NPL di JAKARTA -- Kredit macet yang menaikkan rasio non-performing loans (NPL) di sektor konstruksi, pertambangan, perdagangan, dan jasa sosial sebagian besar disumbang bank kecil yang masuk dalam kategori BUKU I dan II. Kenaikan NPL di sektor-sektor tersebut tidak terlihat signifikan di bank-bank besar.
"Beberapa bank memang ada yang NPL-nya sudah cukup tinggi, tapi kalau bank-bank besar rata-rata dia tidak terlalu besar naiknya. Ini bank yang kategori BUKU I dan II," ujar Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, di Jakarta Senin (15/9).
Berdasarkan data BI pada Juli 2014, NPL sektor konstruksi tercatat sebesar 4,43 persen atau naik dibandingkan bulan sebelumnya yang 4,24 persen. Pada sektor pertambangan, NPL tercatat sebesar 3,09 persen, naik dari bulan sebelumnya 2,49 persen. Adapun sektor perdagangan mencatat kenaikan NPL 3,06 persen dari 2,92 persen dan jasa sosial sebesar 2,96 persen dari 2,48 persen.
Penyebab kenaikan NPL secara umum disebabkan kondisi ekonomi yang menurun. Secara khusus, kenaikan NPL di sektor konstruksi disebabkan oleh pengaruh dari pengetatan anggaran pemerintah yang berakibat beberapa proyek yang didanai pemerintah mengalami kesulitan cash flow. Tertahannya kegiatan konstruksi berpengaruh pada sektor perdagangan sehingga NPL meningkat.
Sedangkan di sektor pertambangan, NPL disebabkan oleh keadaan di luar negeri. Halim melihat NPL akan membaik pada tahun depan seiring dengan perbaikan ekonomi global dan Indonesia. Perbaikan ekonomi tersebut akan membuat likuiditas bank-bank meningkat sehingga bank memiliki ruang untuk memperbaiki kualitas asetnya.
Meningkatnya NPL perbankan di sejumlah sektor tersebut terjadi saat kredit ke sektor swasta tumbuh melambat. Kredit sektor swasta hanya tumbuh 15,39 persen pada Juli 2014. Nilai ini lebih kecil dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya 17,2 persen.
Pelambatan juga tercatat pada pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Pada juli 2014, DPK tumbuh lebih kecil menjadi 11,36 persen dibandingkan 13,63 persen di bulan sebelumnya. Namun, Halim memprediksi, pelambatan DPK ini hanya sementara sejalan dengan tingginya permintaan uang kartal pada periode Lebaran serta peningkatan ekspansi pemerintah.
Meski demikian, kredit macet pada kartu kredit tidak terjadi. PT Bank CIMB Niaga Tbk sebagai penerbit kartu kredit keempat terbesar di Indonesia mencatatkan NPL kartu kredit sebesar 1,24 persen Per Juni. Head of Cards and Merchant Business Bank CIMB Niaga Bambang Karsono Adi mengatakan, sehatnya NPL disebabkan pola transaksi nasabahnya. "Di kami, 60 persen itu transactor. Transactor itu ditagih 100, dibayar 100. Yang 40 persen, ditagih 100, bayar nyicil," ujar Bambang.
Ia menjelaskan bahwa risiko NPL pada nasabah transactor lebih kecil karena mereka langsung membayar lunas. Selain itu, Bank CIMB Niaga juga membidik nasabah platinum sehingga tidak terpengaruh oleh perlambatan ekonomi.
Hingga akhir tahun, Bank CIMB Niaga menargetkan NPL dapat ditekan pada 1,3 persen. Sedangkan pertumbuhannya ditargetkan sebesar 20 persen. Bank tersebut optimistis karena didukung kenaikan pada transaksi rata-rata per bulan yang menjadi Rp 1,5 triliun. rep:satya festiani Ed: nur aini