Jumat 19 Sep 2014 12:00 WIB

Pembangunan Pelabuhan Cilamaya Tunggu Migas Habis

Red:

JAKARTA — Pemindahan lokasi proyek pembangunan Pelabuhan Cilamaya sejauh tiga kilometer dinilai lebih baik dilakukan setelah eksplorasi minyak dan gas (migas) di Blok Offshore North West Java (ONWJ) di Karawang, Jawa Barat, kelar dilakukan. Hal ini karena pembangunan pelabuhan berpotensi menyebabkan kerugian hingga Rp 20 triliun per tahun. 

Ketua Ikatan Umum Ahli Geologi Indonesia (IAGI) Rovicky Dwi Putrohari menegaskan, pemerintah hendaknya melakukan eksplorasi minyak dan gas (migas) yang ada di Cilamaya. Setelah habis kandungan migasnya, barulah lokasi tersebut boleh dibangun pelabuhan.

"Untuk menghabiskan cadangan migas tersebut, tidak perlu waktu lama. Setelah cadangan migasnya habis maka dapat dibangun pelabuhan yang akan dimanfaatkan selamanya," kata Rovicky di Jakarta, Rabu (17/9).

Jika pemerintah memaksa untuk membangun Pelabuhan Cilamaya, proses eksplorasi sebenarnya tetap dapat dilakukan. Namun, kegiatan itu menimbulkan biaya yang sangat tinggi untuk keamanan dan kenyamanan. "Hal ini akan mengurangi pendapatan pemerintah dari hasil migas," ujarnya.

Dengan kondisi tersebut, pemerintah perlu melanjutkan eksplorasi migas di lepas pantai Karawang. Setelah selesai eksplorasi, dapat dilakukan reklamasi sehingga pembangunan pelabuhan bisa dipercepat. "Pemerintah harus tegas dan segera mengambil langkah yang tepat dengan melakukan eksplorasi," katanya.

Pemindahan pipa gas dinilai juga tidak akan menjadi solusi untuk pembangunan Pelabuhan Cilamaya. Hal ini karena sumur-sumur migas  dan anjungan-anjungan lepas pantai masih aktif beroperasi. Menurut Rovicky, tidak ada gunanya memindahkan pipa jika kandungan migas ada di lokasi tersebut.

Hal senada juga dikatakan Vice President Indonesian Petroleum Association (IPA), Sammy Hamzah. Menurutnya, eksplorasi tidak boleh bersamaan dengan aktivitas padat di lokasi yang sama. "Jika dipaksakan bangun pelabuhan maka akan sangat berbahaya," ujarnya.

Sammy mengingatkan, kalau pemerintah memaksa untuk membangun pelabuhan Cilamaya, potensi kerugian yang akan dialami pemerintah relatif besar. Sebab, anjungan minyak Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) terancam ditutup. Jika Blok ONWJ ditutup, negara berpotensi kehilangan pendapatan Rp 20 triliun per tahun. Perhitungan itu menggunakan asumsi produksi ONWJ sekitar 40 ribu barel per hari (bph) dan harga minyak dunia 100 dolar AS per barel.  rep:aldian wahyu ramadhan ed: nur aini

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement