Jumat 01 Aug 2014 15:30 WIB

Inflasi Juli diperkirakan Rendah

Red:

JAKARTA -- Ekonom menilai, inflasi Juli tahun ini diperkirakan rendah. Baiknya langkah pemerintah dalam mengawasi harga membuat Lebaran tidak mengerek tingkat inflasi. Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani mengatakan, inflasi Juli diperkirakan hanya 0,3 persen. "Inflasi Januari sampai Juli tidak sampai tiga persen," kata Aviliani, belum lama ini.

Pemerintah, dalam hal ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung (CT) berhasil menjaga stok di pasar sehingga tidak terjadi kenaikan harga yang signifikan selama Ramadhan. Namun, redaman yang dilakukan pemerintah ini sifatnya sementara.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/Prayogi

Pekerja melakukan perawatan mesin diesel di PLTD Senayan, Jakarta, Kamis (10/7).

 

Pelaku pasar yang nakal akan beraksi kembali jika pemerintah tidak secara berkala melakukan pengawasan. Untuk menghindari hal ini, pemerintah harus membuat instrumen yang jelas. "Ini pintarnya Menko dalam bluff pasar sehingga tidak terjadi kenaikan," kata Aviliani.

Daging diperkirakan masih menjadi faktor pendorong inflasi Juli. Untuk kebutuhan lain, seperti bawang, Aviliani melihat tidak begitu besar pengaruhnya karena baru panen.

Sementara, kenaikan tarif dasar listrik (TDL) pun masih belum mengerek inflasi. Diperkirakan dampaknya baru terasa di awal September. "Kalau yang saya dengar, pengusaha pun belum menaikkan harga karena TDL. Jadi, mungkin pada awal tahun depan," ujar mantan komisaris PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini.

Dapat dikatakan, inflasi Juli merupakan yang terendah dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Pengawasan pemerintah yang lebih baik membuat harga menjelang Lebaran tidak melonjak seperti tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah dari pekan ke pekan selalu mengumumkan harga. Pasar pun tidak berani menyimpan barang.

Namun, hal ini tidak bisa terus dibiarkan. "Pemerintah diam sedikit, mereka (spekulan--Red) akan kembali memainkan harga," kata Aviliani. Selain pemerintah pusat, peran pemerintah daerah (pemda) juga penting dalam menjaga stabilitas harga. "Karena, pemdalah yang paling memahami kebutuhan di daerah masing-masing," ujarnya.

Jika perkiraan ini benar, inflasi Juli tahun ini diperkirakan merupakan yang terendah. Melihat data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Juli tahun-tahun sebelumnya selalu di atas 0,5 persen. Inflasi Juli 2013 tercatat sebesar 3,29 persen sebagai dampak kenaikan harga BBM. Pada 2012, inflasi tercatat sebesar 0,7 persen. Pada 2011 terjadi inflasi sebesar 0,67 persen dan 1,57 persen pada 2010.

Bank Indonesia (BI) memperkirakan inflasi Juli berada dalam kisaran 0,7-0,9 persen month to month (mtm). Padahal, bulan Juli merupakan bulan Ramadhan yang musimannya terjadi kenaikan harga bahan pangan pokok. "Inflasi Juli ini tampaknya cukup terkendali dibandingkan masa-masa puasa yang lalu," ujar Deputi Gubernur BI Mirza Adityaswara, Jumat (25/7).

Kendati demikian, ia melihat adanya kecenderungan kenaikan harga pada minggu keempat. Secara tahunan inflasi Juli akan rendah. Alasannya, tahun lalu pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) pada Juli tahun lalu. Mirza berharap inflasi pada akhir tahun dapat sebesar lima  persen.   rep:friska yolandha/satya festiani ed: irwan kelana

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement