Senin 02 Jan 2017 15:00 WIB

Rupiah Bergejolak Jelang Pelantikan Presiden AS

Red:

JAKARTA -- Menjelang pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari mendatang, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS diperkirakan akan mengalami volatilitas yang cukup besar.

Analis Pasar Uang Bank Mandiri, Rully Arya Wisnubroto, mengatakan, awal 2017 ini rupiah akan cukup berfluktuasi. Adapun rupiah diprediksi akan mengalami peningkatan volatilitas, terutama menjelang pembentukan kabinet AS.

"Dolar akan mengalami tren penguatan terhadap mata uang mayor lainnya, terutama euro dan poundsterling. Ini juga akan berimbas terhadap volatilitas rupiah," kata Rully kepada Republika, Ahad (1/1).

Rully memproyeksikan rupiah akan berada di kisaran Rp 13.350 hingga Rp 13.575 per dolar AS menelang pelantikan Trump. Dalam penutupan perdagangan Jumat (30/12) lalu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di level Rp 13.473 per dolar AS. Melemah tipis dibandingkan hari sebelumnya yang berada di level Rp 13.471.

Rupiah dan mata uang dunia lainnya diperkirakan masih akan mengalami volatilitas tinggi hingga ketidakpastian arah kebijakan Trump berakhir. Dalam momen ini, kata dia, meskipun sisi domestik cenderung positif, tapi akan sulit untuk melawan tekanan pasar global. Kendati begitu, ke depannya ia dapat melihat tren penguatan rupiah didorong oleh perekonomian yang membaik, sehingga akan memicu adanya aliran modal masuk.

Keputusan arah kebijakan Trump nantinya juga akan menentukan arah kebijakan bank sentral AS the Federal Reserve. Arah suku bunga kebijakan AS pada 2017 ini akan berpengaruh terhadap suku bunga bank sentral negara-negara dunia, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan, sentimen yang masih membayangi laju mata uang rupiah, yakni prospek tahun 2017 yang masih penuh ketidakpastian. Secara umum, fokus masih tertuju kepada kebijakan ekonomi dari Trump. Di sisi lain, kata dia, sentimen negatif juga masih datang dari sisi fiskal dalam negeri, sehingga mengurangi prospek pertumbuhan yang bersumber dari belanja pemerintah.

Vice President Research and Analysis Valbury Asia Securities, Nico Omer Jonckheere, mengatakan, keputusan dari Fitch Rating yang meningkatkan outlook Indonesia dari stabil menjadi positif dengan penegasan peringkat di BBB (triple B minus) cukup efektif meredam gejolak rupiah. "Sentimen Fitch itu dapat menjaga ketahanan rupiah atas ancaman apresiasi dari dolar AS," katanya.

Sejak 31 Oktober, rupiah terus mengalami tekanan hingga 30 November mencapai 13.555 terhadap dolar AS. Pemilihan Presiden AS yang dimenangkan kandidat dari Partai Republik, Donald Trump, memberikan efek pelemahan.

Menurut perhitungannya, kurs rupiah sejak awal tahun hingga 31 Oktober menguat 5,67 persen. Namun, sejak 1 November hingga 14 Desember, terdampak efek Trump, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi 1,8 persen.

Adapun selama perdagangan, pada Jumat, kurs rupiah mengalami penguatan. Pergerakan rupiah berada di kisaran Rp 13.410 hingga Rp 13.458 hingga akhir sesi perdagangan tahun 2016. Bank Indonesia (BI) mencatat, perdagangan rupiah di level kurs beli sebesar Rp 13.503, sedangkan kurs Jual berada di level Rp 13.369 terhadap dolar AS. rep: Idealisa Masyarafina antara ed: Citra Listya Rini

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement