, dan 1.194 orang guru SMA/SMK. "Kita kekurangan guru sekitar 4.000 dan kini terpaksa merekrut guru berstatus sukarela," ujarnya.
Tingkatkan mutu
Bupati Barito Utara, Kalimantan Tengah, Nadalsyah mengharapkan para guru di daerah setempat meningkatkan mutu pembelajaran. Peningkatan itu dinilainya sebagai keniscayaan karena kesejahteraan guru semakin meningkat.
Tenaga pengajar sudah mendapatkan tunjangan profesi dan tunjangan khusus guru yang besertifikat pendidik dari pemerintah.
Dia mengusulkan kebijakan tunjangan profesi guru diinvestasikan untuk peningkatan kinerja guru melalui program pelatihan dan usaha guru belajar mandiri. Dia berharap profesionalisme guru semakin dikembangkan.
Hal ini sesuai UU Nomor 14 tahun 2005, tentang guru dan dosen. Guru dinyatakan sebagai pekerja profesional. Bupati mengatakan, peningkatan profesionalisme guru menjadi salah satu dari lima agenda utama pembangunan pendidikan nasional.
Nadalsyah mengatakan, pencairan tunjangan sertifikasi guru terlambat beberapa pekan ini. Dia juga menyampaikan data guru yang akan mendapatkan tunjangan sertifikasi telah diverifikasi oleh Kementerian Pendidikan. "Diharapkan kepada bapak ibu guru yang belum menerima tunjangan sertifikasi tersebut dapat bersabar, sambil menunggu informasi lebih lanjut dari Kementerian Pendidikan," kata Nadalsyah.
Dalam peringatan hari guru nasional, Bupati mengucapkan selamat dan sukses kepada guru seni dan budaya SMAN 1 Muara Teweh, Darpo. Guru tersebut mendapatkan tugas baru untuk mengajar di sekolah internasional luar negeri di Kairo, Mesir selama tiga tahun.
Dia mengatakan, masyarakat Barito Utara bangga akan prestasi yang telah dicapai Darpo. Dia berharap pengabdian Darpo menjadi teladan serta motivasi bagi guru lainnya. Ini juga menjadi pelajaran masyarakat setempat untuk tidak pernah berhenti dan bosan untuk menuntut ilmu. "Semoga budaya Indonesia, khususnya seni budaya Kabupaten Barito Utara dapat diperkenalkan di tempat tugas bapak yang baru," ujar Nadalsyah. antara, ed: Erdy Nasrul