Jumat 19 Sep 2014 12:00 WIB

Pasar Modal 2015 Dinilai Masih Prospektif

Red:

JAKARTA -- Pertumbuhan pasar modal tahun depan dinilai masih prospektif. Kinerja pasar modal tersebut akan lebih banyak dipengaruhi sejumlah kebijakan ekonomi dan isu nasional.

Tahun depan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik hingga level 5.925. Head of Research Citi Group Securities Indonesia Ferry Wong mengungkapkan sejumlah isu nasional, seperti pejabat kabinet di bagian strategis, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), dan keamanan investasi lebih berpengaruh dibanding isu global. Tapi, pelaku pasar modal dinilai perlu tetap mencermati perlambatan ekonomi Cina dan pengurangan stimulus ekonomi Amerika Serikat.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Foto:Republika/ Yasin Habibi

Investor mengamati pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat Capital Market Expo, Jakarta, Rabu (17/9).

Pemilihan presiden beberapa waktu lalu dinilai tidak cukup memengaruhi investasi pada kuartal II 2014. Namun, Ferry mengaku optimistis ekspansi usaha akan kembali terjadi pada kuartal IV tahun ini. Jika pemerintah menaikkan harga BBM, kebijakan ini dinilai akan memberi sinyal positif bagi perkembangan pasar modal.

''Tentu, efek negatifnya akan ada, tapi hanya sesaat. Karena, jika kenaikan harga BBM bisa dilakukan pada November 2014 ini dan perkiraan inflasi tujuh hingga delapan persen serta BI tidak menaikkan suku bunga, 2015 investor relatif leluasa,'' ungkap Ferry di Jakarta, Kamis (18/9).

Meski demikian, jika kondisi tidak mendukung, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa melambat di bawah lima persen. Level IHSG pun bisa menurun hingga 4.300-4.500.

Selain menaikkan harga BBM, pemerintah dinilai perlu segera memperbaiki infrastruktur dan mengakuisisi lahan untuk mengurangi spekulan tanah. Investor juga dapat diundang dengan melanjutkan reformasi birokrasi dan peningkatan ekspor manufaktur.

Pasar modal, kata Ferry, mendapat dorongan positif dari proteksi bagi industri jasa keuangan. Dia menyambut baik regulasi yang memudahkan perkembangan jasa keuangan dengan tetap memerhatikan perlindungan investor.

Proteksi aset investasi selama ini dilakukan melalui penyelenggara program perlindungan investor efek Indonesia (P3IEI) yang berlaku mulai 1 Januari 2014. Lembaga baru tersebut bertujuan meningkatkan investasi ke pasar domestik. Direktur Utama PT P3IEI Yoyok Isharsaya mengatakan, saat ini P3IEI menjamin aset investor individu Rp 25 juta dan Rp 50 miliar untuk kustodian.

Jumlah jaminan P3IEI tersebut dinilai masih kecil dibandingkan dengan negara tetangga. Thailand sudah mampu menjamin hingga Rp 272 juta dan Malaysia menjamin Rp 240 juta.

''Sama seperti saat Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) mulai beroperasi, kami berharap coverage jaminan bisa terus meningkat,'' kata Yoyok.

Sepanjang 2014-2015 pun proteksi masih pada saham. Proteksi pada dana baru akan dilakukan pada 2016. Saat ini, sudah 107 anggota bursa yang bergabung dengan P3IEI dari 113 anggota bursa.  rep:fuji pratiwi ed: nur aini

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement